I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan
komoditas ekspor unggulan yang dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai
ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Permintaan kopi Indonesia dari
waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan
bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa
(acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen.
Menurut data dari Worldbank, pada periode tahun
2005-2008, Indonesia merupakan eksportir kopi ke-4 dunia, dengan kontribusi
rata-rata sebesar 4,76 persen. Brazil menempati posisi pertama dengan
kontribusi rata-rata sebesar 24,30 persen, diikuti dengan Vietnam (17,94
persen) dan Columbia (10,65 persen). Negara tujuan ekspor kopi Indonesia yang
utama adalah Amerika Serikat dengan kontribusi rata-rata sebesar 19,35 persen
dari total ekspor kopi Indonesia, serta ke Jepang, Jerman dan Italia,
masing-masing dengan kontribusi rata-rata sebesar 14,96 persen, 15,88 persen,
dan 6,71 persen.
Dalam hal perkopian di Indonesia , kopi rakyat memegang
peranan yang penting, mengingat sebagian besar (93 %) produksi kopi merupakan
kopi rakyat. Namun demikian kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat
relatif masih kurang baik dibanding kondisi perkebunan besar Negara (PBN). Ada
dua permasalahan utama yang diidentifikasi pada perkebunan kopi rakyat, yaitu
rendahnya produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk
diekspor. Di Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Prov.
Sul Sel tahun 2008, luas areal pertanaman kopi Arabika sebesar 47.181,46 ha
yang melibatkan 65.178 KK petani dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69
ton, karena produktivitasnya yang masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 636,24
kg/ha/tahun, sementara potensi produksinya dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun. Demikian
halnya dengan Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu daerah penghasil
kopi Arabika di Sulawesi Selatan dari luas areal sebesar 11.384 ha dengan
jumlah petani sebanyak 16.632 KK produksinya pada tahun 2008 hanya sebesar
5.350 ton karena produktivitas hanya mencapai 648,48 kg/ha/tahunnya.
Rendahnya produktivitas kopi di antaranya disebabkan
adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Beberapa jenis OPT yang
menyerang tanaman kopi di Sulawesi Selatan adalah hama penggerek buah kopi (Hypothenemus
hampei Ferr.), penggerek batang, (Zeuzera sp.,), Penggerek cabang (Xylosandrus
spp.), kutu hijau (Cocus viridis), kutu putih (Ferrisia virgata),
penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), Cercospora sp., Embun
jelaga dan Busuk buah kopi serta terakhir yang disebabkan oleh nematode.
Penyakit busuk buah menyebabkan kerugian serius telah
dilaporkan pertama kali dari Kenya, sebesar 75% di beberapa perkebunan.
Penyakit ini menyebabkan matinya tanaman kopi di beberapa daerah di Kenya dan
Ethiopia. Di daerah lain, kerugian dapat mencapai 80%. Perkiraan konservatif
lebih dari kerugian yang terjadi di Kenya adalah 20%.
Busuk buah juga dilaporkan menyerang perkebunan kopi
milik masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Tapanuli Utara,
Sumatera Utara. Akibatnya, jumlah hasil produksi mengalami penurunan hingga 30
persen, juga sangat meresahkan para petani kopi di daerah itu.
1.2 Tujuan dan kegunaan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa
dapat mengenal dan mempelajari budidaya kopi, penyakit, dan pengendalian hama
pada tanaman kopi.
Kegunaannya adalah sebagai bahan pertimbangan dalam
membudidayakan dan mengendalikan penyakit pada tanaman kopi agar dapat
menghasilkan produksi yang tinggi, serta sebagai bahan referensi dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
II. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Perkembangan Kopi di Dunia
Kopi sebagai salah satu
komoditi non migas, memiliki pasaran yang cukup mantap di pasaran dunia, sebab
dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi, karena kopi
dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Badan yang lemah dan rasa
kantuk dapat hilang, setelah minum kopi panas. Apalagi orang yang sudah menjadi
pecandu kopi, bila tidak minum kopi rasanya akan capai dan konsentrasi dalam
berpikir terasa berkurang.
Tanaman kopi adalah suatu
jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada
tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau
daerah-daerah yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman.
Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu
pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah tropis di gurun Sahara, dan
garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia disebelah Utara
dimana tanahnya sangat tandus.
Pada mulanya orang minum
kopi bukanlah kopi bubuk yang berasal dari biji, melainkan dari cairan daun
kopi yang masih segar atau ada pula yang menggunakan kulit buah yang disedu
dengan air panas. Sudah barang tentu rasanya tidak seenak kopi bubuk, namun
dapat juga menyegarkan badan, sehingga penggemarnyapun belum begitu meluas.
Setelah ditemukan cara memasak kopi bubuk yang lebih sempurna, yaitu
menggunakan biji kopi yang masak kemudian dikeringkan dan dijadikan bubuk
sebagai bahan minuman, akhirnya penggemarnya cepat meluas. Negara pemakai kopi
pertama-tama adalah Arabia (pertengahan abad XV) dan kemudian menyebar luas di
negara Timur Tengah, seperti Kairo pada tahun 1510 dan Konstantinopel (Turki)
lebih kurang pada tahun 1550. Selanjutnya pada tahun 1616 kopi ini mulai masuk
Eropa, yakni di Venesia. Sedangkan di Inggris pemakaian kopi baru pada tahun
1650.
Sampai sekarang kita
ketahui bahwa kopi dan teh merupakan dunia yang sangat penting di dunia Barat.
Walaupun asal kopi itu dari negara Afrika, tetapi sedikit sekali penduduk asli
yang minum kopi. Di Ethiopia, kopi itu diminum dengan makanan lemak, selain
bijinya daunnya pun dapat disedu dengan air panas.
Nama-nama jenis tanaman
kopi sulit ditentukan, karena spesies ditentukan oleh beberapa pengarang buku
dari 25 sampai 100 lebih. Wellman (1961) menyusun daftar sebanyak 64 spesies,
tetapi ada yang dianggap hanya sebagai varietas saja. Maka jenis spesies yang
tepat kurang lebih ada 60. Kebanyakan spesies itu terdapat di Afrika Tropis,
yaitu sebanyak 33 Spp, 14 Spp di Madagaskar, 3 Spp di Mauritius dan Reunion, 10
Spp di Asia Tenggara.
Ditinjau dari segi
ekonomis, Spp yang terpenting ialah (Coffea arabica = kopi Arabika) yang
menghasilkan 90% dari kopi dunia pada waktu belum ada Robusta (J.E.
Purseglove); Coffea canephora 9% dan Coffea liberica kurang dari 1%.
Spesies-spesies yang
banyak dipakai berdasarkan sejarah perkembangan tanaman kopi di dunia adalah
sebagai berikut:
1. Kopi Bungalensis heyne et Wild;
terdapat secara liar di Benggala, Birma, Sumatera, dan adapula yang terdapat di
India
2. Kopi Congensis, Froehn. Berasal dari
Congo, kopi ini mirip dengan kopi Arabika yang disilang dengan Coffea canephora
menjadi hibrida Congesta di Jawa. Mungkin satu bentuk dari Coffea canephora.
3. Kopi Eugenioides, S. Moore. Berasal
dari Congo, Uganda, dan Tanzania, sedikit mirip dengan Coffea arabica. Kopi ini
banyak pula ditanam, tetapi kandungan Coffein rendah.
4. Kopi Exselsa, A. Chev. Berasal dari
Afrika Barat, bisa tumbuh sampai tinggi, daun besar, buah juga besar tapi
tetapi biji kecil. Tanaman ini baik di Afrika Barat maupun Filipina, sedangkan
di Jawa tidak banyak ditanam. Kopi ini banyak digolongkan Coffea liberica,
tetapi buah dan biji jauh lebih kecil.
5. Kopi Recemosa, Lour. Berasal dari
Mozambik dan kopi ini banyak ditanam di daerah setempat. Tanaman berbentuk
perdu bercabang banyak, buah kecil berwarna merah.
6. Kopi Stenophylla G. Don. Berasal dari
Afrika Barat dan banyak ditanam di sana, pohon kecil, bila buah masak berwarna
biru hitam, biji lebih kecil daripada Arabika dan rasanya kurang enak.
7. Kopi Zangeubarise Lour. Berasal dari
Zanzibar, di daerah asal tersebut kopi banyak ditanam. Buah dan biji mirip
dengan kopi Arabika.
2.2 Sejarah
Perkembangan Tanaman Kopi di Indonesia
Tanaman kopi bukan tanaman
asli Indonesia, melainkan jenis tanaman berasal dari benua Afrika. Tanaman kopi
dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada waktu itu masih dalam taraf
percobaan.
Di Jawa, tanaman kopi ini
mendapat perhatian sepenuhnya baru pada tahun 1699, karena tanaman tersebut
dapat berkembang dan berproduksi baik. Bibit kopi Indonesia didatangkan dari
Yaman. Pada waktu itu jenis yang didatangkan adalah kopi Arabika.
Percobaan penanaman ini
pada mulanya berada disekitar Jakarta. Setelah percobaan penanaman di daerah
ini ternyata berhasil baik, kemudian biji-biji itu dibagi-bagikan kepada para
Bupati di Jawa Barat untuk ditanam di daerah masing-masing; ternyata hasilnya
pun baik.
Hasil-hasil tersebut harus
diserahkan kepada V.O.C dengan harga yang sangat rendah, dengan penyerahan
secara paksa. Maka tanaman yang semula hanya sebagai tanaman percobaan,
akhirnya menjadi tanaman yang dipaksanakan kepada petani.
Setelah diketahui bahwa
tanaman kopi itu hasilnya terus meningkat, maka perluasan tanaman terus
ditingkatkan, terutama di pulau Jawa. Selanjutnya tanaman itu lebih dipaksakan
lagi dengan adanya "Culturstelsel".
Mulai saat itu banyak
pengusaha yang memperluas usahanya dalam lapangan perkebunan, terutama di Jawa
Tengah dan Jawa Timur pada tanah-tanah usaha swasta. Selanjutnya tanaman
perkebunan itu lebih besar lagi setelah dikeluarkan Undang-undang Agraria tahun
1870. Perusahaan perkebunan itu bisa memperluas isahanya pada tanah milik
negara dengan jangka yang sangat panjang.
Mula-mula pertanaman kopi
perkebunan ini banyak terdapat di Jawa Tengah, yaitu daerah Semarang, Sala,
Kedu, dan Jawa Timur terutama di daerah Besuki dan Malang. Sedang di Sumatera
terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat, dan Sumatera Timur. Sehingga
sampai sekarang ini banyak perusahaan perkebunan milik negara yang berasal dari
perusahaan-perusahaan asing.
2.3 Varietas
Kopi dan Sifatnya
Walaupun jenis tanaman kopi itu banyak
sekali jumlahnya, namun dalam garis besarnya ada tiga jenis besar, yaitu: kopi
Arabika, kopi Canephora, dan kopi Liberika.
2.3.1 Kopi Arabika (Coffea arabica)
Daerah asal kopi Arabika
adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya kopi tersebut tumbuh
baik secara alami di hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 - 2.000 an
dpl. Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke negara Arab semenjak tahun 575.
Tetapi baru pada abad XV, yaitu pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman
seperti sekarang. Kopi Arabika pertama sekali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh
seorang bangsa Belanda. Tetapi sebagai tanaman perdagangan yang meyakinkan dan
pertumbuhannya menjadi baik, baru pada tahun 1699.
Baik perkembangan kopi
dunia maupun di Indonesia pada khususnya, kopi Arabika inilah yang paling
banyak dan paling dahulu dikembangkan. Tetapi karena jenis ini sangat tidak
tahan terhadap penyakit Hemileia vastatrix, kemudian jenis tersebut banyak
digantikan dengan jenis lain yang tahan Hemileia vastatrix, kecuali yang
terdapat di dataran tinggi yang lebih 1.000 m dari permukaan laut. Jenis Arabika
mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai berikut:
·
Daun
kecil, halus dan mengkilat, panjang daun 12 sampai 15 cm, dan lebar 6 cm.
·
Biji
buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.
·
Bila
batang tak dipangkas, tinggi pohon bisa mencapai lebih dari 5 m dengan bentuk
pohon yang ramping.
·
Bila
jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1.350 -
1.850 m dpl, produksinya bagus. Di Indonesia, kopi Arabika ini dapat
berproduksi baik pada ketinggian 1.000 - 1.750 m dpl.
·
Jenis
ini tidak menghendaki suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena bila
suhu terlalu tinggi pertumbuhan tanaman akan terlalu cepat, begitu pula masa
berbunganya menjadi terlalu awal. Akibatnya tanaman lekas mati, dan sangat
mudah diserang Hemileia vastatrix. Bila suhu terlalu rendah pertumbuhannya
lambat, banyak tumbuh cabang-cabang sekunder dan tersier, yang sangat menganggu
pembentukan bunga.
·
Curah
hujan yang optimal sekitar 1.500 - 2.250 mm tiap tahun, tetapi harus ada musim
kering yang tegas 2 - 3 bulan untuk perkembangan bunga.
·
Tidak
menghendaki angin kencang, tetapi diperlukan angin yang tenang.
Karena terjadinya mutasi
kopi Arabika, maka banyak timbul jenis kecil yang masih termasuk golongan
Arabika, seperti:
1.
Kopi
Arabika varietas Bourbon, ciri-ciri pohon lebih pendek, cabang-cabang bagian
bawah tidak menurun, melainkan agak naik dan kuat. Daun lebih besar dan daun
pucuk berwarna hijau, produksinya lebih banyak.
2.
Jenis
Catura, berasal dari varietas Bourbon. Pohon lebih pendek, tetapi lebih subur.
3.
Jenis
Marago, menghendaki iklim dan tempat penanaman seperti kopi Arabika asli.
Pertumbuhan tanaman cepat, buah dan bijinya besar, tetapi tidak begitu lebat.
4.
Jenis
Pasumah, terdapat di Sumatera. Bentuk pohon lebih kekar, dan agak tahan
terhadap Hemileia vastarix dari pada jenis Arabika yang murni.
5.
Jenis
Cangensis, asal dari Congo. Jenis ini mirip Arabika asli; dan jenis yang
disilang dengan Canephora menghasilkan hibrida Congesta di Jawa. Jenis ini
resisten terhadap Hemileia vastatrix, tetapi biji kecil dan tidak begitu
banyak.
Jenis-jenis kopi Arabika berdasarkan
hasil pemuliaan yang dianggap unggul pada saat ini (sumber: Dirjen Perkenunan
Departemen Pertanian) adalah sebagai berikut :
1) Kopi Abesinia 3
·
Tipe
pertumbuhan tinggi melebar dengan perdu tegar.
·
Buah
berbentuk oval persegi, biji besar memanjang dan seragam.
·
Nisbah
biji buah 15,4 %.
·
Berbunga
pertama umur 34 - 36 bulan.
·
Produktivitas
7,5-10 kwintal/ha pada populasi 1.600 pohon/ha.
·
Rentan
terhadap serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B).
·
Diameter
tajuk + 2 m (batang tunggal).
·
Umur
ekonomis 25 tahun.
·
Jumlah
buah 7-12 dompol/cabang, 8-15 buah/dompol.
·
Bentuk
biji lonjong besar, berat 100 butir setara 19,1 gram.
·
Agak
tahan serangan hama penggerek bubuk buah.
·
Mutu
fisik biji baik, mutu seduhan baik.
·
Penanaman
mulai ketinggian 1.250 m dpl, tanah subur, naungan cukup.
2) Kopi USDA 762
·
Tipe
pertumbuhan tinggi agak melebar, percabangan teratur.
·
Diameter
tajuk + 1,90 m (batang tunggal).
·
Cabang
primer mendatar, teratur, agak lentur, ruas batang 4-9 cm, ruas cabang 4-6 cm.
·
Warna
daun hijau tua kecoklatan, pupus daun hijau muda.
·
Bentuk
daun lonjong melebar, pangkal daun tumpul, ujung meruncing, helaian berlekuk
tegas.
·
Umur
ekonomis 25 tahun.
·
Jumlah
buah 7-11 dompol/cabang, 12-24 buah/dompol.
·
Buah
muda hijau kusam, ujung meruncing, pangkal tumpul, diskus sempit, berjenggot,
buah masak serempak berwarna merah cerah.
·
Bentuk
biji membulat seragam, berat 100 butir + 14,7 g.
·
Produktivitas
8-14 kwintal/ha untuk populasi 1.600 pohon/ha.
·
Mutu
fisik biji baik, mutu seduhan cukup baik.
·
Tahan
serangan penggerek bubuk buah, rentan serangan nematoda parasit.
·
Agak
tahan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B).
·
Saran
penanaman : mulai ketinggian 1.000 m dpl., tanah subur dan penaung cukup.
3) Kopi S 795
·
Tipe
pertumbuhan tinggi melebar, daun rimbun menutupi batang pokok.
·
Diameter
tajuk + 2,01 m (batang tunggal).
·
Cabang
primer, cabang cacing dan cabang balik tumbuh sangat aktif sehingga tidak
teratur, ruas cabang 2,5-4,5 cm.
·
Warna
daun hijau tua, pupus daun berwarna coklat.
·
Bentuk
daun lonjong agak sempit, tepi bergelombang, ujung meruncing.
·
Umur
ekonomis 25 tahun.
·
Jumlah
buah 7-11 dompol/cabang, 12-20 buah/dompol.
·
Buah
muda berwarna hijau kusam, diskus melebar, buah masak bulat besar berwarna
merah hati.
·
Bentuk
biji oval membulat tidak seragam, berat 100 butir + 17,5 g.
·
Produktivitas
10-15 kwintal/ha untuk populasi 1.600 pohon/ha.
·
Mutu
fisik biji baik, mutu seduhan cukup baik.
·
Agak
rentan serangan bubuk buah kopi, rentan serangan nematoda parasit.
·
Agak
tahan serangan penyakit karat daun.
·
Saran
penanaman : mulai ketinggian 700 m dpl, lahan subur maupun marjinal, naungan
cukup.
4) Kopi Kartika 1
·
Tipe
pertumbuhan kate, kompak.
·
Diameter
tajuk + 1,36 m (batang tunggal, di ketinggian tempat di atas > 1.000 m dpl).
·
Percabangan
agak lentur, ruas pendek, cabang sekunder aktif, cabang produktif 30/pohon.
·
Warna
daun tua hijau tua, pupus hijau muda.
·
Bentuk
daun bulat telur, seragam, ujung meruncing, pangkal meruncing
·
Buah
muda lonjong, buah tua membulat berwarna merah tua, masak serempak.
·
Bentuk
biji membulat, berat 100 butir biji + 15,8 g, nisbah biji buah 15,2 %.
·
Mutu
fisik biji cukup baik, mutu seduhan baik.
·
Agak
rentan nematoda parasit, agak tahan becak Cercospora sp., rentan penyakit rebah
batang, Rhizoctonia sp, dan agak tahan serangan penyakit karat daun.
·
Umur
ekonomis 25 tahun.
·
Umur
pertama berbunga 2 tahun setelah ditanam.
·
Produktivitas
2.000-2.500 kg/ha untuk populasi 3.600 pohon/ha di lahan dengan ketinggian >
1.000 m dpl.
·
Penanaman
mulai ketinggian 700 m dpl, (penanaman pada dataran tinggi menengah
diprioritaskan pada daerah basah dan subur, naungan cukup)
5) Kopi Kartika 2
·
Tipe
pertumbuhan kate, kompak. Pada saat TM 4, di ketinggian 1.200 m dpl, tinggi
tanaman + 191 cm.
·
Diameter
tajuk + 138,5 cm (batang tunggal, di ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl).
·
Percabangan
agak lentur, ruas pendek, jumlah cabang primer produktif 29/pohon.
·
Warna
daun tua hijau tua, daun muda (pupus) hijau muda.
·
Bentuk
daun agak bulat, ukuran seragam, ujung daun membulat, pangkal daun tumpul.
·
Buah
muda bulat telur, buah tua membulat berwarna merah tua, masak kurang serempak.
·
Bentuk
biji membulat, berat 100 butir biji + 15,3 g, nisbah biji buah 14,5 %.
·
Mutu
fisik biji baik, mutu seduhan baik.
·
Rentan
serangan nematoda parasit, agak tahan penyakit karat daun dan agak tahan
serangan Cercospora sp, di pembibitan rentan serangan Rhizoctonia sp.
·
Umur
pertama berbunga 2 tahun setelah ditanam di lapangan.
·
Umur
ekonomis 25 tahun.
·
Produktivitas
2.000-2.500 kg/ha untuk populasi 3.600 pohon/ha di ketinggian > 1.000 m dpl.
·
Penanaman
mulai ketinggian 700 m dpl, (penanaman pada dataran tinggi menengah
diprioritaskan pada daerah basah dan subur, naungan cukup).
6) Kopi Andungsari I
·
Tipe
pertumbuhan kutai, tajuk sedikit melebar dengan diameter 144 cm (bila dipangkas
dengan system batang tunggal).
·
Tinggi
tanaman saat berbuah 121,3 cm (ditanam pada lahan ketinggian > 1.000 m dpl)
dan 175 cm (pada ketinggian < 1.000 m dpl).
·
Percabangan
mendatar, batang utama tegak lurus, agak lentur, panjang cabang primer 38,9 cm
dan panjang ruas produktif 6,2 cm.
·
Daun
tua berwarna hijau tua gelap dan daun muda berwarna hijau muda.
·
Umur
ekonomis 10 - 15 tahun
·
Produktivitas
rata-rata 2.800 kg/ha kopi pasar dengan populasi 3.000 pohon/ha
·
Penanaman
mulai ketinggian 700 m dpl
7) Kopi Kartika
·
Tipe
pertumbuhan habitus semi kutai, seluruh tajuk dan daun merupakan batang pokok
hingga ke permukaan tanah, diameter tajuk 230 cm.
·
Pencabangan
diatas permukaan tanah membentuk kipas berjuntai menyentuh tanah.
·
Daun
tua berwarna hijau tua dan daun muda berwarna coklat kemerahan.
·
Umur
ekonomis 20 tahun.
·
Produktivitas
rata-rata 1.500 kg/ha kopi biji dengan populasi 1.600 pohon/ha
·
Penanaman
mulai ketinggian 1.400 m dpl
2.3.2 Kopi Robusta (Coffea Canephora. Piera Ex
Froehn)
Kopi Canephora juga
disebut kopi Robusta (Y. W. Purseglove). Nama Robusta dipergunakan untuk tujuan
perdagangan, sedang Canephora adalah nama botanis.
Jenis tanaman kopi ini
berasal hutan katulistiwa di Afrika, dari pantai barat sampai uganda,
terbentang 100 lebar Utara dan Selatan, dan dapat tumbuh dari
permukaan laut sampai ketinggian 1.700 m. Karena terjadinya persaingan terus
menerus, maka jenis mudah menyesuaikan diri. Ketinggian tempat yang optimal
sekitar 300 - 800 m dengan curah hujan 1.250 - 2.500 mm. Karena jenis ini self
steril (tidak menyerbuk sendiri), maka banyak hasil persilangan yang
dikultivasi sehingga identifikasi menjadi sulit.
Tahun 1947, Thomas dari
Uganda membeda-bedakan jenis sebagai berikut:
1. Bentuk yang tumbuh tegak ke atas atau
bentuk Robusta, pohon yang tak dipangkas menjadi pohon yang tinggi.
2. Bentuk yang melebar atau bentuk ganda.
Bila tidak dipangkas, bentuk tanaman ini akan menjadi perdu dan daunnya tumbuh
lebih kecil.
Sifat-sifat
khusus dari jenis Robusta, selain tersebut di atas ialah:
·
Bau
dan rasanya tidak seenak kopi Arabika, tetapi produksinya jauh lebih tinggi.
Karena rasanya tidak seenak kopi Arabika, maka harganya lebih rendah.
·
Tanaman
di kebun, pemeliharaannya lebih mudah dan biaya dapat dihemat.
·
Daun
lebih kecil, dengan permukaannya agak berombak, dan dari batangnya banyak
tumbuh cabang-cabang.
·
Jenis-jenis
ini tahan Hemileia vastatrix.
2.3.3 Kopi Liberika. Bull Ex. Hiern
Jenis ini berasal dari
dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Kopi Liberika penyebarannya sangat
cepat pada waktu kopi Arabika diserang Hemileia vastatrix, sebab jenis ini
diperkirakan tahan terhadap Hemileia vastatrix, akan tetapi ternyata tidak,
sehingga diganti dengan jenis Robusta. Jenis Liberika ini sekarang hampir
musnah, tinggal 1% dari seluruh jenis kopi yang ada.
Jenis Liberika ini memiliki
sifat-sifat :
·
Tanaman
yang tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 10 m atau lebih. Pohon berukuran
besar bila dibanding dengan jenis lain, demikian juga mengenai daun, cabang dan
buahnya.
·
Cabang
primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau berbuah
beberapa kali. Bunga dan buah bukan hanya terdapat pada cabang primer saja,
melainkan juga terdapat pada batang pokok yang umurnya jauh lebih lanjut dan
berbuah sepanjang waktu, atau buahnya kurang teratur.
·
Besar
kecilnya buah tidak merata. Pada umumnya buah besar, tetapi bijinya kecil,
sehingga perbandingan buah basah dengan biji kering 10 : 1.
·
Tanaman
dapat tumbuh di dataran rendah dan beriklim panas maupun basah. Jenis ini tidak
menuntut tanah yang subur dan pemeliharaan yang istimewa.
·
Karena
tepung sari jenis Liberika ringan maka penyerbukan silang lewat angin dan
serangga.
2.3.4Kopi Luwak
Kopi Luwak
adalah seduhan kopi
menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini
memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan
luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah
lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di kalangan peminat kopi gourmet
setelah publikasi pada tahun 1980-an.
Asal
mula kopi luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di
Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di
koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera.
Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa"
atau Cultuurstelsel (1830—1870). Belanda melarang pekerja
perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk
lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan
akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi,
tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih
utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti,
dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka
terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya
tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi
kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya
yang tidak
lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman
kolonial. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.
lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman
kolonial. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.
Luwak,
atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik
dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Luwak akan memilih buah kopi
yang betul-betul masak sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang
dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak.
Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena
diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami
dalam perut luwak. Dan konon, rasa kopi luwak ini memang benar-benar berbeda
dan spesial di kalangan para penggemar dan penikmat kopi.
Luwak
hanya mau memakan buah dari biji kopi yang beraroma wangi seperti buah leci,
kemudian di perut luwak tersebut ini terjadi fermentasi yang sangat tinggi oleh
enzim-enzim yang tentunya menjadikan cita rasa yang sangat kuat dan memiliki
kenikmatan tersendiri, suhu ketika fermentasi di dalam perut luwak dapat
mencapai
antara 200-2650 C. Di dalam perut luwak, sebelum menjadi kopi luwak, terjadi fermentasi selama kurang lebih 48 jam. Dalam sehari seekor luwak hanya bisa memproduksi 0,2-0,4 kg biji kopi luwak. Itulah mengapa kopi luwak asli bisa menjadi sangat mahal,karena produksinya sangat sedikit.
antara 200-2650 C. Di dalam perut luwak, sebelum menjadi kopi luwak, terjadi fermentasi selama kurang lebih 48 jam. Dalam sehari seekor luwak hanya bisa memproduksi 0,2-0,4 kg biji kopi luwak. Itulah mengapa kopi luwak asli bisa menjadi sangat mahal,karena produksinya sangat sedikit.
Kopi luwak merupakan salah satu upaya
meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, di samping komoditas kopi biasa
seperti kopi reguler Arabika (Java coffee)
dan kopi reguler Robusta. yang membedakan kopi luwak dengan biji kopi biasa
adalah dimakan oleh Luwak (sejenis musang) dan di keluarkan dalam bentuk biji
kopi, Sehingga aromanya lebih harum serta ada rasa pahit dan getir asam yang
lebih khas dan special.
Keistimewaan
kopi luwak berdasarkan
·
Kopi
luwak berasal dari biji kopi terbaik. Naluri hewan luwak akan memilih biji kopi
paling matang yang biasanya berwarna merah. Bisa dipastikan, 90 % biji kopi
yang dihasilkan oleh hewan luwak adalah yang benar-benar matang, bukan yang
mentah. Ini memberi keuntungan, karena pada kopi biasa kemungkinan ada
pencampuran antara biji kopi yang mentah dan matang, yang tentunya bisa
mengurangi kualitas kopi.
·
Kopi
luwak sudah mengalami proses fermentasi secara alami di dalam pencernaan hewan
luwak. Proses fermentasi alami dalam perut luwak memberikan perubahan komposisi
kimia pada biji kopi dan dapat meningkatkan kualitas rasa kopi, karena selain
berada pada suhu fermentasi optimal, juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang
ada pada pencernaan luwak. Karena itulah, rasanya kopi luwak beda dengan kopi
biasa. Kopi luwak mempunyai aroma yang khas tiada duanya, rasanya nikmat, dan
mengandung khasiat menambah energi kaum Adam.
·
Kopi
luwak mengandung kafein yang sangat rendah hanya sekitar 0,5 s/d 1%.
·
Kopi
luwak bisa meningkatkan stamina tubuh dan mencegah penyakit diabetes. Sebab,
kopi yang dikeluarkan oleh hewan luwak telah mengalami proses fermentasi alami kemudian
diolah oleh orang-orang yang berpengalaman serta menjadikannya kopi berkhasiat.
·
Kopi
luwak mengandung protein yang lebih rendah dan lemak lebih tinggi.
·
Kopi
luwak bebas dari pestisida. Bebas dari pestisida, karena pestisida yang
terdapat pada kopi telah dibersihkan secara alami di dalam perut luwak,
sehingga kopi yang keluar bersamaan dengan feses luwak telah bebas dari
kandungan pestisida yang berbahaya.
Pada saat biji berada
dalam sistem pencernaan luwak, terjadi proses fermentasi secara alami selama
kurang lebih 10 jam. Prof. Massiomo Marcone dari Guelpg University, Kanada,
menyebutkan fermentasi pada pencernaan luwak ini meningkatkan kualitas kopi
karena selain berada pada suhu fermentasi optimal 240 - 2600 C, juga dibantu dengan enzim dan bakteri yang
ada pada pencernaan luwak. Kandungan protein kopi luwak lebih rendah ketimbang
kopi biasa karena perombakan protein melalui fermentasi lebih optimal. Protein
ini berperan sebagai pembentuk rasa pahit pada kopi saat disangrai sehingga
kopi luwak tidak sepahit kopi biasa karena kandungan proteinnya rendah.
Komponen yang menguap pun berbeda antara kopi luwak dan kopi biasa. Terbukti
aroma dan citarasa kopi luwak sangat khas. Proses fermentasi tak lazim oleh
luwak ini membuat sebagian orang enggan mengkonsumsinya karena jijik atau
takut. Padahal menurut Massimo, kandungan bakteri pada kopi luwak yang telah
dioven lebih rendah daripada kopi dengan proses
biasa.
biasa.
2.4 Sistem
Percabangan Tanaman Kopi
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon
yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya
tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya
bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang,
cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi
mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
1)
Cabang
Reproduksi (cabang orthrotrop)
Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan
lurus. ketika masih muda cabang ini juga sering disebut wiwilan. Cabang ini
berasal dari tunas reproduksi yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang
utama atau cabang primer. Setiap ketiak daun bisa mempunyai 4-5 tunas
reproduksi, sehingga apabila cabang reproduksi mati bisa diperbaharui sebanyak
4-5 kali. Cabang ini mempunyai sifat seperti batang utama, sehingga bila suatu
ketika batang utama mati atau tidak tumbuh sempurna, maka fungsinya dapat
digantikan oleh cabang ini.
2)
Cabang
Primer (cabang plagiotrop)
Cabang primer adalah
cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari
cabang primer. Pada setiap ketiak daun hanya mempunyai satu tunas primer,
sehingga apabila cabang ini mati, ditempat itu sudah tidak dapat tumbuh cabang
primer lagi. Cabang primer mempunyai ciri-ciri (1). arah pertumbuhannya
mendatar, (2). Lemah, (3). berfungsi sebagai penghasil bunga karena disetiap
ketiak daunnya terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga.
Setiap ketiak daun pada
cabang primer mempunyai tunas reproduksi dan tunas sekunder. Tunas reproduksi
dapat tumbuh menjadi cabang reproduksi, demikian pula tunas sekunder dapat
tumbuh menjadi cabang sekunder. Namun demikian tunas reproduksi dan tunas
sekunder tersebut biasanya tidak berkembang menjadi cabang, melainkan tumbuh
dan berkembang menjadi bunga.
3)
Cabang
Sekunder
Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang
primer dan berasal dari tunas sekunder. cabang ini mempunyai sifat seperti
cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga.
4)
Cabang
Kipas
Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat
pada cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon yang sudah tua biasanya hanya
tinggal mempunyai sedikit cabang primer karena sebagian besar sudah mati dan
luruh. Cabang yang tinggal sedikit ini biasanya terletak diujung batang dan
mempunyai pertumbuhan yang cepat sehingga mata reproduksinya tumbuh cepat
menjadi cabang-cabang reproduksi. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti batang
utama dan sering disebut sebagai cabang kipas.
5)
Cabang
Pecut
Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu
membentuk cabang primer, meskipun tumbuhnya cukup kuat.
6)
Cabang
Balik
Cabang Balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada
cabang priemer, berkembang tidak normal dan mempunyai arah pertumbuhan menuju
ke dalam mahkota tajuk.
2.5 Sistem
Perakaran Tanaman Kopi
Meskipun tanaman kopi
merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai perakaran yang dangkal.
Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang
bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.
Secara alami tanaman kopi
memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang
tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian
atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman
kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang
batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga
relatif mudah rebah.
2.6 Bunga
dan Buah Tanaman Kopi
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur
± 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada
batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat
tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya
dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya
banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini
berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya
menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara
serempak dan bergerombol.
2.6.1 Bunga
Tanaman Kopi
Jumlah kuncup bunga pada
setiap ketiak daun terbatas, sehingga setiap ketiak daun yang sudah
menghasilkan bunga dengan jumlah tertentu tidak akan pernah menghasilkan bunga
lagi. Namun demikian cabang primer dapat terus tumbuh memanjang membentuk daun
baru, batang pun dapat terus menghasilkan cabang primer sehingga bunga bisa
terus dihasilkan oleh tanaman. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan
dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga dalam satu saat. Bunga
tersebut tersusun dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 4-6 kuntum
bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8-18 kuntum bunga, atau
setiap buku menghasilkan 16-36 kuntum bunga.
Bunga tanaman kopi
berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak
bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal
biji. Benangsarinya terdiri dari 5-7 tangkai yang berukuran pendek. Bila bunga
sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera mengadakan penyerbukan
(peristiwa bertemunya tepungsari dan putik). Setelah terjadi penyerbukan,
secara perlahan-lahan bunga akan berkembang menjadi buah. Mula-mula mahkota
bunga tampak mengering dan berguguran. Kemudian kulit buah yang berwarna hijau
makin lama makin membesar. bila sudah tua kulit ini akan berubah menguning dan
akhirnya menjadi merah tua. waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga
hingga buah menjadi matang ± 6-11 bulan, tergantung dari jenis dan
faktor-faktor lingkungannya. Kopi arabika membutuhkan waktu 6-8 bulan,
sedangkan kopi robusta 8-11 bulan.
Bunga tanaman kopi
biasanya akan mekar pada permulaan musim kemarau sehingga pada akhir musim
kemarau telah berkembang menjadi buah yang siap dipetik. Pada awal hujan,
cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap
mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang. Menurut cara
penyerbukannya, kopi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu kopi self steril
dan kopi self fertil. Kopi self steril adalah jenis kopi yang tidak akan menghasilkan
buah bila bunganya mengadakan penyerbukannya sendiri (tepung sari berasal dari
jenis kopi yang sama). Kopi self steril ini baru menghasilkan buah bila
bunganya menyerbuk silang (tepung sari berasal dari kopi jenis lainnya). Oleh
karena itu tanaman kopi ini harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya
sehingga penyerbukan silang bisa berlangsung. Kopi self fertil adalah kopi yang
mampu menghasilkan buah bila mengadakan penyerbukan sendiri sehingga tidak
harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya.
2.6.2 Buah
Kopi
Buah tanaman kopi terdiri dari daging buah dan biji.
Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan
daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras.
Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji, tetapi kadang-kadang hanya
mengandung 1 (satu) butir atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali. Biji
ini terdiri dari atas kulit biji dan lembaga. Lembaga atau sering disebut
endosperm merupakan bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat
minuman kopi.
2.7 Persyaratan
Tumbuh Tanaman Kopi
Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi
sangat tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan
pokok lainnya yang tak dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang
produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Setelah persyaratan
tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan,
seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit.
1.
Iklim
yang Cocok untuk Tanaman Kopi
a.
Persyaratan
iklim kopi Arabika
·
Garis
lintang 6-9o LU sampai 24o LS.
·
Tinggi
tempat 1250 s/d 1.850 m dpl.
·
Curah
hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
·
Bulan
kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
·
Suhu
udara rata-rata 17-21o C.
b.
Persyaratan
iklim Kopi Robusta
·
Garis
lintang 20o LS sampai 20o LU.
·
Tinggi
tempat 300 s/d 1.500 m dpl.
·
Curah
hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
·
Bulan
kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
·
Suhu
udara rata-rata 21-24o C.
c.
Pengaruh
angin
Pohon tanaman kopi tidak tahan
terhadap goncangan angin kencang, lebih-lebih dimusim kemarau. Karena angin itu
mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi
penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi,
sehingga merusakkan tanaman di bawahnya.
2.
Tanah
Sehubungan
dengan tanah ini yang penting untuk dipelajari terutama sifat fisik tanah dan
sifat kimia tanah.
a.
Sifat
fisik tanah untuk pertanaman kopi
Sifat fisik tanah
meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Tanah untuk tanaman
kopi berbeda-beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya
tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur,
banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah
harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari
abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian
pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak
menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran,
sekurang-kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman
kopi membutuhkanoksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang
baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit
ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek.
Demikian pula tanah pasir
berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat
air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas
sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal
ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah-tanah hutan belantara
hasilnya sangat memuaskan, karena humus banyak mengandung berbagai macam zat
yang dibutuhkan untuk petumbuhan dan pembuahan.
Sebaliknya pada
tanah-tanah yang ditanami kembali (tanaman ulang = replanting) pertumbuhan dan
hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila dipandang perlu tanaman ulang ini
hendaknya diganti dengan tanaman yang tidak sejenis, karena tanaman yang
berlainan kebutuhan zat makanan juga berbeda.
b.
Sifat
Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang
dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah dan PH. Di atas telah
dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam, gembur dan banyak
mengandung humus.
Hal ini tidak dapat
dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan.
Tanah yang subur berarti banyak mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh
tanaman untuk pertumbuhan dan produksi.
Tanaman kopi menghendaki
reksi yang agak asam dengan PH 5,5 - 6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali
diperoleh pada tanaman yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya baik,
dengan daun-daun cukup ion Ca++ untuk fisiologi zat makanan dengan
jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat
dinetralisasi dengan kapur tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk
pupuk; misalnya serbuk tulang/Ca-(PO2) + Calsium metaphospat/Ca(PO2).
2.8 Pengendalian Hama Penyakit tanaman Kopi.
Dalam membudidayakan
tanaman kopi pasti ada tantangan atau penganggu yang petani kopi hadapi,
diantaranya adalah Hama dan penyakit
a. Hama
·
Nematoda
Parasit
Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis
merupakan nematoda endoparasit yang berpindah‐pindah. Daur hidup
P.coffeae sekitar 45 hari dan R.similis sekitar 1 bulan.
Gejala: Tanaman kopi yang
terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan gugur. Pertumbuhan cabang‐cabang
primer terhambat sehingga hanya menghasilkan sedikit bunga, bunga premature dan
banyak yang kosong. Bagian akar akar serabut membusuk, berwarna coklat atau
hitam. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati.
Pengendalian di pembibitan: Disarankan menggunakan
cara kimiawi yaitu dengan fumigasi media bibit menggunakan fumigan pra tanam,
misalnya Basamid G dan Vapam L. Untuk nematisida sistemik dan kontak a.l.:
Curaterr 3G, Vydate 100 AS, Rhocap 10G dan Rugby 10G.Vydate diaplikasikan
dengan cara disiramkan pada bibit dengan konsentrasi 1,0% dan dengan dosis 250
ml/bibit.
Pengendalian di pertanaman: Penggunaan jenis kopi
tahan nematoda parasit. Digunakan sebagai batang bawah misalnya kopi ekselsa
(Coffeae exelsa), klon Bgn 121.09
dan kopi robusta klon BP 961. Cara kultur teknis: pembukaan lubang tanam,
rotasi tanaman dan pembuatan parit barier.
Pengendalian hayati: Untuk menekan populasi nematoda
menggunakan musuh alami berupa bakteri, jamur dan nematoda predator.
Pengendalian kimiawi: Beberapa nematisida sistemik maupun
kontak yang disarankan a.l. karbofuran (Curaterr 3G–35 g / tanaman), oksamil
(Vydate 100 AS 1,0% 1 – 2.5 l / tanaman) dan etoprofos (Rhocap 10G ‐ 25 g / tanaman). Aplikasi diulang
tiap tiga bulan.
·
Hama
Penggerek Buah Kopi
Serangga dewasa penggerek buah kopi atau
bubuk buah kopi (BBK), Hypothenemus hampei (Coleoptera, Scolytidae) berwarna
hitam kecoklatan, panjang yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm.
Telur diletakkan dalam buah kopi yang bijinya mulai mengeras, umur stadium
telur 5 – 9 hari. Lama stadium larva 10 – 26 hari, prapupa 2 hari dan stadium
pupa 4 – 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai dewasa 25 – 35 hari. Lama
hidup serangga betina rata‐rata 156 hari dan serangga jantan maksimum 103 hari.
Gejala: Serangga BBK masuk ke
dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada
buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan
biji kopi cacat berlubang‐lubang dan bermutu rendah.
Pengendalian: Pengendalian secara
kultur teknis: Memutus daur hidup BBK, meliputi tindakan : Petik bubuk, yaitu
mengawali panen dengan memetik semua buak masak yang terserang bubuk 15 –30
hari menjelang panen besar.
Lelesan, yaitu pemungutan
buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang maupun buah tidak
terserang, selanjutnya buah juga direndam dalam air panas. Racutan / rampasan,
yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen. Semua
buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam air panas 5 menit. Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai bagi perkembangan BBK.
buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam air panas 5 menit. Pengaturan naungan untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai bagi perkembangan BBK.
Pengendalian secara
biologi: Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanoderis dan jamur patogen
(Beauveria bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg biakan
padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen. Penggunaan tanaman
yang masak serentak : Varietas USDA 230731 dan USDA 230762.
·
Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)
ü
Menyerang/menggerek
cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi.
ü
Daun
menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering.
ü
Pengendalian
sama seperti pada hama bubuk buah.
b. Penyakit
·
Penyakit Karat Daun
ü
Penyebab
adalah sejenis Cendawan.
ü
Tanda
serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan
di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda
kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya
tanaman akan mati.
ü
Pengendalian
secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan sepertio S
333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan
dosis 2 gr/liter air.
·
Penyakit
Bercak Daun Cercospora
Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora
coffeicola B.et Cke. C.coffeicola mempunyai konidium berbentuk gada, ukurannya
ada yang pendek dan ada juga yang panjang. Konidia dibentuk pad permukaan
bercak, berbentuk seperti tepung berwarna abu‐abu.
Gejala: Serangan dapat terjadi pada daun maupun
pada buah. Pada daun yang sakit timbul bercak, mula‐mula
berwarna kuning tapi bercak dikelilingi halo berwarna kuning. Pada buah yang
terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih banyak
menerima cahaya matahari. Pembusukan pada bagian yang berbecak dapat sampai ke
biji sehingga dapat menurunkan kualitas.
Pengendalian: Secara kultur teknis, dengan memberi
naungan yang cukup, pemupukan berimbang dan pengurangan kelembaban kebun
melalui pemangkasan dan pengendalian gulma. Secara kimiawi, melalui
penyemprotan dengan Bavistin 50 WP 0,2%, Cupravit OB 21 0,35%, Dithane M 45 80
WP 0,2%, Delsene MX 200 0,2% formulasi.
·
Penyakit
Jamur Upas
Penyakit jamur upas disebabkan oleh
jamur Corticium salmonicolor B.et Br. C.salmonicolor mempunyai basidium yang
tersusun parallel pada stadium kortisium. Basidium berbentuk gada pada ujungnya
terbentuk empat sterigmata yang mendukung basidiospora.
Gejala: Cabang atau ranting yang terserang
layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang yang di bawah, tengah maupun
di ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang. Stadium sarang laba‐laba,
berupa lapisan hifa tipis, berbentuk seperti jala berwarna putih perak. Stadium
bongkol berupa gambaran hifa berwarna putih biasanya dibentuk pada lentisel
atau pada celah‐celah. Stadium kortisium berupa
lapisan kerak berwarna merah jambu, terdiri atas lapisan himenium, biasanya
dibentuk pad sisi bawah cabang atau sisi cabang yang agak ternaung. Stadium nekator
berupa bintil‐bintil kecil berwarna orange kemerahan
merupakan sporodokhia jamur upas. Stadium nekator terdapat pad cabang yang
tidak terlindung.
Pengendalian: Batang atau cabang sakit yang
ukurannya masih kecil (diameter < 1 cm) dipotong 10 cm di bawah pangkal di
bagian yang sakit. Potongan‐potongan batang dan cabang yang sakit
dikumpulkan kemudian dibakar. Batang atau cabang sakit yang ukurannya sudah
cukup besar, apabila serangannya masih awal, bagian yang sakit cukup diolesi
dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz 0,4% formulasi. Apabila
serangannya sudah lanjut, batang atau cabang yang sakit dipotong, sisa cabang
atau batang yang dipotong dan cabang‐cabang di
sekitarnya diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz.
2.9 Perkembangan produksi kopi di indonesia
Ada mulanya orang memanfaatkan sari dari daun muda
dan buah segar sebagai bahan minuman yang diseduh dengan air panas. Kegemaran
minum kopi cepat meluas ke seluruh dunia setelah ditemukan cara-cara penggunaan
dan pengolahan yang lebih sempurna, yaitu dengan menggunakan kopi yang sudah
masak, terlebih dahulu dikeringkan dan kemudian bijinya disangrai lalu
dijadikan bubuk sebagai bahan minuman.
Bagi
Bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu mata dagangan yang mempunyai arti
yang cukup tinggi. Pada tahun 1981 menghasilkan devisa sebesar $347.8 juta dari
ekspor kopi sebesar 210.8 ribu ton. Nilai ini terus meningkat dari tahun ke
tahun. Tercatat Pada tahun 1988 sudah mampu menghasilkan devisa sebesar $ 818.4
juta dan menduduki peringkat pertama diantara komoditi ekspor sub sector
perkebunan.
Komoditas
kopi merupakan ekspor Indonesia non migas yang memberikan kontribusi dalam
peningkatan devisa Negara. Pada tahun 2007, ekspor non migas meningkat sebesar
15,5 persen, dengan kontribusi sektor pertanian sebesar 4,3 persen, sector
manufaktur sebesar 82,6 persen, dan sektor pertambangan sebesar 13,1 persen.
Ekspor pertanian dan pertambangan tumbuh sebesar 17,0 persen dan 7,8 persen.
Tabel 1.1
Data Jumlah Produksi Kopi, Jumlah
Ekspor Kopi dan Nilai Devisa Kopi di Indonesia Pada Tahun 2000 – 2008
Periode
|
Tahun
|
Jumlah Produksi
Kopi di Indonesia (dalam ribuan ton)
|
Jumlah Ekspor Kopi
di Indonesia (dalam ribuan ton)
|
Nilai Devisa Kopi
(dalam Jutaan US$)
|
1
|
2000
|
613,5
|
345,8
|
339,9
|
2
|
2001
|
589,6
|
254,8
|
203,5
|
3
|
2002
|
681
|
322,5
|
248,8
|
4
|
2003
|
674,4
|
320,8
|
250,9
|
5
|
2004
|
647,4
|
338,8
|
281,6
|
6
|
2005
|
640,4
|
442,7
|
497,8
|
7
|
2006
|
682,2
|
411,5
|
583,2
|
8
|
2007
|
686,8
|
332,7
|
500
|
9
|
2008
|
679,1
|
325
|
500
|
Jumlah
|
5894,4
|
3094,6
|
3405,7
|
Sumber : BPS (2008)
Perkebunan
kopi memberikan kontribusi dalam peningkatan ekspor pertanian di Indonesia.
Ekspor kopi Arabika Gayo sebelumnya mengalami penurunan akibat dari konflik
yang berkepanjangan, namun setelah perdamaian Agustus 2005 mengalami
peningkatan dan mendapatkan nilai jual lebih atas keadaan social di Aceh pasca
tsunami dan konflik.
Keunggulan
bersaing suatu produk dapat dilihat dari segi harga yang bersaing dipasaran
internasional untuk nilai ekspor, hal ini dapat kita lihat dari hasil data
harga dan jumlah yang diekspor dari organisasi kopi internasional Internasional
Cofee Organization (ICO). Daya saing kopi Arabika Gayo masih tidak maksimal
disebabkan adanya image bahwa Indonesia belum mampu memproduksi olahan sesuai
permintaan pasar internasional, serta ketatnya persaingan pasar produk kopi
olahan dengan sertifikasi atas kemurnian dan standarisasi kualitas ekspor.
Keunggulan
bersaing suatu produk juga dilihat dari merek yang sudah dikenal dan menjadi
daya tarik tersendiri. Kopi arabika dari Aceh telah dijual dengan nama Gayo Mountain
Coffee yang memiliki perasa (flavor) kaya (rich), komplek,
kemasannya bagus, lembut dan bodinya tinggi. Beberapa kalangan bahkan menilai
kopi Aceh memiliki body tertinggi didunia. Penggunaan kata Gayo pada
label produk kopi, yang akan diekspor ke Belanda. Ini memiliki arti penting
dalam bidang pemasaran karena dapat menaikkan harga. Apabila kata Gayo itu
dihilangkan dari label, menurutnya, konsumen tidak akan mengetahui lagi asal
barang itu, sehingga harganya sangat murah. Belanda telah mendaftarkan kopi
Gayo sebagai merek dagang untuk produk kopi. Artinya, secara hukum merek kopi
Gayo memang dilindungi oleh undang-undang setempat. Kopi Gayo diketahui didaftarkan
oleh pengusaha Belanda sebagai merek dagang di Belanda, sehingga eksportir kopi
dari Daerah Gayo, Nanggroe Aceh Darussalam, tidak bisa mengekspor komoditas itu
dengan menggunakan merek Gayo. Brand atau merek suatu produk merupakan
kekuatan dan juga akan menjadi tantangan. Perdagangan kopi Arabika Gayo dapat
bersaing meskipun ditolak di Belanda untuk dapat diperdagangkan karena
pemakaian kode etik brand yang telah dilakukan lebih dulu telah
terdaftar di Belanda.
Data
perkebunan kopi dari Ditjen Perkebunan 2006 menyebutkan luas areal seluas
1.308.732 hektare 96 Persen diantaranya milik perkebunan rakyat sisanya 4,10
persen diusahakan dalam bentuk perkebunana besar, dengan volume ekspor sebesar
413.500 ton, dengan total produksi sebesar 743.409 ton. Tingkat produktivitas
rata-rata ini sebesar 792 kg biji kering pertahun, tingkat produktivitas
tanaman kopi di Indonesia cukup rendah bila dibandingkan dengan Negara produsen
uatma kopi di dunia lainnya, seperti Vietnam (1.540 kh/hectare/tahun). (Kominfo
Newsroom-Bhr/id/b).
Pada
tabel berikut menunjukkan bahwa jumlah komoditi kopi dan ekspor pertahun (ton)
dari setiap provinsi di Indonesia dalam menunjang ekspor di Indonesia.
Tabel
1.2 Produksi dan Ekspor rata-rata per tahun
No
|
Province
|
Average
Production per Year (ton)
|
Average Export
per Year (ton)
|
|
1.
|
Aceh
|
40.000
|
4.500
|
|
2.
|
Nort Sumatera
|
25.000
|
40.000
|
|
3.
|
West Sumatera
|
10.000
|
3.500
|
|
4.
|
Bengkulu
|
40.000
|
1.500
|
|
5.
|
South Sumatera
|
100.000
|
40.000
|
|
6.
|
Lampung
|
90.000
|
200.000
|
|
7.
|
Jakarta
|
-
|
1.500
|
|
8.
|
Middle Java
|
13000
|
9.000
|
|
9.
|
East Java
|
15.000
|
20.000
|
|
10.
|
Bali
|
15.000
|
500
|
|
11.
|
N T T
|
10.000
|
2.500
|
|
12.
|
South Sulawesi
|
10.000
|
2.500
|
|
Volume / Type
|
Average 305.000
ton/year
|
|||
- Green Coffee
|
97,6%
|
|||
- Roast & Ground (R&G)
|
1,4%
|
|||
- Soluble Coffe
|
0,8%
|
|||
- Roasted Coffee
|
0,2%
|
|||
Domestic Market
|
: 120.000 –
140.000 ton/year
|
|||
Stock
|
: 15.000- 30.000
ton/year
|
|||
Sumber data
: http://indonesiacoffeebean.com/
Kopi
Arabika memiliki nilai jual lebih baik diluar negeri dibandingkan dalam negeri.
Perdagangan kopi di tingkat local dipengaruhi oleh permintaan atas konsumsi.
Harga jual kopi Arabika dan Robusta di pasaran local tidak ada perbedaan harga
yang berarti. Begitu juga dengan konsumsi kopi di Indonesia lebih dominan pada
konsumsi kopi Robusta dibandingkan Arabika. Pemasaran kopi Arabika Gayo lebih
diperuntukkan pada perdagangan ekspor untuk mendapatkan nilai jual yang lebih
baik. Persaingan dalam perdagangan local, nasional dan internasional merupakan
dasar mengapa diperlukan keunggulan bersaing untuk dapat bertahan maupun
meningkatkan harga diatas rata-rata.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman kopi merupakan
komoditi ekspor yang cukup mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di
pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas
unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat. Namun disamping itu dalam budidaya
tanaman kopi terdapat kendala dalam hama penyakit yang dapat menyerang diantaranya
hama bubuk buah kopi, hama penggerek cabang, kutu dompolan, nematoda akar,
penyakit karat daun, penyakit jamur upas, penyakit akar hitam, penyakit bercak
coklat dan lain-lain.
3.2 Saran
Sebaiknya perbanyak sumber
dan bahan materi di sekitar kampus sebagai fasilitas bagi mahasiswa supaya
memungkinkan mahasiswa lebih mudah dalam mencari resensi di kampusnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anaf, 2012. Cendawan
Fusarium sp. (online) http://anafzhu.blogspot.com/ 2012/
09/cendawan-fusarium-sp.html. Diakses 24 September 2012.
Anonim, 2012. Statistik
Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008. Dinas perkebunan Provinsi
Sulawesi Selatan. Makassar.
Anonim, 2012. Laporan
Serangan OPT Penting Tanaman Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Perkebunan
Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.
Barnett, H.L. and H.B.
Barry B., 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Third Edition. Burgess
Publishing Company. Minneapolis Minnesota.
Ferreira, S. A. and
Rebecca A. B., 1991. Colletotrichum coffeanum (online),
(http://wwww.google.com/colletotricum coffeanum.htm. diakses 20 September
2012).
Nababan, B. M. 2012,
Hama Busuk Buah Serang Kopi Di Humbahas (online)
(http://nababan.wordpress.com/2010/10/22/hama-busuk-buah-serang-kopi-dihumbahas/
diakses 20 September 2012).
Soertoningsih, Yulianto
dan Tryni.S.K. 1989. Pengaruh suhu dan fungisida terhadap pertumbuhan jamur
Fusarium sp pada media biji-bijian. Pertemuan Tahunan V. Perhimpunan Entomology
Indonesia Cabang Ujung Pandang.
dan Fitopatologi Indonesia Komisariat Sulawesi Selatan.
Vega, E. Fernando E., G. Mercadier and
P.F. Dowd, 1999. Fungi Assosiated with the Coffee Berry Borer Hypothenemus
hampei (Ferrari) (Coleoptera: Scolitidae). Proceeding of the 18 th
International Scientific Colloquium on Coffee. Helsinki. Assosiation
Scientifique Internationale du Cafe (ASIC). Pp. 229-238.
Wiryadiputra, 2007, Pengendalian Hama
Pengerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Ferr) dengan Komponen Utama Pada
Penggunaan Perangkap Brocarp Trap. Pusat penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Jember. Jawa Timur. P-2-9
Bagian-bagian
kerja penjelasan
- Sub 2.1 dan 2.2
adalah icha
- Sub 2.3 jumardi 2.9
- Sub 2.4 dan 2.5 sofyah
- Sub 2.6 astuti
latif
- sub2.7 dan 2.8 hilman
Nb: tolong dikuasai materinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar