Rabu, 15 Mei 2013

ilmu usaha tani


I.  PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar penduduknya terdiri dari dari petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting. Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk terutama bagi mereka yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Selain itu sektor pertanian, salah satu  hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usaha tani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktifitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat.
Sektor pertanian juga merupakan sektor penyerap tenaga kerja utama di Indonesia. Sektor pertanian menopang hampir separuh dari pendapatan penduduk di Indonesia dan menjadi strategis dalam kebijakan pengentasan kemiskinan. Peran sektor pertanian lain yang menjadi vital bagi kehidupan manusia terutama di Indonesia adalah sebagai sumber devisa bagi negara dari ekspor non migas dan sebagai penyedia input atau bahan baku bagi industri-industri dan sekaligus sebagai pasar yang potensial dari output-output industri.
Secara garis besar, besarnya pendapatan usaha tani diperhitungkan dari pengurangan besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usaha tani tersebut. Penerimaan suatu usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usaha tani, jenis dan harga komoditi usaha tani yang diusahakan, sedang besarnya biaya suatu usaha tani akan dipengaruhi oleh topografi, struktur tanah, jenis dan varietas komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi yang digunakan.
Padi merupakan komoditi yang dapat diperhitungkan oleh para petani dan merupakan tanaman pokok petani di Indonesia khususnya Kabupaten pinrang. Usahatani padi sangat berperan dalam pembangunan nasional Indonesia, walaupun dalam skala usaha rumah tangga persatuan luas lahan yang kecil maupun luas. Dalam kenyataannya  di pasar, petani hanya diposisikan sebagai price taker yang tidak dapat mengendalikan harga di pasar. Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh petani padi adalah bagaimana mengefisienkan usahataninya semaksimal mungkin. Untuk itulah analisis pendapatan merupakan cara yang tepat untuk mengetahui hasil usahatani padi. Karena faktor produksi sebagian sudah dilakukan oleh rumah tangga petani sendiri, maka digolongkan sebagai biaya yang tidak riil dikeluarkan. Hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha tani padi adalah menyangkut biaya-biaya yang berbeda-beda antara usaha tani padi satu dengan usaha tani padi yang lainya sebagai karakteristik varietas.
Kabupaten pinrang merupakan tempat pemasok beras terbesar di Sulawesi selatan dimana perkejaan utama dari penduduk di kabupaten pinrang merupakan petani dan lahan pertanian yang berada di kabupaten pnrang sangatlah cocok untuk usahatani padi. Selain lahan yang dimiliki setiap petani mencapai 1 Ha per orang dan pengguaan teknologi dan pupuk pertanian sangat diutamakan guna meningkatkan usahatani dari situlah kabupaten pinrang dikenal sebagai lumbung padi di Sulawesi selaran.
Berdasarkan uraian dtersebut maka diperlukan pelaksanaan praktek lapang Ilmu Usahatani untuk mengumpulkan data serta informasi yang dapat menjadi data pembanding bagi teori-teori yang telah ada serta agar kita dapat mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat tani yang ada terkait produksi, pendapatan, dan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani yang dilaksanakannya.
1.2       Tujuan
Tujuan diadakannya praktek lapang ini adalah sebagai berikut :
1.            Untuk mengetahui berapa produksi usahatani dan tingkat pendapatan atau penerimaan yang diperoleh petani dari usahataninya.
2.            Untuk membandingkan pendapatan antara petani satu dengan petani lainnya.



1.3         Kegunaan
            Adapun kegunaan dari praktek lapang ini adalah :
1.         Sebagai masukan dalam menganalisis usahatani dan membandingkan teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan kenyataan yang terdapat di lapangan.
2.         Sebagai bahan informasi pada praktek lapang selanjutnya dan bahan pertimbangan pemerintah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan khususnya dalam pengelolaan usahatani.






II.           METODE PRAKTEK  LAPANG
2.1         Waktu dan Tempat
            Praktek lapang mata kuliah Ilmu Usaha Tani dilaksanakan pada hari jumat sampai minggu  yaitu pada tanggal 26 april – 28 april 2013 di Desa arrasie,kecamatan tiroang, Kabupaten pinrang.

2.2         Teknik Penentuan Responden
            Penentuan responden dalam praktek lapang mata kuliah Ilmu Usaha Tani dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling atau penunjukkan langsung di lapangan yaitu pengambilan 1 (satu) orang untuk dijadikan responden secara acak dari penduduk sekitar lokasi praktek lapang, dimana keduanya mempunyai pekerjaan sebagai petani.

2.3         Teknik Pengambilan Data
Metode atau teknik yang digunakan untuk pengambilan data dan keterangan dalam praktek lapang Usaha Pertanian dan Koperasi adalah :
a.             Wawancara, yaitu pengambilan data dengan bertatap muka langsung dengan petani responden kemudian mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait dengan kegiatan usahatani.
b.            Observasi, yaitu teknik pengambilan data dengan cara mengamati dan meneliti secara langsung kegiatan usahatani responden.
c.            Kuisioner merupakan suatu alat dalam pengambilan data berisi data-data/pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan usahatani.

2.4         Analisis Data
Data primer dan sekunder yang diperoleh di lapangan diolah dalam bentuk tabulasi, selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis-analisis tersebut adalah sebagai berikut:
1.            Gross Output (GO)
GO  =  Jumlah Produksi (kg)  x  Harga (Rp)

 
Gross Output yaitu jumlah produksi dikalikan dengan harga komoditi, yang kemudian diformulasikan sebagai berikut:

2.            Gross Margin (GM)
GM  =  Gross Output (Rp)  -  Variabel Cost (Rp)

 
Gross Margin yaitu gross output dikurangi dengan biaya variabel, yang kemudian diformulasikan sebagai berikut:

3.            Net farm Income (NFI)
NFI  =  Gross Output (Rp)  -  Biaya Variabel (Rp) – Biaya Tetap (Rp)

 
Net Farm Income yaitu gross margin dikurangi dengan total biaya, yang kemudian diformulasikan sebagai berikut:

4.            Biaya Penyusutan Alat (BPA)
            BPA =
5.            Nilai Penyusutan Alat (NPA)
Nilai Penyusutan Alat (NPA) yaitu harga awal dikurangi dengan harga akhir kemudian dibagi dengan lama pemakaian alat lalu dikali dengan jumlah alat, yang kemudian diformulasikan sebagai berikut:
NPA =
6.            Hari Kerja Setara Pria (HKSP)      
HKSP yaitu jumlah tenaga kerja dikali hari kerja dikali jam kerja/hari dikali dengan variabel lalu dikali dengan upah minimum propinsi yang kemudian dibagi dengan 8, yang kemudian diformulasikan sebagai berikut:
                 ∑ Tenaga Kerja x ∑ Jam Kerja x ∑Hari Kerja x Variabel x UMP
HKSP  =                                                                                                                         
                                                                 8
Keterangan:
·      Laki-laki           =  1                         
·      Perempuan     =  0,7
·      Anak-anak      =  0,3
·      Mesin               =  3
·      UMP                 = Rp 25.000,-




7.            Revenue Ratio (R/C Ratio)
            R/C ratio yaitu total penerimaan dibagi dengan total biaya, yang kemudian diformulasikan sebagi berikut:          
                          R/C Ratio  =                    
Keterangan:              R/C Ratio > 1, usahatani layak dikembangkan
                            R/C Ratio < 1, usahatani tidak layak dikembangkan
                            R/C Ratio = 1, usahatani impas.
8.            Perhitungan B/C Ratio
                        B/C Ratio =
Keterangan:  TR1 = Pendapatan cabang usahatani I
TR2 = Pendapatan cabang usahatani II
TC1 = Biaya untuk cabang usahatani I
TC2 = Biaya untuk cabang usahatani II
Kriteria:           B/C Ratio > 0, usahatani menguntungkan
B/C Ratio < 0, usahatani tidak menguntungkan
B/C Ratio = 0, usahatani impas
9.           
Partial Budget = (a + b)  .....  (c + d)

 
Perhitungan Partial Budget  

Keterangan : a = Biaya produksi cabang usahatani II
b = Penerimaan cabang usahatani I
c = Biaya Produksi cabang usahatani I
d = Penerimaan cabang usahatani II
Kriteria: ( a+b ) > ( c+d ) = Menguntungkan
( a+b ) < ( c+d ) = Tidak Menguntungkan
( a+b ) = ( c+d ) = Impas






III.      HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1         Data Sekunder
3.1.1     Kondisi Geografis
Kelurahan Marawi merupakan salah satu kelurahan dari 5 kelurahan di wilayah Kecamatan Tiroang. Kelurahan Marawi memiliki luas ± 19,58 km2, tepatnya berada 3 km dari ibukota Kecamatan, dan berjarak 10 km dari ibukota Kabupaten. Kelurahan Marawi 95 % merupakan lahan pertanian dan selebihnya adalah pemukiman dan kebun rakyat.
Secara umum keadaan topografi kelurahan Marawi merupakan daerah dataran rendah, tepatnya 13 meter dpl. Kelurahan Marawi memiliki  iklim tropis dengan dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Secara geografi Kelurahan Marawi berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut :
a.     Sebelah Utara berbatasan langsung dengan kelurahan Tiroang dan Kabupaten Sidrap
b.     Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kelurahan Pammase
c.      Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidrap
d.     Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kelurahan Tiroang
Kelurahan Marawi terdiri dari 3 lingkungan yakni:
1.     Lingkungan Tiroang
2.     Lingkungan Marawi
3.     Lingkungan Aressie
3.1.2     Keadaan Demografis
a.            Jumlah Penduduk
            Jumlah penduduk Kelurahan Marawi sampai dengan tahun 2013 sebesar  4.887 jiwa.
Tabel 1:      Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Tahun 2013.
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
Laki-Laki
2.341
47,91
Perempuan
2.546
52,09
Total
4.887
100,00
Sumber : Data Sekunder, 2013.
            Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Marawi yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit yaitu 47,91% dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 52,09%. Jumlah masyarakat yang berjenis laki-laki kurang lebih 2.341 dan perempuan kurang jumlah kurang lebih 2.546. jadi total keseluruhan dari jumlah masyarakat di desa kelurahan marawi 4.887 jiwa.
Adapun distribusi penduduk menurut golongan umur di Kelurahan Marawi Distribusi terdapat pada tabel berikut:












Tabel 2Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur, Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Tahun 2013.
Kelompok Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Persentase (%)
0 – 4
230
242
472
9,66
5 – 9
380
298
678
13,88
10 – 14
299
318
617
12,63
15 – 19
222
213
435
8,90
20 – 24
152
296
448
9,18
25 – 29
155
166
321
6,57
30 – 34
145
164
309
6,32
35 – 39
171
224
395
8,10
40 – 44
115
146
261
5,33
45 – 49
125
144
269
5,49
50 – 54
113
90
203
4,15
55 – 59
94
102
196
4,00
60 – 64
91
99
190
3,88
65 +
49
44
93
1,91
Jumlah
2.341
2.546
4.887
100,00
Sumber: Data sekunder, 2013.
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase terbesar penduduk menurut golongan umur berada pada kelompok umur 35 – 39 tahun, yaitu sebesar 8,10 %. Sedangkan persentase terkecil berada pada kelompok umur 65+, yaitu sebesar 1,91 %.
b.            Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat.  Sedangkan budaya adalah warisan sosial juga adalah suatu yang tercipta atau dilakukan oleh sekumpulan individu disuatu tempat. Keadaan sosial ekonomi/budaya Kelurahan Marawi cukup beragam mulai dari tingkat pendidikan dan mata pencaharian.

·           Tingkat Pendidikan Penduduk
Pada umumnya tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Marawi hanya tamat SD, hal tersebut dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 3:    Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk, Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Tahun 2013.
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
SD
1033
40,75
2.
SMP
815
32,14
3.
SMA
552
21,77
4.
Perguruan Tinggi
135
5,32
Jumlah
2.535
100,00
Sumber : Data Sekunder, 2013.
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan Marawi tingkat pendidikannya setingkat SD yaitu 40,75%, SMP yaitu 32,14%, SMA yaitu 21,77%, dan Perguruan Tinggi yaitu 5,32%. Jadi jumlah keseluruhan dari masyarakat yang perta mengenyang pendidikan formal yaitu 2.535 jiwa sedangkat tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu SD 1033
·           Mata Pencaharian Penduduk
Berdasarkan data sekunder tahun 2013, mata pencaharian penduduk Kelurahan Marawi sebagian besar adalah petani. Untuk perinciannya adalah sebagai berikut.








Tabel 4: Distribusi Jenis Pekerjaan Penduduk, Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Tahun 2013.
Jenis Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Persentase (%)
Petani
1127
58
1185
61,81
PNS
52
25
77
4,01
Pedagang
35
21
56
2,92
POLRI/TNI
7
-
7
0,36
Dukun kampung
-
2
2
0,11
Wiraswasta
72
-
72
3,75
Bidan desa
-
1
1
0,05
Pensiunan
273
227
500
26,08
Jumlah
1566
351
1917
100
Sumber: Data sekunder, 2013.
Tabel 4  menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Kelurahan Marawi adalah petani (61,81%). Selebihnya pensiunan sebesar (26,08%), PNS (4,01%), wiraswasta (3,75%), pedagang (2,92%), POLRI/TNI (0,36%), dukun kampung (0,11%), dan bidan desa (0,05%).
c.            Sarana dan Prasarana
Kantor Kelurahan Marawi ini terletak di lingkungan Tiroang. Letak kantor kelurahan terbilang  mudah di jangkau oleh masyarakat karena letaknya berada dekat dengan tempat fasilitas umum ( pasar dan pos keamanan/pos polisi).
Berdasarkan data sekunder yang ada di kantor Kelurahan Marawi, terdapat beberapa sarana pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.    Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
Jenis Sarana pendidikan
Jumlah (Unit)
Persentase (%)
1.
TK
2
22,22
2.
SD
4
44,44
3.
SMP
1
11,11
3.
TPA (Tempat Pendidikan Al qur’an)
2
22,22
Jumlah
9
100,00
Sumber: Data Sekunder, 2013.
Tabel 5 menunjukkan bahwa di Kelurahan Marawi terdapat 2 unit taman kanak-kanak (TK) yaitu TK PGRI Marawi dan TK 93 Aressie. Terdapat 4 unit sekolah dasar yaitu SDN 93 Aressie, SDN 255 Marawi, SDN 291 Aressie dan 91 Marawi. Terdapat 1 unit sekolah menengah pertama yaitu SMPN 10 Pinrang, serta 2 unit TPA (Tempat Pendidikan Al qur’an).
Sarana peribadatan yang tersedia di Kelurahan Marawi berjumlah 3 buah yang terletak di Lingkungan Tiroang 1 buah yaitu Masjid Jami’, Lingkungan Marawi 1 buah yaitu Masjid At Taun, dan Lingkungan Aressie 1 buah yaitu Masjid Taqwa.  Adapun agama yang dianut masyarakat Kelurahan  Marawi adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Agama yang Dianut, Kelurahan Marawi, Kecamatan, Tiroang, Tahun 2013.
Agama
Jumlah
Persentase (%)
Islam
4.859
99,43
Katolik
25
0,51
Lainnya
3
0,06
Jumlah
4.887
100,00
Sumber: Data Sekunder, 2013.
Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk yang ada di Kelurahan Marawi beragama Islam, yaitu sebesar 99,43 %. Hal ini di dukung dengan adanya sarana dan prasarana, yaitu 4 unit mesjid. Sedangkan  penganut Katolik sebanyak 0,51 % dan lainnya sebanyak 0,06 %. Pada umumnya, mereka memilih untuk beribadah di luar Kelurahan Marawi karena tidak adanya sarana dan prasarana yang mendukung.
Di kelurahan Marawi terdapat 3 tempat pemakaman umum. Di lingkungan Aressie 1 buah dan Lingkungan Marawi 2 buah. Sarana penunjang kesehatan, di Kelurahan Marawi yaitu 3 Posyandu yang berada di setiap lingkungan. Posyandu ini merupakan bangunan sendiri. Terdapat 1 buah Puskesmas Pembantu (PUSTU) dan 1 unit rumah bersalin. Sarana-sarana kesehatan ini mudah diakses karena berada di sekitar jalan poros. Sarana keamanan di Kelurahan Marawi yaitu 1 Pos Polisi yang terletak di Lingkungan Marawi tepatnya di Jalan Poros Sidrap-Pinrang. Fasilitas umum yang terdapat di kelurahan Marawi yaitu terdapat 2 pasar yaitu 1 di Lingkungan Aressie ( Pasar Sore ) dan 1 di Lingkungan Marawi yaitu pasar umum. Pasar ini mudah diakses/dijangkau oleh masyarakat karena berada di jalan poros Sidrap-Pinrang.





3.2         Data Primer
3.2.1     Identitas Petani Responden
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya dibidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan (termasuk penangkapan ikan), dan pemungutan hasil laut (Hernanto dalam Trianti, dkk., 2006).
Identitas diri adalah mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalnya sebagai anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat. Identifikasi diri muncul ketika anak muda memilih nilai dan orang tempat dia memberikan loyalitasnya, bukan sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada masa mendatang.
Tabel 7. Identitas Responden, di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.

No
Nama Responden
Usia
(thn)
Tingkat
Pendidikan
Luas Lahan
(ha)
Lama Berusahatani
(thn)
Jumlah Tanggungan Keluarga (org)
Status lahan
1
2
3
Abd. Haris
Naradin
Imran
62
56
52
S1
SR
SR
1
0,5
1
42
36
25
3
4
4
Milik
Milik
Milik
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.


Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa responden pertama bernama Abd. Haris berumur 62 tahun. Pendidikan Terakhir Bapak Abd. Haris adalah S1, Bapak Abd. Haris memiliki lahan seluas 1 Ha, dengan lama berusahatani selama 42 tahun dan memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang.
Responden kedua bernama Naradin berumur 56 tahun. Pendidikan Terakhir Bapak Naradin adalah Sekolah rakyat (SR), Bapak Naradin memiliki lahan seluas 0,5 Ha, dengan lama berusahatani selama 36 tahun dan memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 orang.
Responden ketiga bernama Imran berumur 52 tahun. Pendidikan Terakhir Bapak Imran adalah Sekolah Rakyat (SR), Bapak Imran memiliki lahan seluas 1 Ha, dengan lama berusahatani selama 25 tahun dan memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 orang.

3.2.2     Tingkat Umur
Umur atau yang biasa disebut usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu makhluk atau benda, baik dalam keadaan hidup maupun mati Umur sangat berpangaruh dalam aktifitas dan pekerjaan seseorang, begitu juga dalam melakukan aktifitas tani, umumnya umur mempengaruhi kekuatan fisik dan pola pikir seseorang.
Pada umumnya petani yang berusia lebih muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingakan petani yang telah berusia lanjut dan tua (Anonim1 , 2013).
Umur akan sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktifitas sehari–hari, serta berhubungan dengan ketahanan fisik tubuhnya, pengalaman dalam bekerja dan pengalaman dalam berfikir. Pada umumnya seseorang yang berusia muda dan sehat mempunyai sketahanan  fisik   yang   lebih   besar  dan kuat jika   dibandingkan dengan seseorang yang usianya sudah tua, tetapi jika dilihat dari segi pengalaman yang lebih tua mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan hal ini berpengaruh terhadap pola pikir (Patong, 2006). Kisaran tingkat umur dari 3 petani responden di Desa Aressie, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Kisaran Umur Dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
Kisaran Umur (Thn)
Jumlah (Org)
Persentase (%)
1.
≤ 40
-

2.
> 40
3
100
Jumlah
3
100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa umur petani responden memiliki persentase yaitu  3 orang responden  berumur > 40 tahun. Kelima petani responden masih tergolong dalam usia produktif dimana usia produktif terhitung dari umur 15 – 64 tahun.
Dilihat dari cara mengolah usahatani, petani yang berusia muda rata-rata menggunakan alat-alat modern sedangkan petani beusia tua lebih sering menggunakan alat-alat tradisonal. Hal ini mungkin disebabkan karena petani yang berusia muda  lebih produktif dan informasi terbaru mengenai pertanian dapat mereka aplikasikan di lapangan sedangkan petani yang lebih tua cenderung mengikuti kegiatan pertanian seperti penyuluhan tapi tidak banyak diantara mereka yang mengaplikasikannya di lapangan, mereka cenderung mengelola lahan berdasarkan pengalaman  atau  cara yang sudah  bersifat  turun  menurun (Patong, dkk, 1996).

3.2.3     Lama Berusahatani
Pengalaman berusahatani mempengaruhi perilaku petani dalam mengolah usaha taninya. Biasanya petani memiliki pengalaman berusahatani lebih lama dan banyak pengetahuan dalam berusahatani sehingga mereka cenderung hati-hati dalam mengambil keputusan. Pengalaman berusahatani dari lima petani responden di Desa Bonto Marannu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Kisaran Pengalaman Berusahatani Dari 3 Petani Responden di di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No
Kisaran (Tahun)
Jumlah (Org)
Persentase (%)
1.
≤ 26
5
100
2.
> 26
0
-
Jumlah
5
100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan tabel 9  dapat diketahui bahwa petani responden yang memiliki  kisaran  lama  berusaha  tani  ≤ 26 tahun berjumlah 5 orang (100 %) dan > 26 tidak ada (0 %). Hal ini tentu berpengaruh dalam pengelolaan usahatani masing-masing responden khususnya dalam pencapaian hasil produksi yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006), bahwa pengalaman berusahatani yang cukup lama menjadikan petani lebih matang dan lebih berhati-hati, dalam mengambil keputusan terhadap usahataninya. Kegagalan dimasa lalu dapat dijadikan pelajaran sehingga ia lebih berhati-hati dalam bertindak. Sedangkan petani yang kurang berpengalaman umumnya lebih cepat dalam mengambil keputusan karena lebih berani menanggung resiko.

3.2.4     Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, keprobadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat (Anonim2, 2013).
Tingkat pendidikan petani dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam penerapan ide-ide baru yang didapat. Petani yang berpendidikan, umumnya lebih mudah menerima inovasi dibanding dengan petani yang tidak berpendidikan walaupun ini tidak mutlak terjadi pada setiap petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006), bahwa petani yang berpendidikan, lebih cepat mengerti dan dapat memahami penggunaan teknologi baru. Dengan demikian penerapan konsep dalam mengelola usahataninya lebih baik dan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu  penanggulangan  masalah-masalah  yang timbul dalam  usahatani lebih muda dikendalikan. Kisaran tingkat pendidikan dari 3 petani responden dapat dilihat pada berikut:
Tabel 10.  Kisaran Tingkat Pendidikan Dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Org)
Persentase (%)
1.
SD/SR-Tidak Tamat
-
0
2.
SD/SR-Tamat
2
80
3.
SLTP-Tamat


4.
SMU-Tamat
1
20
Jumlah
5
100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
            Dari tabel 10 terlihat bahwa tingkat pendidikan responden yaitu 2 orang tamat SD dengan persentase sebesar 80% dan 1 orang tamat SLTP dengan persentase 20%. Hal ini menunjukkan bahwa kisaran tingkat pendidikan dari kelima responden masih tergolong rendah dan cukup berpengaruh terhadap proses usahataninya khususnya dalam penerapan teknologi baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Patong dalam, bahwa proses adopsi dan transformasi teknologi dalam pengembangan suatu usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani disamping kondisi lingkungan usahatani. (Suratiyah 2006).
3.2.5     Jumlah Tanggungan Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami suatu atau seluruh bangunan yang kemudian tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada  orang-orang yang mempunyai  hubungan darah saja, atau bisa juga diartikan sebagai seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus keperluan hidupnya sendiri (Anonim3, 2013).
Kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab atas segala kejadian dalam rumah tangganya serta berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan sehari-hari dari semua anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Keluarga merupakan semua orang yang tinggal dalam satu rumah tangga atau berada di luar rumah tetapi menjadi tanggungan keluarga. Pada dasarnya tanggungan keluarga dapat mempengaruhi besar kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga petani dapat membantu kelancaran usahataninya terutama dalam hal penggunaan tenaga kerja (Anonim5,2013)
Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak
(patong, 2006). Kisaran jumlah tanggungan keluarga dari 3 petani responden di Desa Aressie, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 11.  Kisaran Jumlah tanggungan Keluarga Dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No
Jumlah Tanggungan Keluarga (org)
Jumlah (org)
Persentase (%)
1.
1-5
5
100
2.
6-10
-
-
3.
≥ 10
-
-
Jumlah
5
100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa  petani dengan tanggungan 1-5 adalah 5 orang dengan persentase 100%. Jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi responden dalam mengolah usahataninya, yaitu selain karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya juga karena anggota keluarga tersebut dapat membantu dalam mengambil keputusan dan dalam mengelola usahataninya. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (2006), jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi responden dalam mengolah usahataninya, yaitu selain karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya juga karena anggota keluarga tersebut dapat membantu dalam mengambil keputusan dan dalam mengelola usahataninya berupa bantuan kerja.
3.2.6     Luas Lahan
Luas lahan merupakan media tumbuh bagi tanaman, tempat hewan dan manusia melakukan aktivitas kehidupannya. Luas lahan sangat mempengaruhi petani  dalam  mengambil  keputusan  dan  kebijakan dalam hal penggunaan bibit, pupuk, atau obat-obatan dan peralatan. Oleh karena itu, lahan merupakan salah satu faktor penting dalam usahatani. Kisaran luas lahan dari 3 petani responden dapat dilihat pada Tabel berikut :


Tabel 12. Kisaran Luas Lahan Dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No
Kisaran Luas Lahan (Ha)
Jumlah (Org)
Persentase (%)
1.
≤ 0,5
1
30
2.
> 0,5
2
70
Jumlah
5
100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani responden adalah sebesar 40 % untuk petani dengan  luas  lahan  kurang  atau sama dengan 0,5 ha, dan persentase 60 % untuk petani responden yang memiliki luas lahan di atas 0,5 ha. Hal ini berarti bahwa petani responden dominan memiliki lahan yang luas sehingga hasil produksi yang dihasilkan juga cukup banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Suratiyah (2006), bahwa luas lahan dapat menunjukkan besarnya kemungkinan hasil produksi, dimana semakin luas lahan maka semakin besar kemungkinan hasil produksinya.
3.2.7     Keadaan Usahatani Responden
Keadaan usahatani yang berada di desa tiroang sangatlah bagus untuk melakukan usahatani padi karna pengunaan lahanya. Petani melaksanakan kegiatan usahataninya pada hamparan lahan yang merupak milik sendiri. Luas lahan yang digunakan untuk usahatani padi sekitar 0,23 – 1 ha. Adapun nilai produksi rata-rata dari usahatani padi dan usahatani lainnya yang diusahakan petani responden dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 13.   Nilai Produksi Rata-rata Tanaman yang Diusahakan Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No
Jenis Tanaman
Produksi
(kg/ha)
Harga (Rp/kg)
Nilai Produksi (Rp)
1.
Padi
5000
3.200
16.000.00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Tabel 13 memperlihatkan nilai produksi tanaman padi yang di usahakan petani responden yaitu sebesar Rp 16.000.000,- dalam bentuk kering panen. Dalam mengelola kegiatan usahataninya menggunakan berbagai jenis peralatan. Peralatan tersebut digunakan untuk pengelolaan lahan, pemeliharaan sampai pada masa panen. Penggunaan peralatan usahatani dalam jangka waktu tertentu menyebabkan adanya penyusutan nilai alat yang disebut biaya penyusutan. Biaya penyusutan dari peralatan yang dimiliki petani responden dapat dilihat pada berikut:
Tabel 14. Jenis dan Biaya Penyusutan Rata-rata Peralatan Usahatani Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
Nama dan Jenis Alat
Nilai Penyusutan (Rp)
Persentase (%)
1.



Abd. Haris
Cangkul
Pacul
Parang


17.500
-
5.000


35,00
-
70,00

Jumlah
22.500
100
2.
Naradin
Cangkul
Pacul
Parang
Sabit

21.600
-
12.600
2.000


33,34
-
66,66
    

Jumlah
32.200
100
3.
Imran
Cangkul
Pacul
Parang

32.500
-
14.300

34,00
-
66,00
Jumlah
46.800
100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Dari  Tabel  14  dapat  dilihat  bahwa  nilai  penyusutan   total alat  yang digunakan  ke 3  petani  pada  usahatani  padi   sebesar Rp 101.500,- . Besarnya nilai penyusutan tiap alat ditentukan oleh nilai pembelian, jumlah unit dan lamanya peralatan tersebut dipakai.
            Kegiatan usahatani petani responden terdiri dari proses persiapan benih, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan. Sebelum dilakukan penanaman biasanya dilakukan sprouting  (pembentukan tunas). Pengolahan lahan dilakukan oleh sebagian besar petani dengan menggunakan cangkul lalu dibuat guludan-guludan agar tanaman tidak tergenang air. Dalam proses penanaman, jarak tanam merupakan hal yang perlu diperhatikan karena jarak tanam dapat menentukan keberhasilan usahatani dan   jarak  tanam  yang  biasa  digunakan yaitu 25 cm x 25 cm sesuai dengan yang dianjurkan. Setelah penanaman dilakukan selanjutnya adalah pengairan dan pemupukan serta pemeliharaan, pupuk yang digunakan oleh petani terdiri dari dua jenis yaitu pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (TSP, Urea dan ZA). Proses pemeliharaan yang dilakukan petani berupa penyulaman,  penyiangan serta pembumbunan. Tahap terakhir dalam proses usahatani yaitu panen dan pasca panen, setelah selesai panen terambil semuanya biasanya dijemur dengan maksud diangin-anginkan dan selanjutnya dilakukan proses pemasaran.



3.2.8     Pola Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani padi
            Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Disamping itu, tenaga kerja
diklasifikasikan untuk setiap orang laki-laki atau wanita yang berumur 15 tahun ke atas yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tenaga kerja usahatani dapat berasal dari 2 sumber, yaitu tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga petani yang berasal dari keluarga petani itu sendiri. Potensi tenaga kerja petani adalah jumlah dari tenaga kerja potensial yang terdiri dari satu keluarga petani. Tenaga kerja yang berasal dari luar merupakan tenaga kerja upahan atau buruh tani yang biasanya digunakan jika ada beberapa pekerjaan yang berat dan mendesak dan tidak sanggup dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Jenis tenaga kerja yang ada, yaitu tenaga kerja pria, wanita, anak-anak dan ternak. Pola penggunaan tenaga kerja dari petani responden pada usahatani padi dapat dilihat pada tabel berikut:




Tabel 15. Pola Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
Nama
HKSP
Labour Income (Rp)
1.



Mustamin
Pengolahan lahan
Penanaman
Pemeliharaan
Panen

0,89
0,38
25
0,38

112.500
9.375
187.500
187.500
Jumlah
26,65
496.875
2.
Dg Dangki
Pengolahan lahan
Penanaman
Pemeliharaan
Panen

0,88
0,63
37,5
0,5

112.500
15.625
937.500
187.500
Jumlah
39,51
1.253.125
3.
Andi Baso
Pengolahan lahan
Penanaman
Pemeliharaan
Panen

1
1
25
0,5

112.500
25.000
625.000
187.500
Jumlah
18,5
900.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah HKSP rata-rata usahatani padi sebesar 29,66 HOK dengan biaya rata-rata sebesar Rp 786.250,-
3.2.9     Farm Income Analysis
Farm Income analysis adalah suatu cara menganalisis perhitungan pendapatan usahatani. Analisis tersebut meliputi : Farm Enterprice Gross Output (GO), Farm Enterprice Gross Marginal (GM) Net Farm Income (NFI). Analisa ini bertujuan untuk mengetahui apakah usahatani yang

diusahakan memperoleh keuntungan dan layak dikembangkan atau mengalami kerugian sehingga usahatani tersebut sebaiknya dihentikan saja dan diganti dengan usahatani yang lebih menguntungkan.

3.2.10  Farm Interprice Income Gross Output
            Farm Interprice Income Gross Output merupakan suatu analisis pendapatan yang dapat menghitung total pendapatan dari jumlah produksi yang dihasilkan dan disesuaikan dengan harga barang yang dihasilkan persatuan.. Untuk lebih jelasnya, Gross Output dari kelima responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16. Perhitungan Gross Output Rata-rata dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No
Nama
Luas
Lahan (ha)
Produksi (kg)
Farm Get
Price (Rp/kg)
FEIGO
1
Abd. haris
1
500
3200
16.000.000
2
Naradin
0.5
300
3200
9.600.000
3
Imran
1
500
3200
16.000.000
jumlah
2.5
1300
25.000
41.600.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.     
Dari tabel 16 terlihat bahwa responden dengan nilai Gross Output terdapat 3 responden yaitu abd. haris,naradin, imran, sedangkan responden dengan pendapatan terendah yaitu naradin dengan gross output . Pendapatan dari hasil produksi tersebut dapat dipengaruhi oleh luas lahan yang digunakan untuk berusahatani, intensitas kerja termasuk banyaknya tenaga kerja, jumlah kerja dan lamanya jam kerja.


3.2.11  Farm Interprice Income Gross Margin
            Farm Enterprice Income Gross Margin  adalah analisa pendapatan untuk menghitung total pendapatan dari jumlah produksi yang dihasilkan dan penyesuaiannya dengan harga barang yang dihasilkan persatuan dikurangi dengan biaya-biaya variabel. Atau dapat juga dikatakan keuntungan kotor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini:
Tabel 17.       Perhitungan Gross Margin Rata-Rata dari 5 Petani Responden di Desa arisse, Kecamatan tiroang, Kabupaten pinrang, Sulawesi Selatan, 2013.
No.
Nama
Luas Lahan (ha)
FEIGO
(Rp)
Biaya Variabel
FEIGM
(Rp)
1
Abd. haris
1
16.000.000
885.000
15.115.000
2
naradin
0.5
9.600.000
585.000
9.015.000
3
imran
1
16.000.000
860.000
15.140.000
Total
2,5
41.600.000
2.330.000
39.270.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Dari Tabel 17  dapat diketahui bahwa total Gross Margin komoditi padi untuk 3 responden yang luas lahan sekitar 0.5-1 ha mendapatkan total 39.270.000 dan jumlah biaya variabel yang digunakan unuk lahan yang luasnya 2,5 ha sekitar 2.330.000.

3.2.12  Net Farm Income
Pendapatan usahatani memerlukan keterangan pokok sebanyak 2, yaitu keadaan penerimaan, dan keadaan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu. Analisa tingkat produksi usahatani sangat berguna bagi petani karena dengan menghitung pendapatan yang diperoleh sedangkan petani responden dapat mengetahui dan menghitung apakah cabang usahataninya dapat dikembangkan atau tidak. Net Farm Income dari kelima responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Pertumbuhan Net Farm Income dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
Nama Responden
Net Farm Income padi
(Rp)
1
Abd. Haris
15.050.000
2
Naradin
8.740.000
3
Imran
14.994.000
Total
38.784.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013..
            Dari tabel 18  terlihat bahwa responden dengan pendapatan bersih tertinggi untuk tanaman kentang  yaitu abd. haris sebesar Rp 15.050.000,- dan terendah naradin yaitu sebesar Rp 8.740.000,-. Besarnya Net Farm Income tersebut sangat dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dari hasil produksi dan biaya produksi, dimana biaya tenaga kerja diperhitungkan. Hal tersebut menunjukkan usahatani lebih produktif khususnya  dalam  besarnya   jumlah   produksi   dan   hasil  penjualannya. 

3.2.13  Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses social dan managerial di mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2007).                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
Lebih lanjut Kotler dalam Suratiyah (2007), bahwa pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Pemasaran secara sederhana pada prinsipnya merupakan aliran barang dari produsen ke konsumen.
Komoditi pertanian yang dibudidayakan di daerah ini, dalam hal pemasaran, mempunyai kesamaan dalam beberapa hal. Para responden yang ingin memasarkan produknya langsung membawanya ke pabrik yang terdekat di daerah ini. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya produksi, yang pada akhirnya nanti akan menambah perolehan keuntungan mereka. Namun kebanyakan peetani yang berada di desa tersebut menjual hasil panenya bentuk gabah kering panen karena lebih mudah dan tidak perlu kegiatan pasca panen tamabahan lagi.





IV. PENUTUP
5.1      Kesimpulan
1.    Pendapat bersih usaha tani responden pertama yaitu bapak abd. Haris Rp 15.050.000 dengan luas lahan 1 Ha.
2.    Pendapatan bersih usaha tani responden kedua yaitu bapak Naradin sebesar Rp 8.740.000 dengan luas lahan 0.5 Ha.
3.    Sedangkan pendapatan usaha tani dari responden ketiga yaitu sebesar Rp 14.994.000 dengan luas lahan 1 Ha.
Jadi dari 3 responden yang diwawancarai mendapatakan jumlah penghasilan dalam sekali panen 3 responden mendapatkan Rp. 38.784.000.
5.2 Saran
Mahasiswa harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik, baik berusahatani untuk meningkatkan fungsi mahasiswan dilapangan dan untuk mempraktekan apa yang didapatnya.
Meskipun laporan ini belum bisa dikatakan baik namun bisa dikatakan hasil yan lumayan dan dari itu kami menerima saran dan masukan dari pembaca semua.


LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG
ILMU USAHATANI
(221 G3203)

OLEH :
KELOMPOK 2
ERNY TUMIMBA                              G211 11 024
NANI MUTMAINAH                          G211 11 033
HILMAN HILMAWAN                        G211 11 036

Logo UH 01






PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013






Tidak ada komentar: