I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman tidak terlepas
dari komposisi berat atau satuan volume fase padat tanah. Komposisi ini dikenal
sebagai berat jenis tanah. Dan sebagai sistem tiga fase yaitu fase padat, cair,
dan gas. Di antara fase itu sekitar 50% volume tanah yang sebagian besar
terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnya merupakan bahan organik,
ditempati fase padat tanah. Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang
ditempati sebagian oleh fase cair dan gas.
Sifat
fisik tanah tergantung pada jumlah ukuran
dan komposisi mineral dari partikel tanah, penting diketahui untuk
memeperlancar penentuan Bulk Density (BD). Dalam tanah terdapat sejumlah
pori-pori. Ruang pori ini diisi oleh air dan udara, air dan udara juga bergerak
melalui ruang pori ini. Jadi penyediaan air dan udara untuk pertumbuhan tanaman
berkaitan erat dengan jumlah dan ukuran pori. Oleh karena berat tanah
berhubungan dengan jumlah dan ukuran pori, maka hubungan ruang pori tanah perlu
diketahui dalam analisis bulk density.
Berat isi
berguna untuk menghitung berat tanah di lapangan. Bulk Density penting untuk
menghitung tiap-tiap hektar
tanah yang didasarkan pada berat tanah per hektar. Bulk Density merupakan berat
suatu massa tanah per satuan volume tertentu. Tanah yang lebih padat mempunyai
nilai Bulk Density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat.
Nilai Bulk
Density dapat menggambarkan adanya lapisan pada tanah, pengolahan tanahnya,
kandungan bahan organik dan mineralnya, porositas, daya memegang air, sifat
drainase dan kemudahan tanah ditembus oleh akar.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum bulk density
adalah untuk mengetahui nilai bulk density tanah utuh pada sempel tanah.
Kegunaan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah dan jenis tanah
apa yang cocok untuk lahan pertanian sehubungan dengan tingkat Bulk Density.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Bulk Density
Kerapatan suatu
tanah adalah cara lain dalam menyatakan berat tanah. Disini seluruh ruang tanah
(ruang yang diduduki oleh butir padat dan pori tanah), masuk dalam perhitungan.
Kerapatan massa diukur sebagai massa suatu kesatuan masa tanah kering.
Kerapatan massa ditentukan baik oleh banyaknya pori maupun oleh butiran tanah
padat. Jadi tanah yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan
volume rendah dan tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya. (Buckman dan
Brady, 1982).
Bulk Density
merupakan petunjuk kerapatan tanah, makin padat suatu tanah maka makin sulit
meneruskan air dan penetrasi akar makin sulit. Bulk density sangat penting pada
pertumbuhan tanaman karena kita dapat mengetahui kebutuhan pupuk atau air pada
tiap-tiap pada tiap-tiap hektar tanah didasarkan pada berat tanah. (Harjowigeno,
2003).
Berat isi
merupakan berat (massa) satu satuan volume tanah kering, umumnya dinyatakan
dalam gram per sentimeter kubik. Volume tanah termasuk butiran padat dan ruang
pori. Berat isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah. Bahan organik memperkecil
berat isi tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dibandingkan dengan
bahan mineral (Pairunan A.K. dkk, 1997).
III.
BAHAN
DAN METODE
3.1.
Waktu
dan Tempat
Praktikum bulk density dilaksanakan
pada hari Kamis, 13 april 2012, Pukul 11.00 WITA sampai selesai di Laboratorium
Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
3.2.
Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah ring sampel, penggaris, timbangan dan gelas ukur.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel tanah utuh dan air.
3.3.
Prosedur
kerja
Prosedur kerja dari praktikum bulk
density adalah :
1. Contoh tanah dari pengamatan profil
yaitu contoh tanah utuh yang diambil dengan ring sampel, dimasukkan ke dalam 2
hari sebelum praktikum.
2. Setelah diovenkan, contoh tanah tadi
dimasukkan dalam desikator untuk didinginkan kemudian ditimbang tanah beserta
ring sampelnya. Selanjutnya keluarkan tanahnya kemudian timbang ring sampelnya.
3. Menghitung bulk density dengan persamaan:
![](file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan hasil pegamatan yang telah dilakukan pada
praktikum Bulk Density maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Perhitungan Bulk Density
Tanah Mollisols
Lapisan
|
Gram/cm3
|
Lapisan
1
|
1
|
Lapisan 2
|
1,3
|
Sumber : Data Primer setelah
Diolah, 2012.
4.2.
Pembahasan
Dari hasil praktikum, hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa lapisan I memiliki tingkat bulk density sebesar 1
gr/cm 3 dan lapisan 2 tingkat bulk density memiliki 1,3grm/cm3 nilai bulk density yang cukup
rendah. Hal ini terjadi karena pada lapisan I dan II mengandung tekstur yang liat dan
dipengaruhi pula oleh struktur tanah dimana tanah lapisan ini mempunyai
struktur yang kokoh dan pori-pori makro yang sedikit. Struktur yang kokoh
mempunyai nilai bulk density yang rendah jika dibandingkan dengan lapisan
lainnya. Struktur yang kokoh mempunyai pori-pori makro yang sedikit artinya
bahwa kerapatannya semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan dkk
(1997), bahwa tanah berpori-pori renggang mempunyai bobot kecil per satuan volume
dan tanah yang padat berbobot tinggi per satuan volume.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi bulk density adalah stuktur, kadar air, bahan organik dan tekstur.
Tanah bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot antara 1,0-1,3 g/cm³,
sedangkan yang bertekstur kasar bobotnya antara 1,3-1,8 g/cm³,bahan organik
mempunyai berat isi dari tanah karena bahan ini lebih ringan dari pada
mineral, kemudian bahan organik juga turut memperbesar pori. Kadar air dalam
pori-pori yang
luas sangat sulit memegang tanah.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang diperoleh pada praktikum penetapan nilai Bulk Density, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bulk Density
merupakan petunjuk kerapatan tanah, makin padat suatu tanah maka makin sulit
meneruskan air dan penetrasi akar makin sulit. Nilai bulk density adalah 1,35
gram/cm3
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai bulk density adalah bahan kandungan organik, tekstur, dan struktur tanah.
5.2.
Saran
Sebaiknya asisten memberikan soal
tugas pendahuluan tidak terlalu banyak dan diberikan 3-5 hari sebelum praktikum
agar tugas tersebut bisa dipelajari dengan baik sehingga tidak ada lagi yang gagal
respon.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1, 2011. Penuntun
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Anonim 2, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bulk
Density. Diakses dari http://strukturtanah.blogspot.com/pada
19 Mei 2011. Makassar.
Foth, Henry D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada
University Press, Yogakarta.
Hakim, Nurhajati, M. Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul,
M.A. Diha, G.B.Hong, H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung.
Hardjowigeno. S,
2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J.
L. Lalopua, B. Ibrahim dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Tanah
adalah suatu sistem yang kompleks tersusun atas padatan, cairan dan gas, bagian
padat terdiri dari bahan organik dan anorganik.Bagian cairan terdiri dari air
dan tanah yang mengisi sebagian dan seluruh pori-pori yang terdapat antara
butir-butir tanah, merupakan larutan dari berbagai garam dan senyawa yang larut
dalam air.Bagian gas merupakan udara yang mengisi pori-pori tanah yang tidak
ditempatioleh air.
Tanah
dengan struktur remah umumnya mempunyai porositas yang besar.Pengolahan tanah
dapat memperbesar porositas, namun dalam waktu lama dapat menyebabkan porositas
menurun.Oleh karena itu memperbesar porositas tanah dapat dilakukan dengan
penambahan bahan organik atau melakukan pengolahan tanah minimum.
Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum porositas tanah mengingat
perlunya bagi kita untuk mengetahui nilai porositas tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai porositas adalah nilai
bulk density dan nilai partikel density pada tanah.Selain itu, porositas tanah juga
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan tekstur tanah. Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu melakukan percobaan porositas untuk mengetahui
porositas pada tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukan praktikum porositas adalah untuk mengetahui besarnya
porositas tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan praktikum ini adalah
sebagai bahan informasi dalam mengolah tanah untuk menghindari rusaknya
struktur tanah, dan mengetahui cara menentukan porositas tanah, serta hubungan
porositas dengan kesuburan tanah
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Porositas
Porositas
merupakan total pori tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati air dan
udara. Pada keadaan basa seluruh pori tanah baik mikro, makro, dan meso terisi
air. Pada keadaan kering pori tersebut berisi udara (Pairunan,1997).
Pori-pori
tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan
air).Pori-pori tanah dapat dibedakan
menjadi pori-pori kasar (macro pore) dan pori-pori halus (mikro pore). Pori-pori
kasar berisi udara dan air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya
gravitasi), sedang pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah
pasir mempunyai pori-pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi
dari tanah pasir (Hardjowigeno, 2003).
Pori-pori
tanah mempunyai ukuran dan fungsi bagi tanaman yang berbeda-beda. Pori-pori
tanah yang ukurannya bermacam-macam dapat dibedakan kedalam pori berguna dan pori yang tidak
berguna bagi tanaman. Pori yang tidak berguna adalah pori yang mengandung air
sehingga akar tanaman tidak dapat menyerapnya, sedangkan pori berguna adalah
berukuran lebih dari 0,2 µ yang terdiri dari pori diisi oleh air dan udara,
atau keadaan jenuh seluruhnya diisi oleh drainase untuk pembuangan (Sutedjo dan
Kartasapoetra, 2002).
Pori-pori
tanah dibagi dua macam, yaitu pori-pori kasar/besar (makropere) merupakan
pori-pori yang berisi udara dan air gravitasi(air yang rendah hilang), pori ini
tidak menahan air dengan gaya kapiler sehingga sering disebut sebagai pori
aerasi atau pori non kapiler. Jenis pori yang kedua adalah pori halus (mikro
pere) merupakan pori yang berisi udara dan air kapiler sehingga disebut juga
pori kapiler. Pori ini dapat menahan air dalam tanah. Tanah yang baik adalah
tanah yang seimbang antara aerasi dan pori kapilernya. (Hakim, dkk, 1986).
Porositas
tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati oleh butiran padat. Pori
ditempati oleh udara dan air yang pada umumnya pori-pori makro (besar) berisi
udara sedangkan pori-pori mikro (kecil) berisi air (Pairunan,dkk, 1997).
Untuk
menentukan porositas tanah, sampel tanah ditempatkan pada tempat berisi air
sehingga jenuh yang kemudian cores ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan
jenuh dan cores yang kering oven merupakan volume ruang pori untuk tanah
kondisi jenuh. Persentase ruang pori dalam tanah dapat dihitung dari kerapatan
isi dan kerapatan zarah jika keduanya ditetapkan dalam pengukuran yang
sama. (Foth, H.D, 1994).
Tanah bertekstur halus akan
mempunyai persentase ruang pori tanah yang lebih tinggi daripada tanah
bertekstur kasar, walaupun ukuran pori dari tanah bertekstur halus lebih banyak
dan lebih kecil. Porositas total sama sekali tidak menunjukkan distribusi
ukuran pori dalam tanah yang merupakan suatu sifat penting (Syarief, S., 1985).
Ruang
pori-pori total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebahagian dari
pori-pori itu terdiri dari pori-pori yang besar dan sangat efisien dalam lalu
lintas air maupun udara. Persentase volume yang ditempati oleh pori-pori kecil,
dalam tanah-tanah berpasir adalah rendah, yang menunjukkan kapasitas memegang
air yang rendah. Sebaliknya, pada top-soil bertekstur halus memiliki lebih
banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri dari pori-pori kecil. Hasilnya
adalah tanah dengan kapasitas memegang air yang besar (Hakim, 1986).
Air dan udara bergerak melalui tanah dengan sukar karena hanya sedikit saja
terdapat pori-pori berukuran besar. Jadi dapat kita lihat bahwa ukuran ruang
pori-pori itu dalam tanah sama pentingnya dengan jumlah ruang pori-pori total
(Foth, H.D, 1994).
Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi
dua yaitu pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi air
kapiler atau udara. Porositas tinggi apabila bahan organik juga tinggi.
Tanah-tanah yang bertekstur granuler atau rendah mempunyai porositas yang
tinggi daripada tanah-tanah yang bertekstur pasir. (Syarief, S. 1985).
Nilai porositas dapat diperoleh dari nilai
BD dan PD. Semakin rendah nilai BD dan PD maka makin tinggi nilai porositasnya,
sebaliknya semakin tinggi nilai BD dan PD maka semakin rendah porositasnya
(Hardjowigeno, 2003)
III.
BAHAN
DAN METODE
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum porositas dilaksanakan pada hari
Kamis, 13 April 2012 pukul 11.00 WITA di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2.
Alat dan
Bahan
Alat Bahan
1.ring sampel, 1. Sempel tanah
2.timbangan, 2. aquades
3.cawan petridish,
4.oven, desikator,
5.gelas ukur 100 ml,
6.pengaduk.
3.3.
Prosedur kerja
1.
Hitung nilai density dan particle density contoh tanah.
2.
Hitung nilai porositas dengan persamaan sebagai
berikut:
Porositas =
x 100%
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan data
dan hasil perhitungan yang dilakukan pada percobaan ini maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil perhitungan porositas
Lapisan
|
Porositas (%)
|
I
|
55
|
II
|
45
|
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan tabel hasilpengamatan
di atas, dapat dilihat bahwa nilai porositas yang dimiliki oleh tanah Mollisols
lapisan I adalah 55% dan lapisan II 45%.
Nilai porositas ini diperoleh dari nilai Bulk Density dan Particle Density yang
rendah pada percobaan sebelumnya.Pada lapisan I, nilai persentase porositasnya
cukup tinggi. Ini disebabkan pada lapisan I banyak terdapat bahan organik
sehingga memperbesar porositasnya serta adanya struktur tanah berupa remah atau
granular juga akan memperbesar porositas tanah. Dan lapisan II sama dengan
lapisan I beda sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim (1986), bahwa
jika butir padat tersusun dalam agregat-agregat yang menggumpal seperti yang
terjadi pada tanah yang sedang dengan kandungan bahan organik besar maka ruang
pori persatuan volume juga akan tinggi.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum porositas tanah, maka
dapat dikesimpulkanbahwa:
1.
Pada Tanah Mollisols lapisan I nilai Porositasnya 55 %
dan lapisan II 45%.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi porositas adalah kandungan bahan organik, sturktur tanah, tekstur, BD dan PD.
5.2.
Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan prosedur kerja, asisten turut
mendampingi para praktikan agar bisa mengoreksi apabila terjadi kesalahan
prosedur. Dan tidakmelakukan asisitensi diluar jam atau pada saat kulaih
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1
2012. Sifat Fisik Batuan Reservor .www.migasnet02wulan8011.blogspot.com
Anonim 2,
2012.Faktor-faktor yang mempengaruhi Porositas. Diakses dari http://porositas.blogspot.com/pada
19 april 2012.Makassar.
Foth.H.D,
1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Hakim N,M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.G.Nugroho,
M.R.Saul, M.A.Dhina, G.B.Hong, H.Baley, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung .Lampung.
Hardjowigeno.S,
2003.Ilmu Tanah. Akademika Pressindo.
Jakarta
Pairunan A.K, J.L.Nanere, Arifin, Solo S.R.S,
Romualdus. T, J.R. Lalopua, Bachrul I, Hariadji.A, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Badan kerjasama Perguruan Tinggi Negri
Indonesia Timur, Makassar.
Sutedjo
Mulyani dan Kartasopoetra, 2002. Pengantar
Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Syarief. H. F., Saifuddin. Dr.Ir.,
1985, Fisika Kimia Tanah Pertanian.
CV Pustaka Buana :Bandung.
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara mengutarakan berat
tanah adalah yang disebut dengan Partikel Density. Partikel Density
didefinisikan sebagai berat suatu volume kepadatan tanah. Jelasnya yang
dimaksud dengan tanah disini adalah volume tanah saja, jadi tidak termasuk
volume ruang-ruang yang terdapat diantara partikel tanah.
Besarnya ukuran dan cara teraturnya
partikel tanah tidak terpengaruh kepada partikel density, akan tetapi kandungan
bahan organik memberi pengaruh pada partikel density. Ini salah satu penyebab
tanah lapisan atas mempunyai nilai partikel density yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan lapisan bawahnya karena lapisan atas mempunyai kandungan
bahan organik yang banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi partikel density
adalah bulk density yang secara tidak langsung berhubungan dengan kandungan
bahan organik tanah, tekstur, dan struktur tanah.
Kecepatan zarah tanah dapat
ditentukan dengan memperhatikan partikel tanah, jadi kecepatan partikel tanah
yaitu konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah antara partikel tanah.
Kerapatan tanah dapat ditentukan dengan menunjukkan partikel tanah. Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu dilakukan percobaan mengenai partikel density agar
kita mengetahui tentang partikel density pada tiap-tiap lapisan tanah.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum tentang
partikel density adalah untuk mengetahui tingkat partikel density yang
mengutarakan tentang berat tanah.
Kegunaan diadakannya praktikum
tentang partikel density adalah untuk mengetahui tinggi atau rendahnya tingkat
partikel density pada tanah untuk disesuaikan dengan keadaan dan pertumbuhan
tanaman.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Particle
Density
Partikel density adalah berat tanah
kering persatuan volume partikel-partikel tanah (jadi tidak termasuk pori-pori
tanah). Tanah mineral mempunyai partikel density yaitu 2,65 gr/cm3.
Dengan mengetahui besarnya nilai partikel density dan bulk density, maka dapat
dihitung banyaknya persentase (%) pori-pori tanah. Kandungan bahan organik
memberikan pengaruh pada partikel density (Hardjowigeno, 2003).
Untuk menentukan kepadatan partikel
tanah, pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang kuat. Oleh karena itu,
kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi
menurut jumlah ruang partikel. Hal ini didefinisikan sebagai massa tiap unit
volume partikel tanah dan sering kali dinyatakan dalam gram/cm3.
Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6
gram/cm3 (Foth, 1994).
Kerapatan partikel (bobot partikel)
adalah bobot massa partikel padat persatuan volume tanah, biasanya tanah
memiliki kerapatan partikel 2,6 gr/cm3. Kerapatan partikel erat
hubungannya dengan kerapatan massa. Hubungan kerapatan partikel dan kerapatan massa
dapat menentukan pori-pori pada tanah (Hanafiah, 2006).
Partikel density dinyatakan dalam
berat (gram tanah persatuan volume cm3) tanah. Jadi bila 1 cm3 padatan tanah
beratnya 2,6 gram, maka partikel density tanah tersebut adalah 2,6 gr/cm3
(Pairunan,1985).
Pada kisaran partikel density tanah
– tanah mineral kecil adalah 2,6-2,93 gr/cm3. Hal ini disebabkan mineral
kwarsa, feldspart dan silikat koloida yang merupakan komponen tanah sekitar
angka tersebut. Jika dalam tanah terdapat mineral berat sepereti magnetik,
garmet, sirkom, tourmaline dan hornblende, partikel density dapat melebihi 2,75 gr/cm3. besar
ukuran dan cara teraturnya partikel tanah tidak dapat berpengaruh dengan
partikel density ( Hakim, 1986).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum Particle Density
dilaksanakan pada hari kamis, 13 april 2012 pada pukul 11.00 WITA – selesai, di
Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
3.2
Alat dan Bahan
Alat Bahan
1.gelas ukur dan 1. Sempel tanah
2. pengaduk. 2. tissu
. 3. air
3.3
Prosedur Kerja
1.
Masukkan tanah hasil analisa bulk
density sebanyak 40 gram kedalam gelas ukur 100 ml yang telah diberi air
sebanyak 50 ml dan aduk dengan baik untuk melepaskan udaranya.
2.
Membilas gelas pengaduk pada dinding
silinder dengan jumlah air (kurang lebih 10 ml).
3.
Membiarkan campuran selama 5 menit
untuk melepaskan udaranya dan catat volume air dalam gelas ukur, ingat bahwa
pada tanah terdapat udara dan air.
4.
Menghitung Partikel Densitynya
PD
=
gr/cm3
![](file:///C:/DOCUME~1/ADMINI~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
SVol partikel padat = (Vol air dan tanah)–(Vol
gelas ukur+Vol air pembilas) cm3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, maka diperoleh data dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Pengamatan particle
Density:
tanah
|
Gram/cm3
|
Lapisan 1
|
2.22
|
Lapisan 2
|
2.35
|
Sumber :
Data Primer diolah, 2012
4.2
Pembahasan
Pada tabel di atas, nilai particle
density lapisan 1 ialah 2.22 gr/cm3 ,dan lapisan 2, 2,35 gr/cm3. dikarenakan tanah ini cukup banyak
mengandung bahan organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth H.D. (1998) bahwa
kerapatan partikel dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan tekstur tanah,
tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai partikel density
(kerapatan jenis) yang lebih rendah.
Bahan organik dikatakan menjadi
faktor penting karena pada lapisan vertisol mempunyai bahan organik yang tinggi
tetapi bahan organik tersebut mengalami pencucian oleh air hujan maka secara
otomatis bahan organik tersebut bergerak ke lapisan di bawahnya sehingga bahan
organik menjadi berkurang dan Particle Density-nya pun menjadi rendah. Hal ini
sesuai pendapat Hardjowigeno (2003), bahwa lapisan atas mengalami pencucian
oleh air hujan dimana bahan organiknya menjadi rendah maka Particle Density-nya
pun ikut menjadi rendah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan
Partikel Density pada tanah kering oven dapat disimpulkan :
1.
Tanah tersebut memiliki partikel
density sebesar 2,22 dan 2,35 gr/cm3, sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah
jenis ini memilliki banyak mineral kecil seperti mineral kwarsa, feldspart dan
silikat koloida.
2.
Faktor- faktor yang
mempengaruhi partikel density adalah bulk density secara tidak langsung
berhubungan dengan kandungan bahan organik, tekstur dan struktur tanah.
5.2 Saran
Untuk kelancaran praktikum selanjutnya, sebaiknya bahan dan alat praktikum harus tersedia lengkap . Dengan adanya ketersedian bahan dan
alat praktikum yang lengkap, akan mempermudah dan membantu para praktikan dalam
melakukan percobaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Foth, Henry D. 1994. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Erlangga. Makassar
Foth H.D. 1998. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Erlangga. Makassar.
Hakim N.M, dkk. 1986. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Hanafiah, 2006. Partikel Density.
Makassar
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi
Tanah dan Pedogenesis. Akadeika Presindo.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo. Makassar
Pairun, dkk. 1985. Dasar-dasar
Ilmu Tanah. BKPTN Indonesia Bagian Timur. Makassar
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
pH tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh
seperangkat faktor kimia tertentu. oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah
sebuah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa
masalah pertumbuhan tanaman. Biasanya tanah pada daerah basah bersifat masam
dan tanah pada daerah kering bersifat basa (alkali).
Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi kepekatan /
konsentrasi (H+) dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya,
makin rendah konsentrasi (H+) maka makin tinggi pH tanah. Sehubungan
dengan nilai pH dijumpai 3 kemungkinan, yaitu : masam, netral dan basa (alkali).
Kemasaman
tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif
disababkan oleh ion H+ dan Al3+ yang terjerap pada
kompleks jerapan.
