I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam bidang
pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan
bercampur dengan sisa bahan dalam tanah terdapat pula udara dan air yang
berasal dari hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat
lain. Dalam proses pembentukan tanah,
selain campuran bahan mineral dan bahan organik terbentuk pula lapisan-lapisan
tanah yang disebut horizon. Dengan
demikian tanah dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan
bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral,
bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman.
Secara umum tanah dapat dipelajari dengan pendekatan pedologi dan
pendekatan edaphologi.Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah
beserta faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survai tanah, dan
cara-cara pengamatan tanah di lapang disebut “Pedologi”.Dalam hal ini tanah
dipandang sebagai suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus
dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman.
Walaupun demikian penemuan-penemuan dalam bidang pedologi akan sangat
bermanfaat pula dalam bidang pertanian maupun non pertanian misalnya pembuatan
bangunan khususnya pada kajian ilmu teknik
sipil.
Meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah, maka Ilmu Tanah menjadi
Ilmu yang sangat luas, sehingga untuk dapat mempelajarinya dengan baik perlu
pengelompokkan lebih lanjut kedalam bidang-bidang Ilmu Tanah yang lebih khusus
seperti Fisika Tanah, Kimia tanah, Kesuburan tanah, Mikrobiologi Tanah,
Pengawetan Tanah dan Air, Mineralogi Tanah, Genesis dan Klasifikasi Tanah,
Geografi Tanah, Survai Tanah dan Evaluasi Lahan.
Pengamatan profil tanah perlu dilakukan mengingat sifat morfologi tanah
bisa sangatmenentukan pertumbuhan tanaman. Contoh sifat morfologi tersebut
antara lain ketebalan topsoil,kedalaman efektif, batas horizon tanah, warna
tanah, tekstur, struktur tanah serta tingkat perkembangan struktur tanah,
perakaran, relief, lereng, fisiografi tanah. Dari sifat-sifatmorfologi tersebut
tergambar potensi tanah untuk digunakan sebagai media tumbuh tanaman.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan percobaan tentang profil
tanah sebab sifat-sifat profil tanah dalam setiap lapisan berbeda yaitu terdiri
dari tekstur, warna, struktur, konsistensi, kerapatan, ketebalan horizon dan
kedalaman solum.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud
dari percobaan ini adalah untuk mempelajari profil penyusun tanah serta
horizon-horizon tanah yang bertujuanuntuk menentukan batas lapisan, topografi
batas lapisan, warna, tekstur, struktur, konsistensi, serta karatan tiap-tiap
lapisan horizon tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil
Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batu
induk tanah. Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki
horison-horison sbb: O – A – E – B - C – R. Solum Tanah terdiri dari:
O – A – E – B Lapisan Tanah Atas meliputi: O – A Lapisan Tanah Bawah : E – B (Abdul Madjid, 2007).
Adapun keterangan dari
horizon-horizon tersebut adalah:
1.
Horizon O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah
atau sisa-sisa tanaman(Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi
serasah (Oa).
2.
Horizon A adalah horison mineral berbahan organik tanah
(BOT) tinggisehingga berwarna agak gelap.
3.
Horizon E adalah horison mineral yang telah tereloviasi
(tercuci) sehinggakadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir
& debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta
berwarna terang.
4.
Horizon B adalah horison illuviasi yaitu horison
akumulasi bahan eluvialdari horizon
diatasnya.
5.
Horizon C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih
sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.
6.
R adalah bahan induk tanah.
Tanah Alfisol adalah tanah-tanah yang berkembang
dari bahan induk tua, terdiri dari bentonit yang bercampur dengan batupasir
atau bahan volkan tua. Bahan induk kaya kalsium dan magnesium. Pencucian kurang
intensif sehingga kejenuhan basa relatif tinggi. Mineral mudah lapuk sedikit,
dan susunan mineral fraksi liat adalah campuran monmorilonit, kaolinit dan
bahan amorf atau campuran dua yang terakhir. Secara fisik dan kimia Alfisol
bersifat kurang baik. Kadar liat yang tinggi telah menghasilkan struktur gumpal
bersudut sedang dan horison argilik yang relatif kedap. Tanah juga mengandung
Al-dd dan kejenuhan Al yang tinggi, sehingga perlu pengapuran. Disamping itu,
pemupukan hara makro (kecuali Ca dan Mg) dan bahan organik sangat diperlukan
(Djunaedi Abdul Rachim, 2000).
Alfisol umumnya berada pada kondisi geografis dan
agroklimat yang mendorong untuk menjadi tanah marjinal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat kimia dan fisika tanah Alfisol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pH tanah Alfisol yang diamati bereaksi dari masam
hingga netral, dengan kandungan C-organik rendah, P-tersedia dari sangat rendah
hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd dari sedang hingga sangat
tinggi, Mg-dd dari sedang hingga tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi
dan unsur mikro (Fe dan Zn) yang tinggi. Warna tanah Alfisol yang diamati
adalah coklat kemerahan hingga merah gelap, kekuatan tanah yang relatif rendah
yaitu kurang dari 3,75 kg F/cm2, struktur tanah dari butir hingga tiang dan
tekstur tanah dari lempung liat berpasir hingga liat (Djunaedi Abdul Rachim,
2000).
Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim
sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama
di tempat-tempat dengan tingkat pelapukan sedang. Alfisol ditemukan di
daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol
memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk
membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di bawah tegakan hutan
berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993).
Berubahnya bahan-bahan an-organik dan bahan organik menjadi butir-butir
tanah disebabkan oleh beberapa faktor, yakni pemanasan matahari pada siang hari
dan pendinginan pada malam hari, batuan yang sudah retak, pelapukan dipercepat
oleh air, akar tumbuh -tumbuhan dapat memecah batu- batuan sehingga hancur,
binatang- binatang kecil seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya yang
membuat lubang dan menghancurkan batuan, pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat
organik akan mempercepat terbentuknya tanah (Wardiyatmoko, 2008).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
tanah
1. Bahan
Induk Tanah
Tanah yang kita tempati
dan kita pergunakan untuk berbagai usaha guna memenuhi berbagai kebutuhan hidup
manusia, terwujudnya adalah melalui berbagai proses dan tahapan-tahapan yang
panjang dan berjuta-juta tahun umurnya. Tentang terjadinya bahan induk tanah
ini MOHR dan VAN BAREN (1954) dalam “Tropical Soils” telah memberikan gambaran
ilmiah tentang terjadinya bumi kita dan batuan-batuan yang menjadi bahan
baku/induk tanah tersebut, yang ikhtisarnya dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a.
Kejadian
bumi berpangkal pada kegiatan matahari ± 3.000.000.000 tahun yang lampau, yang
telah melepaskan gumpalan materi yang berbentuk gas ke ruang angkasa, materi
tersebut bersuhu sangat tinggi
b.
Suhu
yang demikian tinggi dalam gumpalan materi yang telah terlepas itu karena
beberapa pengaruh, lambat laun menurun sedangkan bagian luar dari gumpalan
materi mengalami pembekuan merupakan benda yang berbentuk lunak atau cairan
yang kental yang pada akhirnya berbentuk kerak atau lapisan kulit dengan sifat
yang padat. Dengan demikian mulai terbentuklah suatu tubuh yang sekelilingnya
diliputi kerak yang bersifat padat
c.
Karena
bagian dalam dari tubuh itu keadaannya masih tetap lunak/cair dan panas serta
aktif mengadakan gerakan-geraka, kerak atau lapisan yang mengelilingi tubuh
itupun mengalami perubahan-perubahan. Ada yang menonjol dan adapula yang turun.
Dalam keadaan demikian berlangsungnya proses pembekuan dan pengerasan di bagian
dalam dari tubuh itu berjalan terus hingga sekarang.
d.
Perubahan-perubahan
seperti diatas selain mengakibatkan menonjolnya atau menurunnya bagian-bagian
dari lapisan kulit tubuh yang padat itu, juga menimbulkan lipatan-lipatan yang
beruntun sehingga bagian-bagian yang tadinya berada dibawah berubah ada di
atas. Karena gerakan-gerakan di bagian dalam tubuh berlangsung terus, tubuh
itupun berputar secara perlahan-lahan, dan dengan bertambahmengerasnya lapisan
kerak serta menurunnya suhu maka tubuh itu mempunyai bentuk yang lebih nyata
yaitu mirip sebuah bola besar, yang kita namakan “bumi”.
e.
Kerak
bumi keadaannya makin padat dan tebal, sedang bahan-bahan di bagian dalam tubuh
bumi tetap lunak/cair dan panas yang kadang-kadang berikhtiar menyelinap keluar
melalui celah-celah yang terdapat pada lapisan kerak dalam keadaan cair dan
tetao panas, bahan-bahan tersebut dinamakan magma.
f.
Batuan-batuan
kristal tersebut diatas lazim disebut batu induk yang karena adanya
gerakan-gerakan tektonis mengalami perubahan tempat dan berada di atas lapisan
kerak bumi. Batu-batu induk ini ternyata mempunyai susunan kimiawi sehingga
daripadanya kini dikenal adanya batu-batu andesit, basalt, granit dll.
Batu-batu inilah yang kemudian mengalami fase-fase hancuran iklim akan
membentuk tanah.
2.
Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada
jangka panjang minimal permusim/perperiode atau pertahun dan seterusnya.
Diantara komponen iklim, yang paling berperan adalah curah hujan (presipitasi)
dan temperatur. Presipitasi melalui jumlah air yang masuk ke dalam tanah
mengakibatkan terjadinya pelapukan mineral, eluviasi dan pergerakan ion-ion.
Sisa-sisa tanaman yang ada di atas tanah dan dekomposisi sisa-sisa tanaman
tersebut sangat tergantung dari hubungan kelembaban yang terdapat pada
lingkungan pembentukan tanah. Suhu sebagai komponen iklim kedua yang penting
adalah ukuran tersedianya panas untuk semua proses fisik, kimia dan reaksi
biologik yang terlibat dalam proses perkembangan tanah. Dimana air tersedia
ridak terbatas, maka kecepatan pelapukan mineral akan meningkat dengan
meningkatnya suhu. Horizon tanah yaitu bagian-bagian tanah yang tersusun oleh
lapisan-lapisan yang saling sejajar dari atas ke bawah. Susunan dan sifat
lapisan horizon tersebut dapat dilihat dari warna, struktur dan teksturnya.
Dari atas berturut-turut disebut horizon A, B dan C. Sedang bagian yang paling
bawah disebut Horizon D berupa batuan induk.
Profil tanah secara sempurna terbentuk
pada daerah dengan suhu yang sedang dan basah. Horizon A merupakan lapisan yang
mengalami pencucian bahan yang larut dan koloid, sehingga pori-porinya
renggang, dengan tekstur yang terbuka. Horizon B tempat akumulasi bahan yang
larut dari Horizon A sehingga menjadi padat. Horizon A dan B inilah yang
disebut tanah yang sebenarnya. Horizon C dari batuan induk yang telah lapuk,
tetapi tidak subur karena bahan-bahannya belum terurai.
Berdasarkan nisbah antara
P {presipitasi (hujan+suhu+embun)} : Et (Evapotranspirasi), Walther Penck
membagi tanah dunia
menjadi 2 wilayah
a. Daerah humid (basah) apabila nisbah P
: Et lebih besar dari 0,7
b. Daerah arid (kering) apabila bernisbah
kurang dari 0,7
3. Vegetasi
Tumbuhan, hewan, manusia serta
jasad-jasad reunik besar sekali perannya dalam proses pembentukan tanah, baik
secara fisis maupun kimia. Sisa tumbuhan yang telah hancur akan menghasilkan
mineral yang dibutuhkan bagi kehidupan tanaman. Jasad reunik (pengurai) yang
terdapat dalam tanah akan membantu proses penghancuran dan penguraian sisa
tumbuhan atau hewan yang telah mati. Usaha manusia untuk menjaga dan
mempertahankan kesuburan tanah termasuk yang ikut berperan dalam proses
pembentukan tanah.
4. Topografi
Relief dan topografi
berkaitan dengan tinggi rendah permukaan bumi serta kemiringannya.Faktor ini
berpengaruh terhadap pengaliran air.Pengaliran air ini berpengaruh besar
terhadap pengikisan, pengangkutan dan pengendapan. Di samping itu, lancar
tidaknya pengaliran air mempengaruhi proses penghancuran dan pembusukan
sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Pada kawasan yang tergenang air seperti daerah
rawa proses penghancuran bahan organik menjadi bahan anorganik relatif lemah,
sedang proses pembusukannya relatif kuat sehingga menghasilkan tanah yang
tingkat keasamaannya tinggi yang kurang baik untuk kehidupan tanaman. Pada
tanah miring yang curam pengaliran air cukup kuat yang mempercepat terjadinya
erosi sehingga dapat menghilangkan tanah
yang subur.
5. Waktu
Lamanya bahan
induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah memainkan peran penting dalam
menentukan jenis tanah yang terbentuk.Oleh karena itu perubahan-perubahan
ditentukan oleh kecepatan dan jenis reaksi yang berlangsung, maka faktor waktu
sebaiknya dinilai atas dasar nisbi, dan tidak atas dasar nilai mutlak. Beberapa
proses dapat merubah sifat bahan induk dalam waktu yang nisbi singkat
dibandingkan dengan proses lain. Proses yang cepat meliputi pertukaran ion,
pencucian dan penimbunan bahan-bahan yang mudah larut. Hasil perubahan
proses-proses tersebut dapat diamati dalam hanya beberapa tahun.Sebaliknya
perubahan dari pelapukan mineral,
penimbunan humus dan penimbunan liat biasanya berlangsung lebih lambat.Humus
misalnya dapat memberi warna gelap pada tanah dalam beberapa dekade, tetapi
pembentukan penuh lapisan humus memerlukan waktu ratusan tahun dibawah
lingkungan tertentu.Suatu bahan organik dapat mengalami perubahan menjadi tanah
muda dalam suatu jangka waktu nisbi singkat pada lingkungan yang sesuai. Proses
yang terjadi pada proses ini adalah berupa penimbunan bahan organik pada
permukaan tanah, beberapa pelapukan dan pencucian atau translokasi bahan
koloid.
III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1 Letak Administratif
Lokasi tempat
penelitian profil tanah adalah di wilayah Experimental-Farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar,
secara administratif
terletak pada :
- Sebelah
Utara : Pemukiman penduduk
- Sebelah
Timur : Laboratorium Peternakan
- Sebelah
Selatan : Politeknik
- Sebelah
Barat : Kebun Experimental-Farm
Ilmu Tanah
3.2 Iklim
Iklim merupakan
faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Unsur iklim yang
sangat besar peranannya dalam proses pembentukan tanah tersebut terutama suhu
dan curah hujan.Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas
reaksi fisik di dalam tanah. Keadaan di lokasi adalah C2-C3 dengan curah hujan
rata-rata berkisar 800-1500 mm.
3.3 Topografi
Topografi
merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan
kecuraman dan bentuk lereng. Topografi mempengaruhi pembentukan tanah, makin
curam lereng kecepatan erosi semakin besar, sehingga
di lereng yang
curam jarang dijumpai tanah yang dalam.Keadaan topografi di tempat pengambilan
profil tanah adalah datar dengan persen kelerengan
adalah 0 %-3 %.
3.4 Vegetasi
Vegetasi merupakan sumber bahan organik
tanah. Jenis vegetasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pembentukan tanah.Vegetasi pada tempat pengambilan sample tanah di profil
adalah tanah subur, dengan tanaman utama
berupa jagung, kacang
hijau,padi, kacang tanah, padi dan
tanaman lain berupa pohon pisang, pohon kapuk, serta alang-alang yang tumbuh
liar.
3.5 Jenis Tanah
Jenis tanah
merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan
jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Adapun jenis tanah pada lokasi pengambilan sample
tanah profil tergolong dalam jenis tanah Alfisol karena umumnya tanah tidak
kering melainkan tingkat kejenuhan basanya tergolong sedang.
3.6 Penggunaan
Lahan
Penggunaan
lahan pada lokasi pengambilan sample
tanah profil adalah tanah perkebunan dan sebagai lahan percobaan.
IV. BAHAN DAN
METODE
4.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan profil
tanah dilaksanakan diExperimental-Farm
FakultasPertanian Universitas Hasanuddin Makassar pada hari Sabtu tanggal 24Maret 2011 pada pukul 07.00 WITA s.d.
selesai.
4.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat
yang digunakan pada saat pengambilan sample tanah profil adalah cangkul,
linggis, sekop, cutter, dan meteran
sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada saat pengambilansample tanah
profil adalah kantong plastik, air dan kertas label.
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Pembuatan Profil
a.
Lubangi penampang, harus besar agar orang dapat dengan
mudah duduk atau berdiri di dalamnya sehingga pemeriksaan atau pengamatan dapat
berjalan dengan sempurna.
b.
Ukuran penampang 1,5 x 1 m sampai bahan induk dan
memilih pemeriksaan atau pengamatan di sisi lubang penampang yang mendapat
sinar matahari, di tempat miring penampang pada dinding teratas.
c.
Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi
penampang pemeriksaan.
d.
Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak
terlalu
pagiatau sore).
4.3.2Pengambilan Sampel Tanah
a.
Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan di ambil,
kemudian meletakkan ring sample tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
b.
Mengambil tanah dengan sendok atau cutter sesuai dengan
lapisan yang akan di ambil.
c.
Memasukkan tanah ke dalam kantong plastik yang telah
diberi
kertas label.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Lapisan
|
I
|
II
|
Kedalaman Lapisan
|
0-26 cm
|
26-113 cm
|
Batasan Lapisan
|
Baur
|
Baur
|
Topografi batas lapisan
|
Berombak
|
Berombak
|
Warna (munsel)
|
Hitam kecoklatan
|
Merah kekuning-kuningan
|
Tekstur
|
Liat
|
Lempung
|
Struktur
|
Kasar
|
Halus
|
Konsistensi
|
Lembab
|
Lembab
|
Karatan
|
Fe
|
Al
|
Sumber : Data Primer, 2012
5.2 Pembahasan
Berdasarkan pada
table di atas, analisa dari kedalaman tiap lapisan diperoleh ukuran yang berbeda.Padalapisan pertama,
ukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur adalah 0-26cm sedangkan lapisan kedua 26-113cm. Pada proses penggalian hanya digali sampai
lapisan kedua, karena pada lokasi banyak terdapat tanah timbunan. Sehingga yang
menjadi penelitian hanya lapisan I dan II.
Dari penelitian ini, juga
diperoleh data untuk batasan lapisan tanah.Batasan lapisan pertama memiliki batas lapisan
tanahnya baur. Pada lapisan kedua, batas lapisan tanahnya juga baur.Sesuai dengan pendapat Ahmad
(2007) bahwa batas pada lapisan dapat ditentukan dengan melakukan pengirisan
secara vertikal pada tanah, bila irisan terhenti ini menunjukkan batas pada
setiap lapisan.
Topografi pada setiap batas
lapisan tanah rata-rata sama yaitu lapisan pertama berombak, lapisan kedua
berombak. Menurut Ahmad (2007), profil tanah dipengaruhi oleh topografi.
Tekstur tanah dapat ditentukan dengan membasahi segenggam tanah,
meremasnya, merabanya dengan ibu jari dan jari telunjuk.Pada lapisan tanah
pertama teksturnya liat, dan
lapisan kedualempung.Sesuai
pendapat Gunadarma (2007) tekstur tanah merupakan keadaan tanah di lapangan
yang meliputi distribusi ukuran partikel dimana hal ini cukup lakukan di
lapangan.
Struktur merupakan kombinasi partikel-partikel tanah primer sampai
agregat.Pada lapisan pertama, strukturnya kasar. Lapisan kedua, strukturnya halus(angular). Ini sesuai dengan pendapat Gunadarma (2007) mengubah
pengaruh tekstur dengan memperhatikan hubungan kelembaban dan udara.
Konsistensi merupakan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk, keadaan
ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi menurut Gunadarma (2007).Pada
lapisan pertama konsistensinya adalah lembab dan lapisan kedua konsistensinya juga lembab.
Karatan yang terjadi pada setiap lapisan terjadi karena adanya reaksi
reduksi dan oksidasi pada senyawa Fe dan Mn sesuai pendapat Forth (1994).Pada lapisan pertama karatan
tanahnya adalah Fe sedangkan
pada lapisan kedua
kartan adalah Al.
Untuk mengetahui batas lapisan dari suatu struktur tanah dapat kita bagi
secara umum menjadi 4 bagian, yaitu tegas, nyata, berangsur, dan berbaur.Untuk
batas lapisan dari tanah Alfisol adalah baur.Selain itu topografi batas lapisan
secara umum dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu rata, berombak, dan tidak
teratur.Tekstur dan struktur dari tanah yang dianalisa juga menentukan kualitas
dari tanah tersebut, dimana dari segi tekstur dibedakan menjadi beberapa bentuk
fisik yaitu pair, debu, lempung berliat, lempung berdebu, dan bentuk liat.Untuk
jenis tanah alfisol memiliki tekstur lempung berpasir dan lempung berliat.
Selain pasir, debu, dan liat, ada jenis buatan yang biasanya terdapat pada
tanah itu sendiri antara lain: kerikil, batu kecil, batu besar, dan ukuran
besar serta jumlah yang terdapat didalam tanah berbeda-beda.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setalah melakukan percobaan ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa tiap-tiap horison tanah memiliki karakter dan karatan
yang berbeda, begitu juga penyusun profil ditiap tanah pasti berbeda
yang diakibatkan oleh penyusun-penyusun atau bahan organik yang terkandung di
dalam tanah.
6.2 Saran
Saran untuk pengembangan tanah di Ex-Farm Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin sebaiknya dijadikan sebagi lahan buat penanaman
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi bukan hanya sebagai lahan percobaan
karena tanah disana sangat subur.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul. 2007, Ilmu Tanah, PT. Medityama Sarana
Perkasa, Jakarta
Ahmad, 2007, Ilmu Tanah, PT. Medityama
Sarana Perkasa, Jakarta
Djunaed, Abdul Rachman, 2000, Horizon
Tanah, Gramedia, Jakarta
E-smartschool, 2008, Bagaimana Tanah Terjadi?, www.google.com, diakses
tanggal 27 Maret 2012, pukul 19.35 WITA
Forth, 1991, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Gajah
Mada Unversity Press, Jakarta Majid
Gunadarma, 2007, Tanah Alfisol, Rineka
Cipta, Jakarta
Hardjowigeno, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah,
Universitas Lampung, Lampung
Tim E-dukasi.net, 2009, Ciri dan Proses Pembentukan Tanah, www.google.com diakses
tanggal 27 september 2009, pukul 19.35 WITA
Wardiyatmoko, 2008, Tekstur Tanah, Salemba empat,
Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PROFIL TANAH
NAMA : HILMAN HILAMAWAN
NIM :
G21111036
KELOMPOK : 4
ASISTEN : SAKTI SWARNO KARURU
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam bidang
pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan
bercampur dengan sisa bahan dalam tanah terdapat pula udara dan air yang
berasal dari hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat
lain. Dalam proses pembentukan tanah,
selain campuran bahan mineral dan bahan organik terbentuk pula lapisan-lapisan
tanah yang disebut horizon. Dengan
demikian tanah dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan
bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral,
bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman.
Secara umum tanah dapat dipelajari dengan pendekatan pedologi dan
pendekatan edaphologi.Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah
beserta faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survai tanah, dan
cara-cara pengamatan tanah di lapang disebut “Pedologi”.Dalam hal ini tanah
dipandang sebagai suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus
dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman.
Walaupun demikian penemuan-penemuan dalam bidang pedologi akan sangat
bermanfaat pula dalam bidang pertanian maupun non pertanian misalnya pembuatan
bangunan khususnya pada kajian ilmu teknik
sipil.
Meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah, maka Ilmu Tanah menjadi
Ilmu yang sangat luas, sehingga untuk dapat mempelajarinya dengan baik perlu
pengelompokkan lebih lanjut kedalam bidang-bidang Ilmu Tanah yang lebih khusus
seperti Fisika Tanah, Kimia tanah, Kesuburan tanah, Mikrobiologi Tanah,
Pengawetan Tanah dan Air, Mineralogi Tanah, Genesis dan Klasifikasi Tanah,
Geografi Tanah, Survai Tanah dan Evaluasi Lahan.
Pengamatan profil tanah perlu dilakukan mengingat sifat morfologi tanah
bisa sangatmenentukan pertumbuhan tanaman. Contoh sifat morfologi tersebut
antara lain ketebalan topsoil,kedalaman efektif, batas horizon tanah, warna
tanah, tekstur, struktur tanah serta tingkat perkembangan struktur tanah,
perakaran, relief, lereng, fisiografi tanah. Dari sifat-sifatmorfologi tersebut
tergambar potensi tanah untuk digunakan sebagai media tumbuh tanaman.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan percobaan tentang profil
tanah sebab sifat-sifat profil tanah dalam setiap lapisan berbeda yaitu terdiri
dari tekstur, warna, struktur, konsistensi, kerapatan, ketebalan horizon dan
kedalaman solum.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud
dari percobaan ini adalah untuk mempelajari profil penyusun tanah serta
horizon-horizon tanah yang bertujuanuntuk menentukan batas lapisan, topografi
batas lapisan, warna, tekstur, struktur, konsistensi, serta karatan tiap-tiap
lapisan horizon tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil
Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batu
induk tanah. Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki
horison-horison sbb: O – A – E – B - C – R. Solum Tanah terdiri dari:
O – A – E – B Lapisan Tanah Atas meliputi: O – A Lapisan Tanah Bawah : E – B (Abdul Madjid, 2007).
Adapun keterangan dari
horizon-horizon tersebut adalah:
1.
Horizon O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah
atau sisa-sisa tanaman(Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi
serasah (Oa).
2.
Horizon A adalah horison mineral berbahan organik tanah
(BOT) tinggisehingga berwarna agak gelap.
3.
Horizon E adalah horison mineral yang telah tereloviasi
(tercuci) sehinggakadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir
& debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta
berwarna terang.
4.
Horizon B adalah horison illuviasi yaitu horison
akumulasi bahan eluvialdari horizon
diatasnya.
5.
Horizon C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih
sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.
6.
R adalah bahan induk tanah.
Tanah Alfisol adalah tanah-tanah yang berkembang
dari bahan induk tua, terdiri dari bentonit yang bercampur dengan batupasir
atau bahan volkan tua. Bahan induk kaya kalsium dan magnesium. Pencucian kurang
intensif sehingga kejenuhan basa relatif tinggi. Mineral mudah lapuk sedikit,
dan susunan mineral fraksi liat adalah campuran monmorilonit, kaolinit dan
bahan amorf atau campuran dua yang terakhir. Secara fisik dan kimia Alfisol
bersifat kurang baik. Kadar liat yang tinggi telah menghasilkan struktur gumpal
bersudut sedang dan horison argilik yang relatif kedap. Tanah juga mengandung
Al-dd dan kejenuhan Al yang tinggi, sehingga perlu pengapuran. Disamping itu,
pemupukan hara makro (kecuali Ca dan Mg) dan bahan organik sangat diperlukan
(Djunaedi Abdul Rachim, 2000).
Alfisol umumnya berada pada kondisi geografis dan
agroklimat yang mendorong untuk menjadi tanah marjinal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat kimia dan fisika tanah Alfisol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pH tanah Alfisol yang diamati bereaksi dari masam
hingga netral, dengan kandungan C-organik rendah, P-tersedia dari sangat rendah
hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd dari sedang hingga sangat
tinggi, Mg-dd dari sedang hingga tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi
dan unsur mikro (Fe dan Zn) yang tinggi. Warna tanah Alfisol yang diamati
adalah coklat kemerahan hingga merah gelap, kekuatan tanah yang relatif rendah
yaitu kurang dari 3,75 kg F/cm2, struktur tanah dari butir hingga tiang dan
tekstur tanah dari lempung liat berpasir hingga liat (Djunaedi Abdul Rachim,
2000).
Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim
sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama
di tempat-tempat dengan tingkat pelapukan sedang. Alfisol ditemukan di
daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol
memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk
membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di bawah tegakan hutan
berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993).
Berubahnya bahan-bahan an-organik dan bahan organik menjadi butir-butir
tanah disebabkan oleh beberapa faktor, yakni pemanasan matahari pada siang hari
dan pendinginan pada malam hari, batuan yang sudah retak, pelapukan dipercepat
oleh air, akar tumbuh -tumbuhan dapat memecah batu- batuan sehingga hancur,
binatang- binatang kecil seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya yang
membuat lubang dan menghancurkan batuan, pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat
organik akan mempercepat terbentuknya tanah (Wardiyatmoko, 2008).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
tanah
1. Bahan
Induk Tanah
Tanah yang kita tempati
dan kita pergunakan untuk berbagai usaha guna memenuhi berbagai kebutuhan hidup
manusia, terwujudnya adalah melalui berbagai proses dan tahapan-tahapan yang
panjang dan berjuta-juta tahun umurnya. Tentang terjadinya bahan induk tanah
ini MOHR dan VAN BAREN (1954) dalam “Tropical Soils” telah memberikan gambaran
ilmiah tentang terjadinya bumi kita dan batuan-batuan yang menjadi bahan
baku/induk tanah tersebut, yang ikhtisarnya dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a.
Kejadian
bumi berpangkal pada kegiatan matahari ± 3.000.000.000 tahun yang lampau, yang
telah melepaskan gumpalan materi yang berbentuk gas ke ruang angkasa, materi
tersebut bersuhu sangat tinggi
b.
Suhu
yang demikian tinggi dalam gumpalan materi yang telah terlepas itu karena
beberapa pengaruh, lambat laun menurun sedangkan bagian luar dari gumpalan
materi mengalami pembekuan merupakan benda yang berbentuk lunak atau cairan
yang kental yang pada akhirnya berbentuk kerak atau lapisan kulit dengan sifat
yang padat. Dengan demikian mulai terbentuklah suatu tubuh yang sekelilingnya
diliputi kerak yang bersifat padat
c.
Karena
bagian dalam dari tubuh itu keadaannya masih tetap lunak/cair dan panas serta
aktif mengadakan gerakan-geraka, kerak atau lapisan yang mengelilingi tubuh
itupun mengalami perubahan-perubahan. Ada yang menonjol dan adapula yang turun.
Dalam keadaan demikian berlangsungnya proses pembekuan dan pengerasan di bagian
dalam dari tubuh itu berjalan terus hingga sekarang.
d.
Perubahan-perubahan
seperti diatas selain mengakibatkan menonjolnya atau menurunnya bagian-bagian
dari lapisan kulit tubuh yang padat itu, juga menimbulkan lipatan-lipatan yang
beruntun sehingga bagian-bagian yang tadinya berada dibawah berubah ada di
atas. Karena gerakan-gerakan di bagian dalam tubuh berlangsung terus, tubuh
itupun berputar secara perlahan-lahan, dan dengan bertambahmengerasnya lapisan
kerak serta menurunnya suhu maka tubuh itu mempunyai bentuk yang lebih nyata
yaitu mirip sebuah bola besar, yang kita namakan “bumi”.
e.
Kerak
bumi keadaannya makin padat dan tebal, sedang bahan-bahan di bagian dalam tubuh
bumi tetap lunak/cair dan panas yang kadang-kadang berikhtiar menyelinap keluar
melalui celah-celah yang terdapat pada lapisan kerak dalam keadaan cair dan
tetao panas, bahan-bahan tersebut dinamakan magma.
f.
Batuan-batuan
kristal tersebut diatas lazim disebut batu induk yang karena adanya
gerakan-gerakan tektonis mengalami perubahan tempat dan berada di atas lapisan
kerak bumi. Batu-batu induk ini ternyata mempunyai susunan kimiawi sehingga
daripadanya kini dikenal adanya batu-batu andesit, basalt, granit dll.
Batu-batu inilah yang kemudian mengalami fase-fase hancuran iklim akan
membentuk tanah.
2.
Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada
jangka panjang minimal permusim/perperiode atau pertahun dan seterusnya.
Diantara komponen iklim, yang paling berperan adalah curah hujan (presipitasi)
dan temperatur. Presipitasi melalui jumlah air yang masuk ke dalam tanah
mengakibatkan terjadinya pelapukan mineral, eluviasi dan pergerakan ion-ion.
Sisa-sisa tanaman yang ada di atas tanah dan dekomposisi sisa-sisa tanaman
tersebut sangat tergantung dari hubungan kelembaban yang terdapat pada
lingkungan pembentukan tanah. Suhu sebagai komponen iklim kedua yang penting
adalah ukuran tersedianya panas untuk semua proses fisik, kimia dan reaksi
biologik yang terlibat dalam proses perkembangan tanah. Dimana air tersedia
ridak terbatas, maka kecepatan pelapukan mineral akan meningkat dengan
meningkatnya suhu. Horizon tanah yaitu bagian-bagian tanah yang tersusun oleh
lapisan-lapisan yang saling sejajar dari atas ke bawah. Susunan dan sifat
lapisan horizon tersebut dapat dilihat dari warna, struktur dan teksturnya.
Dari atas berturut-turut disebut horizon A, B dan C. Sedang bagian yang paling
bawah disebut Horizon D berupa batuan induk.
Profil tanah secara sempurna terbentuk
pada daerah dengan suhu yang sedang dan basah. Horizon A merupakan lapisan yang
mengalami pencucian bahan yang larut dan koloid, sehingga pori-porinya
renggang, dengan tekstur yang terbuka. Horizon B tempat akumulasi bahan yang
larut dari Horizon A sehingga menjadi padat. Horizon A dan B inilah yang
disebut tanah yang sebenarnya. Horizon C dari batuan induk yang telah lapuk,
tetapi tidak subur karena bahan-bahannya belum terurai.
Berdasarkan nisbah antara
P {presipitasi (hujan+suhu+embun)} : Et (Evapotranspirasi), Walther Penck
membagi tanah dunia
menjadi 2 wilayah
a. Daerah humid (basah) apabila nisbah P
: Et lebih besar dari 0,7
b. Daerah arid (kering) apabila bernisbah
kurang dari 0,7
3. Vegetasi
Tumbuhan, hewan, manusia serta
jasad-jasad reunik besar sekali perannya dalam proses pembentukan tanah, baik
secara fisis maupun kimia. Sisa tumbuhan yang telah hancur akan menghasilkan
mineral yang dibutuhkan bagi kehidupan tanaman. Jasad reunik (pengurai) yang
terdapat dalam tanah akan membantu proses penghancuran dan penguraian sisa
tumbuhan atau hewan yang telah mati. Usaha manusia untuk menjaga dan
mempertahankan kesuburan tanah termasuk yang ikut berperan dalam proses
pembentukan tanah.
4. Topografi
Relief dan topografi
berkaitan dengan tinggi rendah permukaan bumi serta kemiringannya.Faktor ini
berpengaruh terhadap pengaliran air.Pengaliran air ini berpengaruh besar
terhadap pengikisan, pengangkutan dan pengendapan. Di samping itu, lancar
tidaknya pengaliran air mempengaruhi proses penghancuran dan pembusukan
sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Pada kawasan yang tergenang air seperti daerah
rawa proses penghancuran bahan organik menjadi bahan anorganik relatif lemah,
sedang proses pembusukannya relatif kuat sehingga menghasilkan tanah yang
tingkat keasamaannya tinggi yang kurang baik untuk kehidupan tanaman. Pada
tanah miring yang curam pengaliran air cukup kuat yang mempercepat terjadinya
erosi sehingga dapat menghilangkan tanah
yang subur.
5. Waktu
Lamanya bahan
induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah memainkan peran penting dalam
menentukan jenis tanah yang terbentuk.Oleh karena itu perubahan-perubahan
ditentukan oleh kecepatan dan jenis reaksi yang berlangsung, maka faktor waktu
sebaiknya dinilai atas dasar nisbi, dan tidak atas dasar nilai mutlak. Beberapa
proses dapat merubah sifat bahan induk dalam waktu yang nisbi singkat
dibandingkan dengan proses lain. Proses yang cepat meliputi pertukaran ion,
pencucian dan penimbunan bahan-bahan yang mudah larut. Hasil perubahan
proses-proses tersebut dapat diamati dalam hanya beberapa tahun.Sebaliknya
perubahan dari pelapukan mineral,
penimbunan humus dan penimbunan liat biasanya berlangsung lebih lambat.Humus
misalnya dapat memberi warna gelap pada tanah dalam beberapa dekade, tetapi
pembentukan penuh lapisan humus memerlukan waktu ratusan tahun dibawah
lingkungan tertentu.Suatu bahan organik dapat mengalami perubahan menjadi tanah
muda dalam suatu jangka waktu nisbi singkat pada lingkungan yang sesuai. Proses
yang terjadi pada proses ini adalah berupa penimbunan bahan organik pada
permukaan tanah, beberapa pelapukan dan pencucian atau translokasi bahan
koloid.
III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1 Letak Administratif
Lokasi tempat
penelitian profil tanah adalah di wilayah Experimental-Farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar,
secara administratif
terletak pada :
- Sebelah
Utara : Pemukiman penduduk
- Sebelah
Timur : Laboratorium Peternakan
- Sebelah
Selatan : Politeknik
- Sebelah
Barat : Kebun Experimental-Farm
Ilmu Tanah
3.2 Iklim
Iklim merupakan
faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Unsur iklim yang
sangat besar peranannya dalam proses pembentukan tanah tersebut terutama suhu
dan curah hujan.Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas
reaksi fisik di dalam tanah. Keadaan di lokasi adalah C2-C3 dengan curah hujan
rata-rata berkisar 800-1500 mm.
3.3 Topografi
Topografi
merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan
kecuraman dan bentuk lereng. Topografi mempengaruhi pembentukan tanah, makin
curam lereng kecepatan erosi semakin besar, sehingga
di lereng yang
curam jarang dijumpai tanah yang dalam.Keadaan topografi di tempat pengambilan
profil tanah adalah datar dengan persen kelerengan
adalah 0 %-3 %.
3.4 Vegetasi
Vegetasi merupakan sumber bahan organik
tanah. Jenis vegetasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pembentukan tanah.Vegetasi pada tempat pengambilan sample tanah di profil
adalah tanah subur, dengan tanaman utama
berupa jagung, kacang
hijau,padi, kacang tanah, padi dan
tanaman lain berupa pohon pisang, pohon kapuk, serta alang-alang yang tumbuh
liar.
3.5 Jenis Tanah
Jenis tanah
merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan
jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Adapun jenis tanah pada lokasi pengambilan sample
tanah profil tergolong dalam jenis tanah Alfisol karena umumnya tanah tidak
kering melainkan tingkat kejenuhan basanya tergolong sedang.
3.6 Penggunaan
Lahan
Penggunaan
lahan pada lokasi pengambilan sample
tanah profil adalah tanah perkebunan dan sebagai lahan percobaan.
IV. BAHAN DAN
METODE
4.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan profil
tanah dilaksanakan diExperimental-Farm
FakultasPertanian Universitas Hasanuddin Makassar pada hari Sabtu tanggal 24Maret 2011 pada pukul 07.00 WITA s.d.
selesai.
4.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat
yang digunakan pada saat pengambilan sample tanah profil adalah cangkul,
linggis, sekop, cutter, dan meteran
sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada saat pengambilansample tanah
profil adalah kantong plastik, air dan kertas label.
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Pembuatan Profil
a.
Lubangi penampang, harus besar agar orang dapat dengan
mudah duduk atau berdiri di dalamnya sehingga pemeriksaan atau pengamatan dapat
berjalan dengan sempurna.
b.
Ukuran penampang 1,5 x 1 m sampai bahan induk dan
memilih pemeriksaan atau pengamatan di sisi lubang penampang yang mendapat
sinar matahari, di tempat miring penampang pada dinding teratas.
c.
Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi
penampang pemeriksaan.
d.
Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak
terlalu
pagiatau sore).
4.3.2Pengambilan Sampel Tanah
a.
Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan di ambil,
kemudian meletakkan ring sample tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
b.
Mengambil tanah dengan sendok atau cutter sesuai dengan
lapisan yang akan di ambil.
c.
Memasukkan tanah ke dalam kantong plastik yang telah
diberi
kertas label.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Lapisan
|
I
|
II
|
Kedalaman Lapisan
|
0-26 cm
|
26-113 cm
|
Batasan Lapisan
|
Baur
|
Baur
|
Topografi batas lapisan
|
Berombak
|
Berombak
|
Warna (munsel)
|
Hitam kecoklatan
|
Merah kekuning-kuningan
|
Tekstur
|
Liat
|
Lempung
|
Struktur
|
Kasar
|
Halus
|
Konsistensi
|
Lembab
|
Lembab
|
Karatan
|
Fe
|
Al
|
Sumber : Data Primer, 2012
5.2 Pembahasan
Berdasarkan pada
table di atas, analisa dari kedalaman tiap lapisan diperoleh ukuran yang berbeda.Padalapisan pertama,
ukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur adalah 0-26cm sedangkan lapisan kedua 26-113cm. Pada proses penggalian hanya digali sampai
lapisan kedua, karena pada lokasi banyak terdapat tanah timbunan. Sehingga yang
menjadi penelitian hanya lapisan I dan II.
Dari penelitian ini, juga
diperoleh data untuk batasan lapisan tanah.Batasan lapisan pertama memiliki batas lapisan
tanahnya baur. Pada lapisan kedua, batas lapisan tanahnya juga baur.Sesuai dengan pendapat Ahmad
(2007) bahwa batas pada lapisan dapat ditentukan dengan melakukan pengirisan
secara vertikal pada tanah, bila irisan terhenti ini menunjukkan batas pada
setiap lapisan.
Topografi pada setiap batas
lapisan tanah rata-rata sama yaitu lapisan pertama berombak, lapisan kedua
berombak. Menurut Ahmad (2007), profil tanah dipengaruhi oleh topografi.
Tekstur tanah dapat ditentukan dengan membasahi segenggam tanah,
meremasnya, merabanya dengan ibu jari dan jari telunjuk.Pada lapisan tanah
pertama teksturnya liat, dan
lapisan kedualempung.Sesuai
pendapat Gunadarma (2007) tekstur tanah merupakan keadaan tanah di lapangan
yang meliputi distribusi ukuran partikel dimana hal ini cukup lakukan di
lapangan.
Struktur merupakan kombinasi partikel-partikel tanah primer sampai
agregat.Pada lapisan pertama, strukturnya kasar. Lapisan kedua, strukturnya halus(angular). Ini sesuai dengan pendapat Gunadarma (2007) mengubah
pengaruh tekstur dengan memperhatikan hubungan kelembaban dan udara.
Konsistensi merupakan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk, keadaan
ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi menurut Gunadarma (2007).Pada
lapisan pertama konsistensinya adalah lembab dan lapisan kedua konsistensinya juga lembab.
Karatan yang terjadi pada setiap lapisan terjadi karena adanya reaksi
reduksi dan oksidasi pada senyawa Fe dan Mn sesuai pendapat Forth (1994).Pada lapisan pertama karatan
tanahnya adalah Fe sedangkan
pada lapisan kedua
kartan adalah Al.
Untuk mengetahui batas lapisan dari suatu struktur tanah dapat kita bagi
secara umum menjadi 4 bagian, yaitu tegas, nyata, berangsur, dan berbaur.Untuk
batas lapisan dari tanah Alfisol adalah baur.Selain itu topografi batas lapisan
secara umum dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu rata, berombak, dan tidak
teratur.Tekstur dan struktur dari tanah yang dianalisa juga menentukan kualitas
dari tanah tersebut, dimana dari segi tekstur dibedakan menjadi beberapa bentuk
fisik yaitu pair, debu, lempung berliat, lempung berdebu, dan bentuk liat.Untuk
jenis tanah alfisol memiliki tekstur lempung berpasir dan lempung berliat.
Selain pasir, debu, dan liat, ada jenis buatan yang biasanya terdapat pada
tanah itu sendiri antara lain: kerikil, batu kecil, batu besar, dan ukuran
besar serta jumlah yang terdapat didalam tanah berbeda-beda.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setalah melakukan percobaan ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa tiap-tiap horison tanah memiliki karakter dan karatan
yang berbeda, begitu juga penyusun profil ditiap tanah pasti berbeda
yang diakibatkan oleh penyusun-penyusun atau bahan organik yang terkandung di
dalam tanah.
6.2 Saran
Saran untuk pengembangan tanah di Ex-Farm Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin sebaiknya dijadikan sebagi lahan buat penanaman
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi bukan hanya sebagai lahan percobaan
karena tanah disana sangat subur.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul. 2007, Ilmu Tanah, PT. Medityama Sarana
Perkasa, Jakarta
Ahmad, 2007, Ilmu Tanah, PT. Medityama
Sarana Perkasa, Jakarta
Djunaed, Abdul Rachman, 2000, Horizon
Tanah, Gramedia, Jakarta
E-smartschool, 2008, Bagaimana Tanah Terjadi?, www.google.com, diakses
tanggal 27 Maret 2012, pukul 19.35 WITA
Forth, 1991, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Gajah
Mada Unversity Press, Jakarta Majid
Gunadarma, 2007, Tanah Alfisol, Rineka
Cipta, Jakarta
Hardjowigeno, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah,
Universitas Lampung, Lampung
Tim E-dukasi.net, 2009, Ciri dan Proses Pembentukan Tanah, www.google.com diakses
tanggal 27 september 2009, pukul 19.35 WITA
Wardiyatmoko, 2008, Tekstur Tanah, Salemba empat,
Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PROFIL TANAH
NAMA : HILMAN HILMAWAN
NIM :
G21111036
KELOMPOK : 4
ASISTEN : SAKTI SWARNO
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam bidang
pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan
bercampur dengan sisa bahan dalam tanah terdapat pula udara dan air yang
berasal dari hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat
lain. Dalam proses pembentukan tanah,
selain campuran bahan mineral dan bahan organik terbentuk pula lapisan-lapisan
tanah yang disebut horizon. Dengan
demikian tanah dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan
bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral,
bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman.
Secara umum tanah dapat dipelajari dengan pendekatan pedologi dan
pendekatan edaphologi.Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah
beserta faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survai tanah, dan
cara-cara pengamatan tanah di lapang disebut “Pedologi”.Dalam hal ini tanah
dipandang sebagai suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus
dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman.
Walaupun demikian penemuan-penemuan dalam bidang pedologi akan sangat
bermanfaat pula dalam bidang pertanian maupun non pertanian misalnya pembuatan
bangunan khususnya pada kajian ilmu teknik
sipil.
Meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah, maka Ilmu Tanah menjadi
Ilmu yang sangat luas, sehingga untuk dapat mempelajarinya dengan baik perlu
pengelompokkan lebih lanjut kedalam bidang-bidang Ilmu Tanah yang lebih khusus
seperti Fisika Tanah, Kimia tanah, Kesuburan tanah, Mikrobiologi Tanah,
Pengawetan Tanah dan Air, Mineralogi Tanah, Genesis dan Klasifikasi Tanah,
Geografi Tanah, Survai Tanah dan Evaluasi Lahan.
Pengamatan profil tanah perlu dilakukan mengingat sifat morfologi tanah
bisa sangatmenentukan pertumbuhan tanaman. Contoh sifat morfologi tersebut
antara lain ketebalan topsoil,kedalaman efektif, batas horizon tanah, warna
tanah, tekstur, struktur tanah serta tingkat perkembangan struktur tanah,
perakaran, relief, lereng, fisiografi tanah. Dari sifat-sifatmorfologi tersebut
tergambar potensi tanah untuk digunakan sebagai media tumbuh tanaman.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan percobaan tentang profil
tanah sebab sifat-sifat profil tanah dalam setiap lapisan berbeda yaitu terdiri
dari tekstur, warna, struktur, konsistensi, kerapatan, ketebalan horizon dan
kedalaman solum.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud
dari percobaan ini adalah untuk mempelajari profil penyusun tanah serta
horizon-horizon tanah yang bertujuanuntuk menentukan batas lapisan, topografi
batas lapisan, warna, tekstur, struktur, konsistensi, serta karatan tiap-tiap
lapisan horizon tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil
Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batu
induk tanah. Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki
horison-horison sbb: O – A – E – B - C – R. Solum Tanah terdiri dari:
O – A – E – B Lapisan Tanah Atas meliputi: O – A Lapisan Tanah Bawah : E – B (Abdul Madjid, 2007).
Adapun keterangan dari
horizon-horizon tersebut adalah:
1.
Horizon O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah
atau sisa-sisa tanaman(Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi
serasah (Oa).
2.
Horizon A adalah horison mineral berbahan organik tanah
(BOT) tinggisehingga berwarna agak gelap.
3.
Horizon E adalah horison mineral yang telah tereloviasi
(tercuci) sehinggakadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir
& debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta
berwarna terang.
4.
Horizon B adalah horison illuviasi yaitu horison
akumulasi bahan eluvialdari horizon
diatasnya.
5.
Horizon C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih
sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.
6.
R adalah bahan induk tanah.
Tanah Alfisol adalah tanah-tanah yang berkembang
dari bahan induk tua, terdiri dari bentonit yang bercampur dengan batupasir
atau bahan volkan tua. Bahan induk kaya kalsium dan magnesium. Pencucian kurang
intensif sehingga kejenuhan basa relatif tinggi. Mineral mudah lapuk sedikit,
dan susunan mineral fraksi liat adalah campuran monmorilonit, kaolinit dan
bahan amorf atau campuran dua yang terakhir. Secara fisik dan kimia Alfisol
bersifat kurang baik. Kadar liat yang tinggi telah menghasilkan struktur gumpal
bersudut sedang dan horison argilik yang relatif kedap. Tanah juga mengandung
Al-dd dan kejenuhan Al yang tinggi, sehingga perlu pengapuran. Disamping itu,
pemupukan hara makro (kecuali Ca dan Mg) dan bahan organik sangat diperlukan
(Djunaedi Abdul Rachim, 2000).
Alfisol umumnya berada pada kondisi geografis dan
agroklimat yang mendorong untuk menjadi tanah marjinal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat kimia dan fisika tanah Alfisol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pH tanah Alfisol yang diamati bereaksi dari masam
hingga netral, dengan kandungan C-organik rendah, P-tersedia dari sangat rendah
hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd dari sedang hingga sangat
tinggi, Mg-dd dari sedang hingga tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi
dan unsur mikro (Fe dan Zn) yang tinggi. Warna tanah Alfisol yang diamati
adalah coklat kemerahan hingga merah gelap, kekuatan tanah yang relatif rendah
yaitu kurang dari 3,75 kg F/cm2, struktur tanah dari butir hingga tiang dan
tekstur tanah dari lempung liat berpasir hingga liat (Djunaedi Abdul Rachim,
2000).
Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim
sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama
di tempat-tempat dengan tingkat pelapukan sedang. Alfisol ditemukan di
daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol
memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk
membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di bawah tegakan hutan
berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993).
Berubahnya bahan-bahan an-organik dan bahan organik menjadi butir-butir
tanah disebabkan oleh beberapa faktor, yakni pemanasan matahari pada siang hari
dan pendinginan pada malam hari, batuan yang sudah retak, pelapukan dipercepat
oleh air, akar tumbuh -tumbuhan dapat memecah batu- batuan sehingga hancur,
binatang- binatang kecil seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya yang
membuat lubang dan menghancurkan batuan, pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat
organik akan mempercepat terbentuknya tanah (Wardiyatmoko, 2008).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
tanah
1. Bahan
Induk Tanah
Tanah yang kita tempati
dan kita pergunakan untuk berbagai usaha guna memenuhi berbagai kebutuhan hidup
manusia, terwujudnya adalah melalui berbagai proses dan tahapan-tahapan yang
panjang dan berjuta-juta tahun umurnya. Tentang terjadinya bahan induk tanah
ini MOHR dan VAN BAREN (1954) dalam “Tropical Soils” telah memberikan gambaran
ilmiah tentang terjadinya bumi kita dan batuan-batuan yang menjadi bahan
baku/induk tanah tersebut, yang ikhtisarnya dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a.
Kejadian
bumi berpangkal pada kegiatan matahari ± 3.000.000.000 tahun yang lampau, yang
telah melepaskan gumpalan materi yang berbentuk gas ke ruang angkasa, materi
tersebut bersuhu sangat tinggi
b.
Suhu
yang demikian tinggi dalam gumpalan materi yang telah terlepas itu karena
beberapa pengaruh, lambat laun menurun sedangkan bagian luar dari gumpalan
materi mengalami pembekuan merupakan benda yang berbentuk lunak atau cairan
yang kental yang pada akhirnya berbentuk kerak atau lapisan kulit dengan sifat
yang padat. Dengan demikian mulai terbentuklah suatu tubuh yang sekelilingnya
diliputi kerak yang bersifat padat
c.
Karena
bagian dalam dari tubuh itu keadaannya masih tetap lunak/cair dan panas serta
aktif mengadakan gerakan-geraka, kerak atau lapisan yang mengelilingi tubuh
itupun mengalami perubahan-perubahan. Ada yang menonjol dan adapula yang turun.
Dalam keadaan demikian berlangsungnya proses pembekuan dan pengerasan di bagian
dalam dari tubuh itu berjalan terus hingga sekarang.
d.
Perubahan-perubahan
seperti diatas selain mengakibatkan menonjolnya atau menurunnya bagian-bagian
dari lapisan kulit tubuh yang padat itu, juga menimbulkan lipatan-lipatan yang
beruntun sehingga bagian-bagian yang tadinya berada dibawah berubah ada di
atas. Karena gerakan-gerakan di bagian dalam tubuh berlangsung terus, tubuh
itupun berputar secara perlahan-lahan, dan dengan bertambahmengerasnya lapisan
kerak serta menurunnya suhu maka tubuh itu mempunyai bentuk yang lebih nyata
yaitu mirip sebuah bola besar, yang kita namakan “bumi”.
e.
Kerak
bumi keadaannya makin padat dan tebal, sedang bahan-bahan di bagian dalam tubuh
bumi tetap lunak/cair dan panas yang kadang-kadang berikhtiar menyelinap keluar
melalui celah-celah yang terdapat pada lapisan kerak dalam keadaan cair dan
tetao panas, bahan-bahan tersebut dinamakan magma.
f.
Batuan-batuan
kristal tersebut diatas lazim disebut batu induk yang karena adanya
gerakan-gerakan tektonis mengalami perubahan tempat dan berada di atas lapisan
kerak bumi. Batu-batu induk ini ternyata mempunyai susunan kimiawi sehingga
daripadanya kini dikenal adanya batu-batu andesit, basalt, granit dll.
Batu-batu inilah yang kemudian mengalami fase-fase hancuran iklim akan
membentuk tanah.
2.
Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada
jangka panjang minimal permusim/perperiode atau pertahun dan seterusnya.
Diantara komponen iklim, yang paling berperan adalah curah hujan (presipitasi)
dan temperatur. Presipitasi melalui jumlah air yang masuk ke dalam tanah
mengakibatkan terjadinya pelapukan mineral, eluviasi dan pergerakan ion-ion.
Sisa-sisa tanaman yang ada di atas tanah dan dekomposisi sisa-sisa tanaman
tersebut sangat tergantung dari hubungan kelembaban yang terdapat pada
lingkungan pembentukan tanah. Suhu sebagai komponen iklim kedua yang penting
adalah ukuran tersedianya panas untuk semua proses fisik, kimia dan reaksi
biologik yang terlibat dalam proses perkembangan tanah. Dimana air tersedia
ridak terbatas, maka kecepatan pelapukan mineral akan meningkat dengan
meningkatnya suhu. Horizon tanah yaitu bagian-bagian tanah yang tersusun oleh
lapisan-lapisan yang saling sejajar dari atas ke bawah. Susunan dan sifat
lapisan horizon tersebut dapat dilihat dari warna, struktur dan teksturnya.
Dari atas berturut-turut disebut horizon A, B dan C. Sedang bagian yang paling
bawah disebut Horizon D berupa batuan induk.
Profil tanah secara sempurna terbentuk
pada daerah dengan suhu yang sedang dan basah. Horizon A merupakan lapisan yang
mengalami pencucian bahan yang larut dan koloid, sehingga pori-porinya
renggang, dengan tekstur yang terbuka. Horizon B tempat akumulasi bahan yang
larut dari Horizon A sehingga menjadi padat. Horizon A dan B inilah yang
disebut tanah yang sebenarnya. Horizon C dari batuan induk yang telah lapuk,
tetapi tidak subur karena bahan-bahannya belum terurai.
Berdasarkan nisbah antara
P {presipitasi (hujan+suhu+embun)} : Et (Evapotranspirasi), Walther Penck
membagi tanah dunia
menjadi 2 wilayah
a. Daerah humid (basah) apabila nisbah P
: Et lebih besar dari 0,7
b. Daerah arid (kering) apabila bernisbah
kurang dari 0,7
3. Vegetasi
Tumbuhan, hewan, manusia serta
jasad-jasad reunik besar sekali perannya dalam proses pembentukan tanah, baik
secara fisis maupun kimia. Sisa tumbuhan yang telah hancur akan menghasilkan
mineral yang dibutuhkan bagi kehidupan tanaman. Jasad reunik (pengurai) yang
terdapat dalam tanah akan membantu proses penghancuran dan penguraian sisa
tumbuhan atau hewan yang telah mati. Usaha manusia untuk menjaga dan
mempertahankan kesuburan tanah termasuk yang ikut berperan dalam proses
pembentukan tanah.
4. Topografi
Relief dan topografi
berkaitan dengan tinggi rendah permukaan bumi serta kemiringannya.Faktor ini
berpengaruh terhadap pengaliran air.Pengaliran air ini berpengaruh besar
terhadap pengikisan, pengangkutan dan pengendapan. Di samping itu, lancar
tidaknya pengaliran air mempengaruhi proses penghancuran dan pembusukan
sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Pada kawasan yang tergenang air seperti daerah
rawa proses penghancuran bahan organik menjadi bahan anorganik relatif lemah,
sedang proses pembusukannya relatif kuat sehingga menghasilkan tanah yang
tingkat keasamaannya tinggi yang kurang baik untuk kehidupan tanaman. Pada
tanah miring yang curam pengaliran air cukup kuat yang mempercepat terjadinya
erosi sehingga dapat menghilangkan tanah
yang subur.
5. Waktu
Lamanya bahan
induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah memainkan peran penting dalam
menentukan jenis tanah yang terbentuk.Oleh karena itu perubahan-perubahan
ditentukan oleh kecepatan dan jenis reaksi yang berlangsung, maka faktor waktu
sebaiknya dinilai atas dasar nisbi, dan tidak atas dasar nilai mutlak. Beberapa
proses dapat merubah sifat bahan induk dalam waktu yang nisbi singkat
dibandingkan dengan proses lain. Proses yang cepat meliputi pertukaran ion,
pencucian dan penimbunan bahan-bahan yang mudah larut. Hasil perubahan
proses-proses tersebut dapat diamati dalam hanya beberapa tahun.Sebaliknya
perubahan dari pelapukan mineral,
penimbunan humus dan penimbunan liat biasanya berlangsung lebih lambat.Humus
misalnya dapat memberi warna gelap pada tanah dalam beberapa dekade, tetapi
pembentukan penuh lapisan humus memerlukan waktu ratusan tahun dibawah
lingkungan tertentu.Suatu bahan organik dapat mengalami perubahan menjadi tanah
muda dalam suatu jangka waktu nisbi singkat pada lingkungan yang sesuai. Proses
yang terjadi pada proses ini adalah berupa penimbunan bahan organik pada
permukaan tanah, beberapa pelapukan dan pencucian atau translokasi bahan
koloid.
III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1 Letak Administratif
Lokasi tempat
penelitian profil tanah adalah di wilayah Experimental-Farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar,
secara administratif
terletak pada :
- Sebelah
Utara : Pemukiman penduduk
- Sebelah
Timur : Laboratorium Peternakan
- Sebelah
Selatan : Politeknik
- Sebelah
Barat : Kebun Experimental-Farm
Ilmu Tanah
3.2 Iklim
Iklim merupakan
faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Unsur iklim yang
sangat besar peranannya dalam proses pembentukan tanah tersebut terutama suhu
dan curah hujan.Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas
reaksi fisik di dalam tanah. Keadaan di lokasi adalah C2-C3 dengan curah hujan
rata-rata berkisar 800-1500 mm.
3.3 Topografi
Topografi
merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan
kecuraman dan bentuk lereng. Topografi mempengaruhi pembentukan tanah, makin
curam lereng kecepatan erosi semakin besar, sehingga
di lereng yang
curam jarang dijumpai tanah yang dalam.Keadaan topografi di tempat pengambilan
profil tanah adalah datar dengan persen kelerengan
adalah 0 %-3 %.
3.4 Vegetasi
Vegetasi merupakan sumber bahan organik
tanah. Jenis vegetasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pembentukan tanah.Vegetasi pada tempat pengambilan sample tanah di profil
adalah tanah subur, dengan tanaman utama
berupa jagung, kacang
hijau,padi, kacang tanah, padi dan
tanaman lain berupa pohon pisang, pohon kapuk, serta alang-alang yang tumbuh
liar.
3.5 Jenis Tanah
Jenis tanah
merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan
jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Adapun jenis tanah pada lokasi pengambilan sample
tanah profil tergolong dalam jenis tanah Alfisol karena umumnya tanah tidak
kering melainkan tingkat kejenuhan basanya tergolong sedang.
3.6 Penggunaan
Lahan
Penggunaan
lahan pada lokasi pengambilan sample
tanah profil adalah tanah perkebunan dan sebagai lahan percobaan.
IV. BAHAN DAN
METODE
4.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan profil
tanah dilaksanakan diExperimental-Farm
FakultasPertanian Universitas Hasanuddin Makassar pada hari Sabtu tanggal 24Maret 2011 pada pukul 07.00 WITA s.d.
selesai.
4.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat
yang digunakan pada saat pengambilan sample tanah profil adalah cangkul,
linggis, sekop, cutter, dan meteran
sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada saat pengambilansample tanah
profil adalah kantong plastik, air dan kertas label.
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Pembuatan Profil
a.
Lubangi penampang, harus besar agar orang dapat dengan
mudah duduk atau berdiri di dalamnya sehingga pemeriksaan atau pengamatan dapat
berjalan dengan sempurna.
b.
Ukuran penampang 1,5 x 1 m sampai bahan induk dan
memilih pemeriksaan atau pengamatan di sisi lubang penampang yang mendapat
sinar matahari, di tempat miring penampang pada dinding teratas.
c.
Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi
penampang pemeriksaan.
d.
Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak
terlalu
pagiatau sore).
4.3.2Pengambilan Sampel Tanah
a.
Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan di ambil,
kemudian meletakkan ring sample tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
b.
Mengambil tanah dengan sendok atau cutter sesuai dengan
lapisan yang akan di ambil.
c.
Memasukkan tanah ke dalam kantong plastik yang telah
diberi
kertas label.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Lapisan
|
I
|
II
|
Kedalaman Lapisan
|
0-26 cm
|
26-113 cm
|
Batasan Lapisan
|
Baur
|
Baur
|
Topografi batas lapisan
|
Berombak
|
Berombak
|
Warna (munsel)
|
Hitam kecoklatan
|
Merah kekuning-kuningan
|
Tekstur
|
Liat
|
Lempung
|
Struktur
|
Kasar
|
Halus
|
Konsistensi
|
Lembab
|
Lembab
|
Karatan
|
Fe
|
Al
|
Sumber : Data Primer, 2012
5.2 Pembahasan
Berdasarkan pada
table di atas, analisa dari kedalaman tiap lapisan diperoleh ukuran yang berbeda.Padalapisan pertama,
ukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur adalah 0-26cm sedangkan lapisan kedua 26-113cm. Pada proses penggalian hanya digali sampai
lapisan kedua, karena pada lokasi banyak terdapat tanah timbunan. Sehingga yang
menjadi penelitian hanya lapisan I dan II.
Dari penelitian ini, juga
diperoleh data untuk batasan lapisan tanah.Batasan lapisan pertama memiliki batas lapisan
tanahnya baur. Pada lapisan kedua, batas lapisan tanahnya juga baur.Sesuai dengan pendapat Ahmad
(2007) bahwa batas pada lapisan dapat ditentukan dengan melakukan pengirisan
secara vertikal pada tanah, bila irisan terhenti ini menunjukkan batas pada
setiap lapisan.
Topografi pada setiap batas
lapisan tanah rata-rata sama yaitu lapisan pertama berombak, lapisan kedua
berombak. Menurut Ahmad (2007), profil tanah dipengaruhi oleh topografi.
Tekstur tanah dapat ditentukan dengan membasahi segenggam tanah,
meremasnya, merabanya dengan ibu jari dan jari telunjuk.Pada lapisan tanah
pertama teksturnya liat, dan
lapisan kedualempung.Sesuai
pendapat Gunadarma (2007) tekstur tanah merupakan keadaan tanah di lapangan
yang meliputi distribusi ukuran partikel dimana hal ini cukup lakukan di
lapangan.
Struktur merupakan kombinasi partikel-partikel tanah primer sampai
agregat.Pada lapisan pertama, strukturnya kasar. Lapisan kedua, strukturnya halus(angular). Ini sesuai dengan pendapat Gunadarma (2007) mengubah
pengaruh tekstur dengan memperhatikan hubungan kelembaban dan udara.
Konsistensi merupakan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk, keadaan
ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi menurut Gunadarma (2007).Pada
lapisan pertama konsistensinya adalah lembab dan lapisan kedua konsistensinya juga lembab.
Karatan yang terjadi pada setiap lapisan terjadi karena adanya reaksi
reduksi dan oksidasi pada senyawa Fe dan Mn sesuai pendapat Forth (1994).Pada lapisan pertama karatan
tanahnya adalah Fe sedangkan
pada lapisan kedua
kartan adalah Al.
Untuk mengetahui batas lapisan dari suatu struktur tanah dapat kita bagi
secara umum menjadi 4 bagian, yaitu tegas, nyata, berangsur, dan berbaur.Untuk
batas lapisan dari tanah Alfisol adalah baur.Selain itu topografi batas lapisan
secara umum dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu rata, berombak, dan tidak
teratur.Tekstur dan struktur dari tanah yang dianalisa juga menentukan kualitas
dari tanah tersebut, dimana dari segi tekstur dibedakan menjadi beberapa bentuk
fisik yaitu pair, debu, lempung berliat, lempung berdebu, dan bentuk liat.Untuk
jenis tanah alfisol memiliki tekstur lempung berpasir dan lempung berliat.
Selain pasir, debu, dan liat, ada jenis buatan yang biasanya terdapat pada
tanah itu sendiri antara lain: kerikil, batu kecil, batu besar, dan ukuran
besar serta jumlah yang terdapat didalam tanah berbeda-beda.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setalah melakukan percobaan ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa tiap-tiap horison tanah memiliki karakter dan karatan
yang berbeda, begitu juga penyusun profil ditiap tanah pasti berbeda
yang diakibatkan oleh penyusun-penyusun atau bahan organik yang terkandung di
dalam tanah.
6.2 Saran
Saran untuk pengembangan tanah di Ex-Farm Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin sebaiknya dijadikan sebagi lahan buat penanaman
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi bukan hanya sebagai lahan percobaan
karena tanah disana sangat subur.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul. 2007, Ilmu Tanah, PT. Medityama Sarana
Perkasa, Jakarta
Ahmad, 2007, Ilmu Tanah, PT. Medityama
Sarana Perkasa, Jakarta
Djunaed, Abdul Rachman, 2000, Horizon
Tanah, Gramedia, Jakarta
E-smartschool, 2008, Bagaimana Tanah Terjadi?, www.google.com, diakses
tanggal 27 Maret 2012, pukul 19.35 WITA
Forth, 1991, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Gajah
Mada Unversity Press, Jakarta Majid
Gunadarma, 2007, Tanah Alfisol, Rineka
Cipta, Jakarta
Hardjowigeno, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah,
Universitas Lampung, Lampung
Tim E-dukasi.net, 2009, Ciri dan Proses Pembentukan Tanah, www.google.com diakses
tanggal 27 september 2009, pukul 19.35 WITA
Wardiyatmoko, 2008, Tekstur Tanah, Salemba empat,
Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PROFIL TANAH
NAMA : HILMAN H
NIM :
G21111036
KELOMPOK : 4
ASISTEN : SAKTI SWARNO
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam bidang
pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan
bercampur dengan sisa bahan dalam tanah terdapat pula udara dan air yang
berasal dari hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat
lain. Dalam proses pembentukan tanah,
selain campuran bahan mineral dan bahan organik terbentuk pula lapisan-lapisan
tanah yang disebut horizon. Dengan
demikian tanah dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan
bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral,
bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman.
Secara umum tanah dapat dipelajari dengan pendekatan pedologi dan
pendekatan edaphologi.Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah
beserta faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survai tanah, dan
cara-cara pengamatan tanah di lapang disebut “Pedologi”.Dalam hal ini tanah
dipandang sebagai suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus
dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman.
Walaupun demikian penemuan-penemuan dalam bidang pedologi akan sangat
bermanfaat pula dalam bidang pertanian maupun non pertanian misalnya pembuatan
bangunan khususnya pada kajian ilmu teknik
sipil.
Meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah, maka Ilmu Tanah menjadi
Ilmu yang sangat luas, sehingga untuk dapat mempelajarinya dengan baik perlu
pengelompokkan lebih lanjut kedalam bidang-bidang Ilmu Tanah yang lebih khusus
seperti Fisika Tanah, Kimia tanah, Kesuburan tanah, Mikrobiologi Tanah,
Pengawetan Tanah dan Air, Mineralogi Tanah, Genesis dan Klasifikasi Tanah,
Geografi Tanah, Survai Tanah dan Evaluasi Lahan.
Pengamatan profil tanah perlu dilakukan mengingat sifat morfologi tanah
bisa sangatmenentukan pertumbuhan tanaman. Contoh sifat morfologi tersebut
antara lain ketebalan topsoil,kedalaman efektif, batas horizon tanah, warna
tanah, tekstur, struktur tanah serta tingkat perkembangan struktur tanah,
perakaran, relief, lereng, fisiografi tanah. Dari sifat-sifatmorfologi tersebut
tergambar potensi tanah untuk digunakan sebagai media tumbuh tanaman.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan percobaan tentang profil
tanah sebab sifat-sifat profil tanah dalam setiap lapisan berbeda yaitu terdiri
dari tekstur, warna, struktur, konsistensi, kerapatan, ketebalan horizon dan
kedalaman solum.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud
dari percobaan ini adalah untuk mempelajari profil penyusun tanah serta
horizon-horizon tanah yang bertujuanuntuk menentukan batas lapisan, topografi
batas lapisan, warna, tekstur, struktur, konsistensi, serta karatan tiap-tiap
lapisan horizon tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil
Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batu
induk tanah. Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki
horison-horison sbb: O – A – E – B - C – R. Solum Tanah terdiri dari:
O – A – E – B Lapisan Tanah Atas meliputi: O – A Lapisan Tanah Bawah : E – B (Abdul Madjid, 2007).
Adapun keterangan dari
horizon-horizon tersebut adalah:
1.
Horizon O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah
atau sisa-sisa tanaman(Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi
serasah (Oa).
2.
Horizon A adalah horison mineral berbahan organik tanah
(BOT) tinggisehingga berwarna agak gelap.
3.
Horizon E adalah horison mineral yang telah tereloviasi
(tercuci) sehinggakadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir
& debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta
berwarna terang.
4.
Horizon B adalah horison illuviasi yaitu horison
akumulasi bahan eluvialdari horizon
diatasnya.
5.
Horizon C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih
sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.
6.
R adalah bahan induk tanah.
Tanah Alfisol adalah tanah-tanah yang berkembang
dari bahan induk tua, terdiri dari bentonit yang bercampur dengan batupasir
atau bahan volkan tua. Bahan induk kaya kalsium dan magnesium. Pencucian kurang
intensif sehingga kejenuhan basa relatif tinggi. Mineral mudah lapuk sedikit,
dan susunan mineral fraksi liat adalah campuran monmorilonit, kaolinit dan
bahan amorf atau campuran dua yang terakhir. Secara fisik dan kimia Alfisol
bersifat kurang baik. Kadar liat yang tinggi telah menghasilkan struktur gumpal
bersudut sedang dan horison argilik yang relatif kedap. Tanah juga mengandung
Al-dd dan kejenuhan Al yang tinggi, sehingga perlu pengapuran. Disamping itu,
pemupukan hara makro (kecuali Ca dan Mg) dan bahan organik sangat diperlukan
(Djunaedi Abdul Rachim, 2000).
Alfisol umumnya berada pada kondisi geografis dan
agroklimat yang mendorong untuk menjadi tanah marjinal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik sifat kimia dan fisika tanah Alfisol. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pH tanah Alfisol yang diamati bereaksi dari masam
hingga netral, dengan kandungan C-organik rendah, P-tersedia dari sangat rendah
hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd dari sedang hingga sangat
tinggi, Mg-dd dari sedang hingga tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi
dan unsur mikro (Fe dan Zn) yang tinggi. Warna tanah Alfisol yang diamati
adalah coklat kemerahan hingga merah gelap, kekuatan tanah yang relatif rendah
yaitu kurang dari 3,75 kg F/cm2, struktur tanah dari butir hingga tiang dan
tekstur tanah dari lempung liat berpasir hingga liat (Djunaedi Abdul Rachim,
2000).
Alfisol kebanyakan ditemukan di daerah beriklim
sedang, tetapi dapat pula ditemukan di daerah tropika dan subtropika terutama
di tempat-tempat dengan tingkat pelapukan sedang. Alfisol ditemukan di
daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol
memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk
membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di bawah tegakan hutan
berdaun lebar (Hardjowigeno, 1993).
Berubahnya bahan-bahan an-organik dan bahan organik menjadi butir-butir
tanah disebabkan oleh beberapa faktor, yakni pemanasan matahari pada siang hari
dan pendinginan pada malam hari, batuan yang sudah retak, pelapukan dipercepat
oleh air, akar tumbuh -tumbuhan dapat memecah batu- batuan sehingga hancur,
binatang- binatang kecil seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya yang
membuat lubang dan menghancurkan batuan, pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat
organik akan mempercepat terbentuknya tanah (Wardiyatmoko, 2008).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
tanah
1. Bahan
Induk Tanah
Tanah yang kita tempati
dan kita pergunakan untuk berbagai usaha guna memenuhi berbagai kebutuhan hidup
manusia, terwujudnya adalah melalui berbagai proses dan tahapan-tahapan yang
panjang dan berjuta-juta tahun umurnya. Tentang terjadinya bahan induk tanah
ini MOHR dan VAN BAREN (1954) dalam “Tropical Soils” telah memberikan gambaran
ilmiah tentang terjadinya bumi kita dan batuan-batuan yang menjadi bahan
baku/induk tanah tersebut, yang ikhtisarnya dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a.
Kejadian
bumi berpangkal pada kegiatan matahari ± 3.000.000.000 tahun yang lampau, yang
telah melepaskan gumpalan materi yang berbentuk gas ke ruang angkasa, materi
tersebut bersuhu sangat tinggi
b.
Suhu
yang demikian tinggi dalam gumpalan materi yang telah terlepas itu karena
beberapa pengaruh, lambat laun menurun sedangkan bagian luar dari gumpalan
materi mengalami pembekuan merupakan benda yang berbentuk lunak atau cairan
yang kental yang pada akhirnya berbentuk kerak atau lapisan kulit dengan sifat
yang padat. Dengan demikian mulai terbentuklah suatu tubuh yang sekelilingnya
diliputi kerak yang bersifat padat
c.
Karena
bagian dalam dari tubuh itu keadaannya masih tetap lunak/cair dan panas serta
aktif mengadakan gerakan-geraka, kerak atau lapisan yang mengelilingi tubuh
itupun mengalami perubahan-perubahan. Ada yang menonjol dan adapula yang turun.
Dalam keadaan demikian berlangsungnya proses pembekuan dan pengerasan di bagian
dalam dari tubuh itu berjalan terus hingga sekarang.
d.
Perubahan-perubahan
seperti diatas selain mengakibatkan menonjolnya atau menurunnya bagian-bagian
dari lapisan kulit tubuh yang padat itu, juga menimbulkan lipatan-lipatan yang
beruntun sehingga bagian-bagian yang tadinya berada dibawah berubah ada di
atas. Karena gerakan-gerakan di bagian dalam tubuh berlangsung terus, tubuh
itupun berputar secara perlahan-lahan, dan dengan bertambahmengerasnya lapisan
kerak serta menurunnya suhu maka tubuh itu mempunyai bentuk yang lebih nyata
yaitu mirip sebuah bola besar, yang kita namakan “bumi”.
e.
Kerak
bumi keadaannya makin padat dan tebal, sedang bahan-bahan di bagian dalam tubuh
bumi tetap lunak/cair dan panas yang kadang-kadang berikhtiar menyelinap keluar
melalui celah-celah yang terdapat pada lapisan kerak dalam keadaan cair dan
tetao panas, bahan-bahan tersebut dinamakan magma.
f.
Batuan-batuan
kristal tersebut diatas lazim disebut batu induk yang karena adanya
gerakan-gerakan tektonis mengalami perubahan tempat dan berada di atas lapisan
kerak bumi. Batu-batu induk ini ternyata mempunyai susunan kimiawi sehingga
daripadanya kini dikenal adanya batu-batu andesit, basalt, granit dll.
Batu-batu inilah yang kemudian mengalami fase-fase hancuran iklim akan
membentuk tanah.
2.
Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada
jangka panjang minimal permusim/perperiode atau pertahun dan seterusnya.
Diantara komponen iklim, yang paling berperan adalah curah hujan (presipitasi)
dan temperatur. Presipitasi melalui jumlah air yang masuk ke dalam tanah
mengakibatkan terjadinya pelapukan mineral, eluviasi dan pergerakan ion-ion.
Sisa-sisa tanaman yang ada di atas tanah dan dekomposisi sisa-sisa tanaman
tersebut sangat tergantung dari hubungan kelembaban yang terdapat pada
lingkungan pembentukan tanah. Suhu sebagai komponen iklim kedua yang penting
adalah ukuran tersedianya panas untuk semua proses fisik, kimia dan reaksi
biologik yang terlibat dalam proses perkembangan tanah. Dimana air tersedia
ridak terbatas, maka kecepatan pelapukan mineral akan meningkat dengan
meningkatnya suhu. Horizon tanah yaitu bagian-bagian tanah yang tersusun oleh
lapisan-lapisan yang saling sejajar dari atas ke bawah. Susunan dan sifat
lapisan horizon tersebut dapat dilihat dari warna, struktur dan teksturnya.
Dari atas berturut-turut disebut horizon A, B dan C. Sedang bagian yang paling
bawah disebut Horizon D berupa batuan induk.
Profil tanah secara sempurna terbentuk
pada daerah dengan suhu yang sedang dan basah. Horizon A merupakan lapisan yang
mengalami pencucian bahan yang larut dan koloid, sehingga pori-porinya
renggang, dengan tekstur yang terbuka. Horizon B tempat akumulasi bahan yang
larut dari Horizon A sehingga menjadi padat. Horizon A dan B inilah yang
disebut tanah yang sebenarnya. Horizon C dari batuan induk yang telah lapuk,
tetapi tidak subur karena bahan-bahannya belum terurai.
Berdasarkan nisbah antara
P {presipitasi (hujan+suhu+embun)} : Et (Evapotranspirasi), Walther Penck
membagi tanah dunia
menjadi 2 wilayah
a. Daerah humid (basah) apabila nisbah P
: Et lebih besar dari 0,7
b. Daerah arid (kering) apabila bernisbah
kurang dari 0,7
3. Vegetasi
Tumbuhan, hewan, manusia serta
jasad-jasad reunik besar sekali perannya dalam proses pembentukan tanah, baik
secara fisis maupun kimia. Sisa tumbuhan yang telah hancur akan menghasilkan
mineral yang dibutuhkan bagi kehidupan tanaman. Jasad reunik (pengurai) yang
terdapat dalam tanah akan membantu proses penghancuran dan penguraian sisa
tumbuhan atau hewan yang telah mati. Usaha manusia untuk menjaga dan
mempertahankan kesuburan tanah termasuk yang ikut berperan dalam proses
pembentukan tanah.
4. Topografi
Relief dan topografi
berkaitan dengan tinggi rendah permukaan bumi serta kemiringannya.Faktor ini
berpengaruh terhadap pengaliran air.Pengaliran air ini berpengaruh besar
terhadap pengikisan, pengangkutan dan pengendapan. Di samping itu, lancar
tidaknya pengaliran air mempengaruhi proses penghancuran dan pembusukan
sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Pada kawasan yang tergenang air seperti daerah
rawa proses penghancuran bahan organik menjadi bahan anorganik relatif lemah,
sedang proses pembusukannya relatif kuat sehingga menghasilkan tanah yang
tingkat keasamaannya tinggi yang kurang baik untuk kehidupan tanaman. Pada
tanah miring yang curam pengaliran air cukup kuat yang mempercepat terjadinya
erosi sehingga dapat menghilangkan tanah
yang subur.
5. Waktu
Lamanya bahan
induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah memainkan peran penting dalam
menentukan jenis tanah yang terbentuk.Oleh karena itu perubahan-perubahan
ditentukan oleh kecepatan dan jenis reaksi yang berlangsung, maka faktor waktu
sebaiknya dinilai atas dasar nisbi, dan tidak atas dasar nilai mutlak. Beberapa
proses dapat merubah sifat bahan induk dalam waktu yang nisbi singkat
dibandingkan dengan proses lain. Proses yang cepat meliputi pertukaran ion,
pencucian dan penimbunan bahan-bahan yang mudah larut. Hasil perubahan
proses-proses tersebut dapat diamati dalam hanya beberapa tahun.Sebaliknya
perubahan dari pelapukan mineral,
penimbunan humus dan penimbunan liat biasanya berlangsung lebih lambat.Humus
misalnya dapat memberi warna gelap pada tanah dalam beberapa dekade, tetapi
pembentukan penuh lapisan humus memerlukan waktu ratusan tahun dibawah
lingkungan tertentu.Suatu bahan organik dapat mengalami perubahan menjadi tanah
muda dalam suatu jangka waktu nisbi singkat pada lingkungan yang sesuai. Proses
yang terjadi pada proses ini adalah berupa penimbunan bahan organik pada
permukaan tanah, beberapa pelapukan dan pencucian atau translokasi bahan
koloid.
III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1 Letak Administratif
Lokasi tempat
penelitian profil tanah adalah di wilayah Experimental-Farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar,
secara administratif
terletak pada :
- Sebelah
Utara : Pemukiman penduduk
- Sebelah
Timur : Laboratorium Peternakan
- Sebelah
Selatan : Politeknik
- Sebelah
Barat : Kebun Experimental-Farm
Ilmu Tanah
3.2 Iklim
Iklim merupakan
faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Unsur iklim yang
sangat besar peranannya dalam proses pembentukan tanah tersebut terutama suhu
dan curah hujan.Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas
reaksi fisik di dalam tanah. Keadaan di lokasi adalah C2-C3 dengan curah hujan
rata-rata berkisar 800-1500 mm.
3.3 Topografi
Topografi
merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk perbedaan
kecuraman dan bentuk lereng. Topografi mempengaruhi pembentukan tanah, makin
curam lereng kecepatan erosi semakin besar, sehingga
di lereng yang
curam jarang dijumpai tanah yang dalam.Keadaan topografi di tempat pengambilan
profil tanah adalah datar dengan persen kelerengan
adalah 0 %-3 %.
3.4 Vegetasi
Vegetasi merupakan sumber bahan organik
tanah. Jenis vegetasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pembentukan tanah.Vegetasi pada tempat pengambilan sample tanah di profil
adalah tanah subur, dengan tanaman utama
berupa jagung, kacang
hijau,padi, kacang tanah, padi dan
tanaman lain berupa pohon pisang, pohon kapuk, serta alang-alang yang tumbuh
liar.
3.5 Jenis Tanah
Jenis tanah
merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan
jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Adapun jenis tanah pada lokasi pengambilan sample
tanah profil tergolong dalam jenis tanah Alfisol karena umumnya tanah tidak
kering melainkan tingkat kejenuhan basanya tergolong sedang.
3.6 Penggunaan
Lahan
Penggunaan
lahan pada lokasi pengambilan sample
tanah profil adalah tanah perkebunan dan sebagai lahan percobaan.
IV. BAHAN DAN
METODE
4.1 Tempat dan Waktu
Pengamatan profil
tanah dilaksanakan diExperimental-Farm
FakultasPertanian Universitas Hasanuddin Makassar pada hari Sabtu tanggal 24Maret 2011 pada pukul 07.00 WITA s.d.
selesai.
4.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat
yang digunakan pada saat pengambilan sample tanah profil adalah cangkul,
linggis, sekop, cutter, dan meteran
sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada saat pengambilansample tanah
profil adalah kantong plastik, air dan kertas label.
4.3 Prosedur Kerja
4.3.1 Pembuatan Profil
a.
Lubangi penampang, harus besar agar orang dapat dengan
mudah duduk atau berdiri di dalamnya sehingga pemeriksaan atau pengamatan dapat
berjalan dengan sempurna.
b.
Ukuran penampang 1,5 x 1 m sampai bahan induk dan
memilih pemeriksaan atau pengamatan di sisi lubang penampang yang mendapat
sinar matahari, di tempat miring penampang pada dinding teratas.
c.
Tanah bekas galian tidak ditumpuk di atas sisi
penampang pemeriksaan.
d.
Melakukan pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak
terlalu
pagiatau sore).
4.3.2Pengambilan Sampel Tanah
a.
Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan di ambil,
kemudian meletakkan ring sample tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.
b.
Mengambil tanah dengan sendok atau cutter sesuai dengan
lapisan yang akan di ambil.
c.
Memasukkan tanah ke dalam kantong plastik yang telah
diberi
kertas label.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Lapisan
|
I
|
II
|
Kedalaman Lapisan
|
0-26 cm
|
26-113 cm
|
Batasan Lapisan
|
Baur
|
Baur
|
Topografi batas lapisan
|
Berombak
|
Berombak
|
Warna (munsel)
|
Hitam kecoklatan
|
Merah kekuning-kuningan
|
Tekstur
|
Liat
|
Lempung
|
Struktur
|
Kasar
|
Halus
|
Konsistensi
|
Lembab
|
Lembab
|
Karatan
|
Fe
|
Al
|
Sumber : Data Primer, 2012
5.2 Pembahasan
Berdasarkan pada
table di atas, analisa dari kedalaman tiap lapisan diperoleh ukuran yang berbeda.Padalapisan pertama,
ukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur adalah 0-26cm sedangkan lapisan kedua 26-113cm. Pada proses penggalian hanya digali sampai
lapisan kedua, karena pada lokasi banyak terdapat tanah timbunan. Sehingga yang
menjadi penelitian hanya lapisan I dan II.
Dari penelitian ini, juga
diperoleh data untuk batasan lapisan tanah.Batasan lapisan pertama memiliki batas lapisan
tanahnya baur. Pada lapisan kedua, batas lapisan tanahnya juga baur.Sesuai dengan pendapat Ahmad
(2007) bahwa batas pada lapisan dapat ditentukan dengan melakukan pengirisan
secara vertikal pada tanah, bila irisan terhenti ini menunjukkan batas pada
setiap lapisan.
Topografi pada setiap batas
lapisan tanah rata-rata sama yaitu lapisan pertama berombak, lapisan kedua
berombak. Menurut Ahmad (2007), profil tanah dipengaruhi oleh topografi.
Tekstur tanah dapat ditentukan dengan membasahi segenggam tanah,
meremasnya, merabanya dengan ibu jari dan jari telunjuk.Pada lapisan tanah
pertama teksturnya liat, dan
lapisan kedualempung.Sesuai
pendapat Gunadarma (2007) tekstur tanah merupakan keadaan tanah di lapangan
yang meliputi distribusi ukuran partikel dimana hal ini cukup lakukan di
lapangan.
Struktur merupakan kombinasi partikel-partikel tanah primer sampai
agregat.Pada lapisan pertama, strukturnya kasar. Lapisan kedua, strukturnya halus(angular). Ini sesuai dengan pendapat Gunadarma (2007) mengubah
pengaruh tekstur dengan memperhatikan hubungan kelembaban dan udara.
Konsistensi merupakan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk, keadaan
ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi menurut Gunadarma (2007).Pada
lapisan pertama konsistensinya adalah lembab dan lapisan kedua konsistensinya juga lembab.
Karatan yang terjadi pada setiap lapisan terjadi karena adanya reaksi
reduksi dan oksidasi pada senyawa Fe dan Mn sesuai pendapat Forth (1994).Pada lapisan pertama karatan
tanahnya adalah Fe sedangkan
pada lapisan kedua
kartan adalah Al.
Untuk mengetahui batas lapisan dari suatu struktur tanah dapat kita bagi
secara umum menjadi 4 bagian, yaitu tegas, nyata, berangsur, dan berbaur.Untuk
batas lapisan dari tanah Alfisol adalah baur.Selain itu topografi batas lapisan
secara umum dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu rata, berombak, dan tidak
teratur.Tekstur dan struktur dari tanah yang dianalisa juga menentukan kualitas
dari tanah tersebut, dimana dari segi tekstur dibedakan menjadi beberapa bentuk
fisik yaitu pair, debu, lempung berliat, lempung berdebu, dan bentuk liat.Untuk
jenis tanah alfisol memiliki tekstur lempung berpasir dan lempung berliat.
Selain pasir, debu, dan liat, ada jenis buatan yang biasanya terdapat pada
tanah itu sendiri antara lain: kerikil, batu kecil, batu besar, dan ukuran
besar serta jumlah yang terdapat didalam tanah berbeda-beda.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setalah melakukan percobaan ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa tiap-tiap horison tanah memiliki karakter dan karatan
yang berbeda, begitu juga penyusun profil ditiap tanah pasti berbeda
yang diakibatkan oleh penyusun-penyusun atau bahan organik yang terkandung di
dalam tanah.
6.2 Saran
Saran untuk pengembangan tanah di Ex-Farm Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin sebaiknya dijadikan sebagi lahan buat penanaman
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi bukan hanya sebagai lahan percobaan
karena tanah disana sangat subur.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul. 2007, Ilmu Tanah, PT. Medityama Sarana
Perkasa, Jakarta
Ahmad, 2007, Ilmu Tanah, PT. Medityama
Sarana Perkasa, Jakarta
Djunaed, Abdul Rachman, 2000, Horizon
Tanah, Gramedia, Jakarta
E-smartschool, 2008, Bagaimana Tanah Terjadi?, www.google.com, diakses
tanggal 27 Maret 2012, pukul 19.35 WITA
Forth, 1991, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Gajah
Mada Unversity Press, Jakarta Majid
Gunadarma, 2007, Tanah Alfisol, Rineka
Cipta, Jakarta
Hardjowigeno, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah,
Universitas Lampung, Lampung
Tim E-dukasi.net, 2009, Ciri dan Proses Pembentukan Tanah, www.google.com diakses
tanggal 27 september 2009, pukul 19.35 WITA
Wardiyatmoko, 2008, Tekstur Tanah, Salemba empat,
Jakarta
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PROFIL TANAH
NAMA : HILMAN H
NIM :
G21111036
KELOMPOK : 4
ASISTEN :SAKTI SWARNO
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
v