Reaksi tanah yang penting adalah masam,
netral, atau alkalin. Pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam
larutan tanah, bila dalam tanah ditemukan ion H lebih banyak dari OH, maka
disebut masam. Bila ion H sama dengan OH disebut netral, dan bila ion OH lebih
banyak dari pada ion H disebut ion alkalin.
Peranan pH tanah meliputi:
a. Mempengaruhi
ketersediaan unsur hara tanaman.
b. Mempengaruhi
nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah.
c. Mempengaruhi
keterikatan unsur P.
d. Mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme.
e. Mempengaruhi
perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus.
1.2
Tujuan dan kegunaan
1.
Menetapkan pH tanah dengan menggunakan
indikator universal.
2.
Mengetahui cara menetapkan pH tanah
dengan menggunakan digital pH.
3.
Mengetahui hasil perbandingan pH
tanah dengan menggunakan indikator dan lakmus
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 PH
TANAH
Air bersifat netral karena konsentrasi H+ dan OH+
yang sama. Pada keadaan nbetral, pH adalah 7. Suatu ukuran skala pH digunakan
untuk memudahkan menyatakan konsentrasi H+ yang sangat kecil di
dalam air maupun di dalam berbagai system hayati penting. Kation-kation yang
dapat dipertukarkan terserap dengan tenaga yang cukup besar untuk memperlambat
pencuciannya dari tanah, tetapi sejumlah kation yang cukup besar mengalami
disosiasi dari permukaan perukaran kation yang terdapat dalam larutan dimana
kation itu siap untuk digunakan tanaman. Pada disosiasi, basa yang dapat
dipertukarkan menyebabkan terjadinya hidrolisis sehingga dihasilkan ion-ion OH-
(Foth, 1994).
Pengukuran pH tanah di lapangan dengan prinsip kalori meter
dengan menggunakan indicator (larutan, kertas lakmus), yang menunjukkan warna
tertentu pada pH berbeda. Kesalahan pengukuran dapat terjadi antara 0,1 – 0,5
unit pH atau bahkan lebih besar karena pengaruh pengenceran dan faktor-faktor
lain. Untuk mengukur pH basa kuat di lapangan, indikator fenolptalin yang tidak
berwarna sangat bermanfaat karena akan berubah menjadi ungu sampai merah pada
pH 8,3 – 10. Kondisi yang sama pada pengukuran pH di lapangan pada kondisi luar
biasa asam dihunakan indikator Brom Cresol Green (0,1 gram dilarutkan pada 250
ml 0,006N NaOH) yang berubah dari hijau sampai kuning pada pH 5,3 dan yang
lebih rendah dari pada 3,8. Untuk mengetahui pH tanah di lapangan, secara umum
dapat digunakan indikator universal / campuran (Mohr, 1972).
Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan
pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara dan
adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa unsur hara fungsional seperti besi,
mangan, dan seng berkurang apabila pH dinaikan dari 5.0 menjadi 7.5 atau 8.0.
Molibdenium berkurang ketersediannya bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari
5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak yang dapat
menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang sangat tinggi, ion bikarbonat akan
dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat menggangu serapan normal unsur lain
dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Soepardi 1983). Kondisi pH tanah
mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya
terhadap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa
unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH
dinaikan dari 5.0 menjadi 7.5 atau 8.0. Molibdenium berkurang ketersediannya
bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari 5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam
jumlah cukup banyak yang dapat menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang
sangat tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat
menggangu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman
(Soepardi 1983).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah
yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion
hydrogen H+ di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di
dalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+
dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya
berbanding terbalik dengan oin H+. pada tanah-tanah yang masam ion H+
lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan
ion OH- lebih tinggi daripada ion H+. bila kandungan H+
sama dengan OH- maka tanah bersifat netral yaitu mempunyai nilai pH
7. Kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan
pengaruhnya sangat besar dapa tanaman, sehingga kemasaman tanah harus
diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Syaifuddin
Syarief H.F, 1998).
Sifat kemasaman tanah ada dua jenis, yaitu kemasaman aktif
dan memasaman potensial. Reaksi kemasaman aktif ialah yang diukurnya
konsentrasi ion H+ yang terdapat pada pemakaian sehari-hari. Reaksi tanah
potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat ditukar baik yang terjerap olehn
kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan. Sejumlah senyawa
menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam ataupun basa. Asam-asam
organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organic tanah.
Menentukan kemasaman tanah ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat
digunakan. Alat yang murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan
kertas kecil memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat
dipakai berulang-ulang dengan hasil pengukuran lebih akurat adalah pH tester
dan soil tester (Hardjowigeno S, 1987).
METEDEOLOGI
3.1
Tempat, tanggal dan waktu
Tempat
: Laboratorium Fakultas Pertanian Ilmu
tanah
Hari/Tanggal
: jumat, 21 april 201
Waktu
: 13.20 WITA sampai selesai
3.2 Alat dan Bahan
1.
lakmus 6. Timbangan digital
2.
Indikator universal 7.
label
3.
Tabung film 8. 15 ml Aquades
4.
Gelas ukur 10 ml 9.
H2O
5.
Penghitung waktu 10. Tanah
3.3
Cara Kerja
1.
Timbang masing-masing 10 gr tanah
untuk 3 tabung film
2.
Masukan 15 ml aquades ke
masing-masing tabung film
3.
Campurkan tanah dan aquades
4.
Kocok selama 30 detik
5.
Diamkan campuran tanah tersebut
selama 5 menit
6.
Untuk tabung 1, ukur pH dengan
indicator universal
7.
Untuk tabung 2 ukur pH dengan
digital pH hasilnya dijumlahkan kemudian dibagi 2
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table 7, hasil perthitungan
Tabung
|
Tabung
1 (Ao)
|
Tabung
2 (A1)
|
Tabung
3 (A1)
|
pH
|
7
|
7,90
|
7,94
|
A1 = 7,90 + 7,94
2
= 7,92
*Ph tanah menunjukkan kesamaan hasilnya,yaitu ±7 atau sama dengan Netral.
Ket : Ao = menggunakan indikator universal
A1 = menggunakan digital Ph
4.2 Pembahasan
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang
diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH
antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Tanah yang
kami amati, bersuasana basa (pH>7.0). Artinya, tanah tersebut kandungan
kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi terhadap fosfat dan tanaman makanan
ternak pada tanah basa seringkali mengalami defisiesi P.
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting
karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N),
Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah
tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH
larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat)
menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman
pada Ph antara 6,0 hingga 7,0.
Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan
mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri
ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan
berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh
pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai. Sebagai contoh, alfalfa tumbuh dengan
baik pada tanah dengan pH 6,2 hingga 7,8; sementara itu kedelai tumbuh dengan
baik pada tanah dengan kisaran pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah tumbh dengan
baik pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk sayuran,
bunga dan semak-semak serta buah-buahan tergantung dengan pH dan ketersediaan
tanah yang mengandung nutrisi yang cukup. Jika larutan tanah terlalu masam,
tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka
butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk
teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut.
Herbisida, pestisida, fungsisida dan bahan kimia lainnya
yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tanaman juga dapat meracuni
tanaman itu sendiri. Mengetahui pH tanah, apakah masam atau basa adalah sangat
penting karena jika tanah terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida,
herbbisida, dan fungisida tidak akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air
tanah serta air-air pada aliran permukaan dimana hal ini akan menyebabkan
polusi pada sungai, danau, dan air tanah.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi (pH)
tanah dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH
tanah antara lain adalah perbandingan air dengan tanah, kandungan garam-garam dalam
larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah.
2. Penetapan pH tanah dengan
digital pH hasilnya lebih akurat dibandingkan menggunakan indikator universal
yang sifatnya kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Foth,
Henry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Erlangga
Hardjowigeno.
1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo
Mohr.
1972. Tropical Soils. Net Herlands. Geuze Dordrecht
Syarief
h.F, Syarifudin. 1998. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka
Buana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar