I. EKOLOGI
KEHIDUPAN
1.1.
Kondisi Geografis
Di Desa Pattotongan,
Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros. Luas wilayah desa ini adalah ± 11,47 km2.
Keadaan topografi wilayah pada umumnya datar dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut. Secara
administratif Kabupaten Maros ini terletak pada 4045’-50°07’LS,
dan 109°205’ - 129°BJ. Kecamatan Mandai terdiri dari 2 kelurahan dan 3 desa,
yaitu Kelurahan Bontoa yang luasnya 4,38 km2, dan Kelurahan
Hasanuddin yang luasnya 4,16 km2. Serta Desa Banto Matene yang luasnya
12,69 km2, Kecamatan Mandai berbatasan dengan Maros baru disebelah
utara, Kecamatan Tanralili di sebelah timur, kabupaten Gowa disebelah selatan
dan Kota Makassar di sebelah Barat. Jarak dari Ibu kota Mandai ke Kota Makassar
sekitar ± 30 km2, jarak ke kabupaten
pangkep 48 km, jarak kabupaten Gowa 44 km, dan jarak ke kabupaten Bone 14 km.
Secara
Administratif Desa Pattotongan terbagi atas 4 dusun yaitu dusun Pattotongan,
dusun Mangento, dusun Maelo dan dusun Salu. Desa Pattotongan berbatasan dengan wilayah:
§
Sebelah Utara berbatasan dengan
Desa Tenrigangkae;
§
Sebelah Timur berbatasan dengan dusun purnakarya
§
Sebelah Selatan berbatasan dengan
Desa Bontomarannu; dan
§
Sebelah Barat berbatasan dengan
Desa Baji Mangai.
Desa Pattotongan telah terbentuk sejak
beberapa tahun silam. Adapun sejarah terbentuknya Desa Pattotongan secara
administratif merupakan desa hasil pemekaran dari Desa Tenrigangkae, yang
terbentuk pada tahun 1985, sekitar 27 tahun yang lalu.
Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai,
Kabupaten Maros sudah tiga kali mengalami pergantian kepala desa yang dipilih
oleh kepala pusat Nama-nama kepala desa yang telah menjabat diantaranya
§
Kepala Desa pertama bernama Bapak
H. A. Abdul Razak
§
Kepala Desa kedua bernama Bapak
Made Saputra
§
Kepala Desa yang ketiga bernama
Bapak Jafar
Pada tahun 1985 sejak adanya Desa
Pattotongan ini, kepala desa di setiap desa telah ada, namun belum mempunyai
pola dan struktur tertentu. Masa jabatan tahun tersebut belum terlalu formal
sehingga tidak terbentuk struktur organisasi yang jelas. Sekitar tahun 1996
barulah ada pemilihan kepala desa yang bersifat formal, yaitu:
1.
Bapak H. A. Abdul Razak
Bapak H. A. Abdul Razak merupakan kepala Desa
yang pertama kali memimpin Desa Pattotongan dengan masa jabatannya selama dua
periode pemerintahan.
2.
Bapak Made Saputra
Setelah masa kepemimpinan Bapak H. A. Abdul
Razak berakhir, maka kepemimpinan Desa Pattotongan dialihkan kepada Bapak Made
Saputra. Dalam kepemimpinannya, Desa Pattotongan mulai mengalami peningkatan.
Selain itu, Bapak Made Saputra memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat
setempat. Masa kepemimpinannya berlangsung selama dua periode, yaitu dari tahun
2004–2012.
3.
Bapak Jafar
Setelah masa kepemimpinan Bapak Made Saputra
berakhir, beliau digantikan oleh Bapak Jafar. Bapak Jafar merupakan Kepala Desa
yang baru saja dilantik pada bulan Oktober 2012. Bapak Jafar menjabat dari tahun 2012-2016.
Penduduk di Desa Pattotongan ini cenderung berasal dari suku Bugis-Makassar dan
bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Bugis dan Makassar. Suku Bugis
berada di didusun Bangunpolea, dan suku Makassar berada di dusun Pattotongan.
Akan tetapi mereka juga mampu menggunakan Bahasa Indonesia.
1.2.
Pola Penggunaan Lahan
Lahan adalah ruang di permukaan bumi dapat sebagai sumberdaya yang
dapat dieksploitasi, dimana dalam pemanfaatannya hendaknya dilakukan secara
benar dengan mempertimbangkan kelestariannya. Penggunaan lahan di bidang
pertanian dapat berupa tegalan, sawah, perkebunan, padang rumput, hutan
produksi, hutan lindung dan alang-alan ( Anonim A, 2012)
Kepemilikan lahan oleh masyarakat di Desa Pattotongan, Kecamatan
Mandai, Kabupaten Maros umumnya diperoleh secara turun temurun dari orang tua
ataupun keluarga mereka. Namun, ada juga yang memiliki lahan karena pembelian
dan perkawinan (warisan). Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono (2007), bahwa usaha pemilikan
tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mendapatkan bantuan/hadiah,
warisan, perkawinan dan pembelian. Untuk mendapatkan pemilikan itu diadakan usaha
pemupukan modal dan menabung, dengan menabung terus menerus akan menambah modal
yang digunakan untuk pemilikan tanah.
Setiap petani memiliki kondisi lahan
yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tanah atau lahan sendiri untuk digarapnya
sendiri pula. Ada pula yang memiliki lahan sendiri akan tetapi dalam
penggarapannya dia mempercayakan orang lain yang melakukannya dengan sistem
bagi hasil. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan faktor utama
dalam usaha tani, hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan memanfaatkan tanah
sebagai media tumbuh maupun tempat
tinggalnya (Soekartawi, 2007).
tinggalnya (Soekartawi, 2007).
Tabel 1. Pola
Penggunaan Lahan di Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai,
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2012.
No.
|
Penggunaan Lahan
|
Luas (Ha)
|
1.
|
Persawahan
|
275
|
2.
|
Perkebunan
|
14,9
|
3.
|
Tambak
|
2,95
|
4.
|
Ladang
|
158,2
|
5.
|
Hutan rakyat
|
193,4
|
6.
|
Pemukiman
|
28,9
|
7.
|
Industri
|
2,7
|
8.
|
Lainnya
|
470,95
|
Jumlah
|
1.147
|
Sumber: Data Sekunder, 2012
Berdasarkan tabel 1 diatas Secara
umum pola penggunaan lahan masyarakat di Desa Pattotongan digunakan sebagai
lahan persawahan untuk memperoleh pendapatan dan sebagai sumber bahan pangan
sehari-hari. Selain itu penggunaan
lahannya digunakan sebagai lahan perkebunan dan pemukiman. Sebagian besar lahan
yang digunakan yaitu sebagai lahan pertanian dana sebagian lagi yaitu lahan
permukimanan, lahan lahan yang berada pada desa pantontongan oleh penduduk
sekitar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, kebun, dan rumah jika dilihat
dari segi lahan maka yang paling luas yaitu lahan pertanian dibandingkan lahan
permukiman.
Kondisi sawah milik penduduk pun cukup subur
dan dan produktif. Hal tersebut sangat membantu masyarakat dalam memperoleh
penghasilan, sebab lahan merupakan semberdaya yang dapat dikelola sedemikian
rupa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sitorus (2007) bahwa sumberdaya lahan merupakan sumberdaya
alam yang sangat penting
untuk
kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia,
seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk
transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi
alamnya untuk tujuan ilmiah.
1.3
Keadaan Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang
terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain
secara terus menerus atau kontinu (Irma, 2009). Keadaan dan kondisi penduduk di
Desa Pantontongan bermacam – macam, tergantung jenis kelamin, mata pencaharian,
pendidikannya dan sarana prasarana yang tersedia Jumlah penduduk yang mengalami peningkatan merupakan sumber daya
manusia dapat memberikan peningkatan jumlah produktifitas pertanian dengan
menfaatkan atau mengalokasikan sumber daya alam yang ada atau yang
dimiliki.Penduduk yang melakukakan kegiatan berproduksi dianggap juga sebagai
tenaga kerja atau pekerja, dimana tenaga kerja merupakan salah satu faktor
pendukung dalam meningkatkan hasil produksi, apalagi penduduk tersebut memiliki
tingkat keterampilan yang tinggi. Maka dari itu, peningkatan penduduk sangat
berpengaruh pula pada kegiatan pembangunan yang ada. Untuk mengetahui keadaan
penduduk pada suatu wilayah maka dapat dilihat dari tingkat jenis kelamin,
tingkat mata pencaharian, serta tingkat usia (Rhuder, 2008).
Mayoritas
penduduk di Desa Pattotongan merupakan penduduk asli Bugis-Makassar. Komposisi
warga komunitas dilihat dari mata pencaharian dominan bekerja sebagai petani.
Petani merupakan pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Desa
Pattotongan karena profesi tersebut merupakan keturunan dari generasi
sebelumnya.
Sebagian
besar masyarakat Desa Pattotongan menggunakan bahasa Bugis-Makassar yang dapat
dilihat dari dusun Pattotongan mayoritas berbahasa Makassar, sedangkan di dusun
Bangunpolea bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat dominannya adalah
bahasa Bugis. Tapi ada juga yang mencampur adukkan kedua bahasa ini.
Bentuk
dan model rumah dari masyarakat Desa Pattotongan sebagian besar telah tersentuh
oleh teknologi. Hal ini terbukti dengan sudah banyaknya rumah yang berbahan
dasar batu atau disebut sebagai rumah permanen. Perabotan rumah tangga,
pakaian, dan sistem komunikasi pun juga telah berkembang mengikuti perubahan
zaman. Menurut sekretaris desa, masuknya teknologi baru sudah ada sejak beberapa
tahun belakangan dan meningkat hingga 35%.
Berdasarkan data sekunder,
penduduk Desa Pattotongan Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros dapat di
kelompokkan menurut jenis kelamin, mata pencaharian dan tingkat pendidikan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut:
1.3.1. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin
dapat diartikan sebagai keadaan penduduk dalam suatu daerah atau wilayah yang
menyatakan jumlah penduduk tersebut berdasarkan jenis kelamin yang dimilikinya.
Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang
terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu (Anonim B, 2012).
terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu (Anonim B, 2012).
Berdasarkan data
sekunder, penduduk Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros dapat
dikelompokkan menurut jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
tabel 2,
berikut:
Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Pattotongan,
Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2012.
NO
|
Jenis kelamin
|
Jumlah (Jiwa)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Laki-laki
|
985
|
50,38 %
|
2.
|
Perempuan
|
970
|
49,62 %
|
Jumlah
|
1955
|
100 %
|
Sumber: Data Sekunder, 2012
Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan
bahwa jumlah total penduduk Desa Pattotongan adalah sebesar 1955 jiwa, yang
terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 985
jiwa (50,38 %) dan jumlah penduduk perempuan sebesar 970 jiwa (49,62 %).
Jumlah penduduk laki-laki
Desa Pattotongan masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk
perempuan. Ini dapat menjadi potensi
bagi desa Pattotongan ini, utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja. Namun
yang merupakan hal biasa di masyarakat bahwa tenaga kerja laki-laki adalah
lebih besar penilaiannya dibanding tenaga kerja perempuan. Hal ini dijelaskan
oleh (Soekartawi
2007) yang
menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis
kelamin apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
kelamin apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
1.3.2.
Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian atau pekerjaan
merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa pekerjaan seorang
manusia akan mengalami kesulitan dalam hidup (Anonim C, 2012).
Penilaian
tentang penduduk suatu daerah atau wilayah dapat dilakukan dengan menganalisis
data penduduk dari segi mata pencaharian. Menurut (Nazarwin 2007) dinyatakan bahwa mata pencaharian merupakan objek
dari individu, kelompok ataupun masyarakat dalam rangka mencari pendapatan
untuk pemenuhan biaya kebutuhannya. Berdasarkan pernyataan ini, maka
disimpulkan bahwa mata pencaharian yang beragam akan menunjukkan bahwa individu
dalam suatu kelompok masyarakat adalah beragam.
Berdasarkan data
sekunder jumlah penduduk Desa Pattotongan dapat dikelompokkan berdasarkan mata
pencaharian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3, berikut:
Tabel 3. Jumlah penduduk
berdasarkan mata pencaharian di Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, Sulawesi Selatan, 2012.
No
|
Mata Pencaharian
|
Jumlah Penduduk (Jiwa)
|
Persentase
(%)
|
1
|
Petani
|
696
|
48
|
2
|
Peternak
|
444
|
30,6
|
3
|
PNS
|
4
|
0,3
|
4
|
Wiraswasta
|
158
|
10,9
|
5
|
Buruh bangunan
|
26
|
1,8
|
6
|
Pedagang
|
122
|
8,4
|
Jumlah
|
1.450
|
100
|
Sumber
: Data Sekunder,2012.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian menunjukkan bahwa
penduduk di Desa Pattontongan yang bekerja sebagai petani sebanyak 696 jiwa
(48%), peternak sebanyak 444 jiwa (30,6%), PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebanyak
4 jiwa (0,3%), wiraswasta sebanyak 158 jiwa (10,9%), buruh bangunan sebanyak 26
jiwa (1,8%) dan pedagang sebanyak 122 jiwa (8,4%). Mata pencaharian di Desa Pattontongan, Kecamatan Mandai,
Kabupaten Maros lebih dominan seorang petani dari pada pegawai negeri sipil (PNS). hal ini sesuai dengan pendapat Sobana
(2005) yang menyatakan bahwa umumnya penduduk di desa memiliki mata pencaharian
sebagai petani di mana di pedesaan memiliki lahan yang luas dan cocok untuk
pertanian.
Pada
table 3 diatas bahwa perkerjaan paling tinggi yaitu perkerjaan sebagai petani
dimana perkerjaan penduduk atau warga pantontongan sebagian besar yaitu petani.
Ada petani pemilik, petani penggarap, dan petani sewa. Faktor yang menyebabkan
banyaknya presentase perkerjaan sebagai petani yaitu dikarenakan turun menurun
oleh orang tua yang diwariskan dan faktor pendididkan juga mempengaruhi hal
tersebut. Hal ini Sesuai dengan pendapat
Nainjolan (2005), bahwa sumber perekonomian
(mata pencaharian) dapat menentukan
tingkat dari kemakmuran serta taraf hidup suatu masyarakat dan juga dapat
menentukan kedudukan/status dari penduduk itu sendiri.
1.3.3. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat (Anonim D, 2012).
Tingkat pendidikan menentukan pola pikir serta sikap seseorang dalam
menyikapi perubahan-perubahan serta fakta sosial yang terjadi di dalam suatu
tatanan masyarakat. Kemampuan untuk menelaah dan menganalisa masalah juga dapat
dihasilkan dari seberapa jauh tingkat pendidikan yang mereka ditempuh.
Untuk lebih jelasnya
mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai,
Kabupaten Maros dapat dilihat pada tabel 4, berikut:
Tabel 4. Penduduk Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Desa
Pattontongan, Kecamatan
Mandai,
Kabupaten Maros,
2012.
Tingkat Pendidikan
|
Frekuensi
|
Persen
|
Pra
Sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
|
402
236
104
78
6
|
48,7
28,6
12,6
9,4
0,7
|
Jumlah
|
826
|
100,0
|
Sumber : Data Sekunder, 2012.
Berdasarkan tabel 4 di atas, memperlihatkan
bahwa kesadaran masyarakat di Desa Patontongan akan pentingnya pendidikan masih
rendah. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya penduduk pra sekolah dengan
jumlah penduduk terbanyak yaitu 402 (48,7%) orang. Sedangkan untuk tingkat SD
sampai Perguruan Tinggi masing-masing sebanyak 236 (38,6%) orang untuk tingkat
SD, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 104 (12,6%) orang, Sekolah Menengah
Atas (SMA) sebanyak 78 (9,4%) orang, dan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 6
(0,7%) orang.
Tingkat pendidikan yang diperoleh penduduk di Desa
Pattontongan beragam pada jenjangnya masing-masing. Berdasarkan tingkat atau jenjang
pendidikan yang telah ditamatkan penduduk dapat dikelompokkan dalam tingkat SD,
SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Pengelompokkan ini dapat digunakan untuk
menentukan besarnya tingkat pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh seseorang memberi pengaruh besar terhadap kehidupannya. Tingkat
pendidikan yang dimiliki oleh petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pengelolaan usahataninya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutejo
(2010) bahwa tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan dalam menyerap dan
menerima informasi. Masyarakat yang memiliki pendidikan lebih tinggi pada
umumnya memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga lebih mudah dalam
menyerap dan menerima informasi serta berperan serta secara aktif dalam
mengatasi masalah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2007) bahwa pendidikan seseorang pada
umumnya mempengaruhi cara berpikir dan bertindak orang tersebut. Pendidikan
dapat membuat seseorang bisa menjaga cara mereka bekerja dan sikap mereka.
Maka, untuk petani sendiri,
penddidikan juga mempengaruhi cara berfikir petani, pendidikan yang
relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Pendidikan
yang diperoleh petani melalui pendidikan yang formal dan non formal. Bisa dari
sekolah maupun dari ajaran orang lain atau pengalaman yang telah didapatkan.
1.4 Keadaan
Sarana dan Prasarana
Sarana adalah fasilitas
penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya meliputi sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan,
olahraga, dan lain-lain. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya
meliputi jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, drainase, persampahan, dan
air kotor (Patong, 2006).
Lancarnya perekonomian
suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah sarana dan prasarana yang terdapat
pada daerah tersebut, baik sarana bangunan maupun sarana perhubungan. Jika
suatu daerah mempunyai sarana yang memadai
serta ditunjang oleh sumber daya alam yang cukup, maka kegiatan pertanian atau
perekonomian pada daerah tersebut berjalan lancar. Sarana perhubungan dan
komunikasi dapat membantu mempercepat
informasi segala macam yang berhubungan dengan pertanian. Tersedianya sarana
dan prasarana pendidikan dan keagamaan hal yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat yang
berpendidikan
disertai dengan ketekunan dalam menjalankan ibadah merupakan syarat utama dalam
pembangunan nasional. Sarana di bidang kesehatan sangat diperlukan dalam
mengelola usahatani agar dapat berjalan lancar.
1.4.1 Sarana
Pendidikan
Pendidikan
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam hidup. Dengan adanya
pendidikan, seseorang dapat lebih terpelajar dan memiliki cukup pengetahuan
tentang segala sesuatu di sekitarnya. Sarana pendidikan sendiri dapat berupa
sekolah (formal) seperti TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi (Hidayat, 2007).
Pendidikan
berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan individu. Pendidikan bertalian dengan transmisi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek lainnya terhadap
interaksi sosial. Hampir segala sesuatu yang kita alami
merupakan hasil hubungan kita di rumah, sekolah, tempat pekerjaan, dan
sebagainya sehingga diperlukan sarana pendidikan (Nasution, 2010).
Berdasarkan data sekunder, penduduk Desa Pattontongan,
Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros berdasarkan jumlah sarana pendidikan yang
tersedia ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 5. Jumlah Sarana
Pendidikan Yang Tersedia di Desa Pattontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012.
No.
|
Jenis Sarana
|
Jumlah (Buah)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Gedung
TK
|
1
|
50
|
2.
|
Gedung
SD
|
1
|
50
|
3.
|
Gedung
SLTP
|
-
|
-
|
4.
|
Gedung
SMU
|
-
|
-
|
5.
|
Gedung
TPA
|
-
|
-
|
Jumlah
|
2
|
100
|
Sumber:
Data Sekunder, 2012
Berdasarakan
tabel 5 jumlah sarana
pendidikan yang tersedia didesa pantontongan
menunjukkan bahwa sarana pendidikan
khususnya untuk bangunan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) di Desa Pattontongan tidak ada tetapi hanya menggunakan rumah bagi orang yang
bersukarela.Bangunan Taman Kanak-Kanak (TK) sebayak 1 unit bangunan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 unit,
sedangkan SLTP dan SMU tidak ada.
Rendahnya tingkat pendidikan penduduk di desa pantontongan disebabkan tidak
tersedianya sarana pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Hal ini sejalan
dengan pendapat Sutejo (2010) bahwa
wilayah pedalaman sangat kurang menyediakan sarana pendidikan yang diharapkan
mampu menopang pendidikan masyarakat.
Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) bahwa tingkat
pendidikan seseorang bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari segi
finansial, ekonomi, psikologis dan kemauan dari orang tersebut untuk
mendapatkan suatu pendidikan. Tak jarang orang yang mempunyai biaya dan
kemampuan ekonomi yang cukup, tak memiliki pendidikan yang tinggi.
1.4.2 Sarana Peribadatan
Sarana
peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang
perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai
peraturan yang ditetapkan juga
sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan Tempat-tempat ibadah
merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk
berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah (Mahyuliansyah,
2009).
Berdasarkan data sekunder,
penduduk Desa Pattontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros berdasarkan
jumlah sarana peribadatan yang tersedia ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 6. Jumlah
Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Desa Pattontongan,
Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, 2012.
No.
|
Tempat Ibadah
|
Jumlah (Buah)
|
1.
|
Mesjid
|
4
|
2.
|
Gereja
|
-
|
3.
|
Wihara
|
-
|
4.
|
Pura
|
-
|
Jumlah
|
4
|
Sumber: Data Sekunder, 2012
Berdasarkan tabel
6 di atas
menunjukkan bahwa fasilitas tempat ibadah di Desa Pattontongan masih sangat
minim. Jumlah mesjid yang terdapat di desa tersebut sebanyak 4 buah sedangkan untuk
gereja, wihara, dan pura tidak terdapat di
Desa Pattontongan. Ini dapat membuktikan bahwa rata-rata
penduduk di Desa Pattontongan beragama Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat (Connie 2011) bahwa
mesjid merupakan tempat ibadah yang diperuntukkan kepada umat muslim. Sarana
peribadatan merupakan tempat yang penting bagi umat beragama. Masjid adalah
tempat peribadatan umat muslim sedangkan geraja adalah tempat peribadatan umat
katolik. pendapat Bagoes
(2008) bahwa jumlah sarana atau tempat ibadah dalam suatu tempat atau daerah
tidak dapat menentukan banyak atau tidaknya penduduk yang memeluk suatu agama
tersebut. Hal ini bisa saja dipengaruhi kurangnya perhatian pemerintah
setempat, tentang pengadaan sarana ibadah yang lebih untuk setiap agama yang
terdapat dalam suatu masyarakat.
II. KONDISI
UMUM RUMAH TANGGA
2.1 Identitas Petani Responden
Kegiatan usahatani dijalankan
oleh para petani yang mempunyai peranan penting dalam mengolah dan memeliharan
pertumbuhan tanaman. Petani adalah seseorang yang
bergerak di bidang bisnis pertanian
utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk
menumbuhkan dan memelihara tanaman
(seperti padi, bunga, buah dan lain lain),
dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan
sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Setiap petani memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Dalam menganalisis petani hendaknya kita harus
mengatahui identitas dan latar belakang petani tersebut. Dengan adanya identitas
makan akan meudahkan dalam menganalisis petani tersebut yang dijalankannya
(Anonim E, 2012).
Petani
adalah suatu kegiatan budidaya tanaman dan hewan yang melibatkan manusia untuk
meningkatkan suatu produksi mulai dariinput sampai output atau mulai dari pengolahan
sampai produksi (Anonim F,2012)
Pak basir adalah seorang petani yang
telah lama tinggal di Desa Pattotongang. Mata pencaharian pak Basir juga berpusat di Desa
Pattotongang sendiri.
Untuk
lebih jelasnya, kita bisa melihat identitas Ipak Basir di tabel di bawah ini:
Tabel 7. Identitas Petani Responden di Desa
Pattotongang, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, Sulawesi Selatan, 2012.
Responden
|
Umur (thn)
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Jml Tanggungan Keluarga (orang)
|
Pendapatan perpanen
(Rp)
|
||
Utama
|
Sampingan
|
Utama
|
Sampingan
|
||||
Bapak basir
|
59
|
SD
|
Petani
|
ternak
|
6
|
8.233.255
|
3.000.000
|
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012.
Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa
identitas dari responden bernama Bapak Basir yang memiliki umur 59 tahun. Tingkat pendidikan
yakni sampai pada tingkat SD.
Pekerjaan utama Bapak Basir
yaitu sebagai petani sedangkan beliau memiliki pekerjaan sampingan yang dapat
menunjang pendapatannya. Pendapatan Bapak
Basir dalam sekali panen yaitu Rp. 8.233.255 dengan jumlah tanggungan
keluarga sebanyak 6 orang (3
orang anak, 1 orang istri dan dirinya sendiri).
Penghasilan utama yang dihasilkan selama 1
produksi sebesar Rp. 8.233.255 yang didapatkan dari bekerja
sebagai petani, dengan gaji Rp. 675.000,- perbulannya. Sedangkan pendapatan sampingan sebagai memelihara
ternak yaitu sekitar Rp. 3.000.000 dalam satu kali menjual sapi beliau namun
tidak tentu dalam penjualan hasil ternaknya dikarenakan dalam satu tahun sapi
dapat melahirkan hanya satu anak saja. Jadi pendapatan pak basir dalam satu
tahun dapat dikatakan bisa mencapai Rp. 8.233.255 namun pendatan
beliau yang mencapai tersebut belum termasuk biaya pengeluaran beliau dalam
mengelola lahanya. Penggunaan lahan pak basir sangat baik dan kesuburan tanah
pak basir sangat subur oleh karena itu tingkat pendapatn pak basir digolongkan
cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010)
bahwa pekerjaan atau mata pencaharian suatu konsumen dapat mempengaruhi
penghasilan, kemampuan beli dan kemampuan untuk mengkonsumsi suatu produk.
2.2 Umur
Umur atau yang biasa disebut usia adalah
satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu makhluk atau benda, baik dalam
keadaan hidup maupun mati Umur sangat berpangaruh dalam aktifitas dan pekerjaan
seseorang, begitu juga dalam melakukan aktifitas tani, umumnya umur
mempengaruhi kekuatan fisik dan pola pikir seseorang. Pada umumnya petani yang
berusia lebih muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingakan
petani yang telah berusia lanjut dan tua (Anonim G,
2012).
Umur
akan sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktifitas sehari–hari, serta
berhubungan dengan ketahanan fisik tubuhnya, pengalaman dalam bekerja dan
pengalaman dalam berfikir. Pada umumnya seseorang yang berusia muda dan sehat
mempunyai sketahanan
fisik
yang lebih besar
dan kuat jika dibandingkan
dengan seseorang yang usianya
sudah tua, tetapi jika dilihat dari segi pengalaman yang lebih tua mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan hal ini berpengaruh terhadap pola pikir (Patong, 2006).
sudah tua, tetapi jika dilihat dari segi pengalaman yang lebih tua mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan hal ini berpengaruh terhadap pola pikir (Patong, 2006).
Berdasarkan
table 7 diperoleh hasil Bapak Basir berumur 59 tahun, umur tersebut
masih termasuk golongan umur yang tergolong produktif, karena itu semangat
hidup yang tinggi beliau ditambah kesehatan beliau yang alhamdulillah masih
bisa bekerja sampai sekarang beliau tetap bertani untuk mendapatkan rezeki yang
diberikan oleh Tuhan. Beliau masih mau memberikan penghidupan bagi anak-anak
dan sebagai bentuk pengabdian kepada keluarganya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Patong (2006) bahwa umur sangat berpengaruh tehadap kegiatan
usahatani, utamanya dalam hal kemampuan fisik dan pola pikir. Pada umumnya
petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat serta pola
pikir yang lebih terbuka sehingga lebih muda dalam menerima inovasi dan
teknologi maju dibanding petani yang berumur tua. Hal ini tejadi karena petani
yang masih muda berani menanggung resiko, selain itu juga tidak terlepas dari
jiwa muda yang memiliki semangat dan motivasi tinggi untuk maju dan berkembang
2.3
Pendidikan
Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, keprobadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat (Anonim H, 2012).
spiritual keagamaan, pengendalian diri, keprobadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat (Anonim H, 2012).
Petani yang berpendidikan, umumnya lebih mudah menerima inovasi
dibanding dengan petani yang tidak berpendidikan walaupun ini tidak mutlak
terjadi pada setiap petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006),
bahwa petani yang berpendidikan, lebih cepat mengerti dan dapat memahami
penggunaan teknologi baru. Dengan demikian penerapan konsep dalam mengelola
usahataninya lebih baik dan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu penanggulangan masalah-masalah yang timbul dalam usahatani lebih muda dikendalikan. Tingkat
pendidikan juga sangat berpengaruh dalam penentuan dan pengambilan keputusan
yang tepat untuk pengembangan usaha taninya.Bapak
Basir mulai menginjak bangku sekolah saat berumur 8 tahun di tingkat Sekolah. Beliau hanya sekolah sampai sekolah rakyat atau
sedrajat dengan sekolah dasar.
Tingkat pendidikan petani dapat
mempengaruhi pola pikir petani dalam penerapan ide-ide baru yang didapat.
Petani yang berpendidikan, umumnya lebih mudah menerima inovasi dibanding
dengan petani yang tidak berpendidikan walaupun ini tidak mutlak terjadi pada
setiap petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006), bahwa petani
yang berpendidikan, lebih cepat mengerti dan dapat memahami penggunaan
teknologi baru. Dengan demikian penerapan konsep dalam mengelola usahataninya
lebih baik dan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu penanggulangan masalah-masalah yang timbul dalam usahatani lebih muda dikendalikan.
Berdasarkan data dari table
7 identitas petani responden di desa pantontongan meskipun pendidikan Pak Basir sebatas SD
namun pengalaman yang dimilikinya tidak serendah pendidikannya. Pengalaman yang
dimiliki Pak
Basir diperoleh dari bapak Pak Basir yang juga berprofesi sebagai petani. Tentu saja
pengalaman yang diperoleh Pak Basir sangat membantu
dalam kegiatan usaha taninya. Sesuai dengan pendapat Patong (2006) bahwa pendidikan dan pengalaman pada umumnya akan
mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan petani yang relatif tinggi
menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan
adanya pendidikan yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan
petugas penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani
akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh para penyuluh.
Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah yaitu pendidikan formal, non
formal dan informal. Pendidikan formal dapat diperoleh melalui bangku sekolah,
informal melalui kursus-kursus dan nonformal melalui pengalaman-pengalaman dari
masyarakat.
2.4 Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu tindakan atau kegiatan
yang dilakukan oleh manusia yang tujuan utamanya untuk memperoleh penghasilan
dan juga untuk mencari pengalaman pekerjaan (Anonim
I, 2012)
Pekerjaan
pada intinya adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi, ada sebagian orang berpendapat bahwa orang
bekerja bukan semata-mata hanya untuk memperoleh penghasilan tetapi untuk
mencari pengalaman dari pekerjaannya tersebut. Sebagian orang juga berpendapat
bahwa bekerja adalah segala-galanya untuk memenuhi kebutuhan hidup (Patong,
2006).
Berdasarkan data dari tabel 7
identitas petani responden diperoleh hasil yaitu perkerjaan pak basir yaitu
sebagai petani pemilik yang mengelolah lahanya sendiri, dimana lahanya seluas 1
Ha dan perkerjaan sampingan pak basir yaitu sebagai perternak sapi, sapi yang
dimiliki pak basir sebanyak 3 ekor. Beliau sambil mengolah lahan persawahan
beliau juga mengurusu sapinya mencarikan makan berupa rumput-rumputan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) yang mengatakan bahwa dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, maka perlu ditingkatkan usaha–usaha
dan pemanfaatkan sumber daya yang telah dimiliki.
2.5
Jumlah Tanggungan Keluarga
Keluarga adalah
sekelompok orang yang mendiami suatu atau seluruh bangunan yang kemudian
tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau bisa juga diartikan
sebagai seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus
keperluan hidupnya sendiri (Anonim J,
2012).
Data
pada tabel 7 identitas petani responden Bapak Basir sangat
bahagia dengan pekerjaannya sebagai petani. Pak Basir sangat menekuni
pekerjaannya tersebut. Hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha taninya tidak
mengecewakan meskipun tidak sebanyak dengan penghasilan yang diperoleh petani
yang mempunyai luas lahan yang lebih. pekerjan tersebut dan menjadikannya
sebagai pekerjaan pelengkap dalam kehidupannya.
Kepala keluarga
adalah orang yang bertanggung jawab atas segala kejadian dalam rumah tangganya
serta berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan sehari-hari dari semua anggota
keluarga yang menjadi tanggungannya. Keluarga merupakan semua orang yang
tinggal dalam satu rumah tangga atau berada di luar rumah tetapi menjadi
tanggungan keluarga. Pada dasarnya tanggungan keluarga dapat mempengaruhi besar
kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga petani dapat membantu kelancaran
usahataninya terutama dalam hal penggunaan tenaga kerja (Anonim K,2012)
Banyaknya anggota keluarga
dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini
disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan
makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga
yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan
kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak (patong, 2006)
Petani responden saya yakni Bapak Basir harus memenuhi kebutuhan keluarganya yang berjumlah 6 orang, dimana
diantaranya adalah 3 orang anak beliau
dan 1 orang istri. Tanggungan
keluarga dapat mempengaruhi proses pengelolaan usahataninya, dalam hal ini
mengenai pendapatan petani. Semakin besar jumlah tanggungannya maka semakin
besar pula pengaruhnya terhadap pendapatan petani. Hal ini sejalan dengan
pendapat Soekartawi (2005),
jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi responden dalam mengolah
usahataninya, yaitu selain karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya juga karena anggota keluarga tersebut dapat membantu dalam
mengambil keputusan dan dalam mengelola usahataninya berupa bantuan kerja.
Pendapatan yang
diperoleh dari Pak Basir dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
yang relatif sedikit yaitu berjumlah 6 orang. Banyaknya anggota keluarga dapat
mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan
makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak
pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup
banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan
kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak. Sejalan dengan hal
tersebut Mubyarto (2006), bahwa besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga akan
menentukan perilaku petani dalam usahataninya.
Makin besar jumlah tanggungan keluarganya maka makin dinamis pula dalam
usahataninya, karena ia terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya.
Tanggungan keluarga ini sangatlah berpengaruh pada kondisi atau kegiatan
keseharian petani. Kondisi dimana petani harus bertanggung jawab langsung pada
kesejahteraan orang-orang yang tinggal dengannya. Pemenuhan kebutuhan baik
sandang, pangan maupun papan sangatlah harus diperhatikan. Seorang kepala
keluarga dalam hal ini responden sangat memahami maksud dimana keluarga yang
tinggal dengannya harus dipenuhi kebutuhannya.
2.6
Pendapatan
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang
dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut
menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama
satu periode. Dengan kata lain,
pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal
periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan
hanya yang dikonsumsi (Rustam, 2006).
Data pada tabel 7
identitas petani responden didesa pantontongan diperoleh hasil dalam sekali produksi bapak basir memperoleh hasil berupah gabah 55
karung dan beliau menjual hasilnya hanya sebagian saja dan sebagianya di
konsumsi sendiri dari 55 karung beliau menjual 30 karung sedangkan harga gabah
senilai Rp 3.600. beliau menjual hasilnya berupa bentuk gabah. Jadi pendapatan
bapak basir dalam satu kali produksi mencapai 10.000.000 rupiah namun
pendapatan itu masih pendapatan kotor, kira kira pendapatan bersih pak basir
dalam satu kali produksi bisa mencapai Rp. 8.233.255. Hal
ini sesuai dengan pendapat Dahlan (2008) bahwa tinggi rendahnya suatu
pendapatan seseorang sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup orang
tersebut.
2.
7 Karakteristik Sumber Daya
Sumber
daya adalah adalah suatu istilah yang mencakup semua energi, keterampilan,
bakat dan pengetahuan yang digunakan oleh manusia secara potensial, yang harus
dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermnafaat (Hanafie,
2010). Di bawah ini adalah data karakteristik sumber daya rumah tangga yang
dimiliki responden yang dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 8: Sumber Daya rumah tangga di desa
pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, 2012
No
|
Nama
Responden
|
Sumber
Daya Rumah Tangga
|
lain-lain
|
||
Kendaraan
(unit)
|
Peralatan
Rumah Tangga
|
Peralatan
elektronik/ teknologi
|
|||
1
|
Bpk Basir
|
3
motor
|
1.tempat tidur (4)
2.lemari (3)
3 kursi ( 2 set)
4 meja, (4 unit)
5. kompor gas (1)
|
1.TV,
2. Radio,
3.kipas angin, 4.kulkas, 5.Handphone
|
Sawah
(1
ha dan kebun 50 m2)
|
Sumber : Data primer, 2012
Dari
tabel 8 sumber daya yang dimiliki
oleh Bapak Basir adalah kendaraan sepeda
motor 3 unit yang dipergunakan
sebagai alat transportasi sehari-hari, motor yang pertama adalah motor anaknya yang digunakan ketika akan
pergi dan pulang dari tempat kerjanya. Peralatan elektronik yang dimiliki oleh Bapak Basir berupa radio, televisi,
kipas angin dan handphone. Sedangkan perabot rumah tangga berupa lemari, kursi,
meja, tempat tidur, kompor gas dan peralatan masak lainnya. Dengan peralatan
yang dimiliki oleh Pak Basir,
beliau termasuk memiliki kehidupan yang sederhana. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafie (2010) yang mengatakan bahwa dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup manusia, maka perlu ditingkatkan usaha – usaha dan pemanfaatkan
sumber daya yang telah dimiliki.
III. RIWAYAT HIDUP RESPONDEN
3.1 Masa Dalam Asuhan Keluarga Pendidik
Saya
bernama basir saya adalah anak dari pasangan H. Mile dan Hj Mani. Saya
merupakan anak pertama dari empat orang bersaudara. Saya lahir pada 1957 tanggal
dan bulan tidak diingat, Kecamatan mandai, Kabupaten Maros. H. Mile yang
merupakan ayah Saya memiliki latar pendidikan hanya sampai hingga jenjang SD. Saya
dapat menyelesaikan pendidikan hanya sampai jenjang SD karena kondisi ekonomi
yang tergolong di bawah rata-rata pada saat itu. Namun, pendidikan yang rendah
tidak berarti bahwa saya tidak dianggap oleh orang lain. Sebaliknya, yang
dialami oleh saya, meskipun saya hanya sampai pada jenjang SD, namun saya masih
dapat bergaul dengan anggota masyarakat lainnya. Semasa SD Saya turut membantu
ayah untuk bertani. Karena pengalaman turut membantu sang ayah, akhirnya Saya
juga menjadi seorang petani hingga dia dipersatukan pada satu rumah tangga oleh
istrinya Daeng Gannu.
Hj,
Mani adalah ibu Saya. Saya adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anaknya.
Sama seperti suaminya, H.Mile hanya menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang
SD. Sebenarnya Hj. Mani dapat menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang SMA,
namun ketika ibu berumur 10 tahun, orang tuanya meninggal dunia dan tidak ada
satu pun yang mereka tinggalkan.
Saya
selama dalam asuhan ayah dan ibunya menerima beberapa pelajaran. Ayah dan ibu
sering mengajarkan untuk bersikap baik kepada semua orang. Kita harus sopan
ketika berbicara dengan orang lain dan ramah ketika menyapa maupun disapa. Saya
tumbuh menjadi anak yang baik dan cerdas. Pola asuhan ayah dan ibu Saya diterapkan
baik-baik dalam kehidupannya hingga dia tumbuh menjadi dewasa.
3.2 Masa Pendidikan di Luar Rumah
Saya
mulai masuk sekolah pada umur 8 tahun, yaitu pada tahun 1865. Saya bersekolah
di SR (sekolah rakyat) , Kecamatan Mandai. Saya merupakan salah satu murid yang
pintar. Dinamika yang terjadi dalam pergaulan Saya cukup menarik. Teman-teman saya
merasa iri terhadap saya. Kejadian yang pernah menimpa Saya, ketika hendak
pulang dari sekolah menuju ke rumah ada sekumpulan teman-teman yang membenci Saya
menunggu di depan sekolah. Mereka menunggu dengan rasa benci. Mereka sangat
ingin melampiaskan amarahnya kepada saya Ketika Saya keluar dari gerbang
sekolah, sekumpulan anak-anak nakal menghampiri Saya. Aksi dorong pun terjadi.
Mereka mendorong dengan sekuat tenaga sehingga membuat Saya terjatuh dan merasa
kesakitan. Sebenarnya Saya adalah anak yang tidak suka akan perkelahian. Namun,
di keadaan mendesak seperti ini saya berdiri dengan tegapnya dan melawan
teman-temannya. Hasilnya aksi pukul memukul terjadi, tetapi sayangnya, jumlah
mereka yang memukul tidak sebanding dengan tenaga Saya yang hanya seorang diri.
Saya tidak hanya memiliki teman yang nakal dan benci terhadapnya namun juga
memiliki teman yang baik. Teman baikn saya bernama anto. Anto adalah sosok
teman yang menghargai orang lain. Kami merupakan teman akrab terlebih lagi kami
duduk pada bangku yang berdekatan. Berbeda halnya dengan sekumpulan anak nakal itu.
Hal ini yang membuat anto menyukai Saya dan mengaguminya. Begitu pula dengan Saya
yang sangat bersyukur mempunyai teman seperti anto karena ia juga tergolong
anak yang baik dan sering membantu Saya jika kesusahan.
Setelah
saya lulus dari sekolah rakyat, saya tidak melanjutkan pendidikan ke bangku SMP
dikarenakan keluarga saya tidak mempuunyai biaya atau kurang mampu sehingga saya
tidak melanjutkan pendidikan. Namun saya tidak tinggal diam dirumah karena saya tidak sekolah, saya memebantu ayah
mengelolah usaha taninya seperti mencanggkul, namun saya belun mengetahui benar
bagaiman cara mencangkul yang benar, tetapi ayah saya tidak memarahi karna saya
belum tau cara mencangkul dengan benar. Tetapi ayah saya mengajari saya cara
mencangkul yang benar dari situ saya mulai tahu bagaimana cara memegang cangkul
dan menggunakan alat tersebut.
3.3 Masa Pengalaman Cari Nafkah
Saya
adalah anak yang tidak begitu saja tinggal di rumah. Ketika ayah kesawah biasanya saya turut membantu di
sawah untuk bertani. Saya biasanya membantu untuk mencangkul, meskipun cara
mencangkul saya tidak sehebat sang ayah. Saya sangat menikmati pekerjaan
tersebut karena dengan begitu saya dapat lebih mendekatkan diri dengan ayah
saya. Sepulang dari sekolah saya menyempatkan diri untuk membantu ayah saya disawah
meskipun saya sambil bermain disawah saya mempunyai sifat saling membantu namun
itu kewajiban seorang anak untuk membantuh orang tuanya.
Di
masa sekarang, saya telah menjadi seorang petani yang sesungguhnya. Saya telah
berkeluarga dan memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap keluarga saya. Selain
bertani, saya juga berdagang. Barang yang saya dijual adalah hasil dari
kegiatan bertaninya sendiri yaitu sawi. Berdagang juga saya anggap sebagai
pekerjaan maupun aktivitas yang memperoleh banyak keuntungan. Selain
mendapatkan uang dari hasil penjualan, saya juga mendapatkan banyak kenalan.
Orang yang saya maksud adalah pembeli. Dengan banyaknya kenalan dari pembeli
maka hal itu akan membuat dagangan saya semakin laris.
Di
antara seluruh pekerjaan yang Saya pernah alami seperti buruh bangunan maupun gembala
ternak hingga kini menjadi petani sekaligus pedagang, Saya sangat menggemari
pekerjaan sebagai petani sekaligus pedagang. Karena dengan hasil yang saya
dapatkan, saya tabung hingga saya dapat membangun sebuah rumah meskipun sangat
sederhana. Rumah inilah yang saya gunakan sebagai tempat tinggalnya. Saya
tinggal bersama keluarga kecilnya yaitu istri, anak, dan pamannya.
3.4 Masa Pembentukan Keluarga Prokreasi
Saya
memulai kehidupan barunya ketika menginjak umur 20 tahun. Saya menikah dengan
gadis yang bernama daeng Gannu. Daeng Gannu merupakan gadis yang ramah dan
sopan serta santun dalam berbicara. Hal tersebut yang membuat orang-orang jatuh
hati kepadanya. Namun berbeda halnya dengan Saya, saya tidak jatuh hati
kepadanya, bahkan sama sekali belum bertemu dengannya.
Di
awal-awal pernikahan Saya dengan daeng Gannu, mereka tinggal di rumah orang tua
daeng Gannu di Desa Pantontongan. Mereka tinggal dengan alasan bahwa mereka
belum dapat hidup secara mandiri. Apalagi daeng Gannu merupakan anak yang
dimanja oleh orang tuanya. Untung saja mertua dari bapak sayatidak merasa
direpotkan dengan tinggalnya anak beserta menantunya. Justru mereka merasa
senang karena tidak terpisah oleh anaknya. Mereka memperlakukan Saya seperti
anak mereka sendiri, tidak peduli meskipun Saya menantunya. Mereka melayani
menantunya dengan sepenuh hati. Mereka tidak pernah menganggap remeh menantunya
karena masih tinggal bersama mereka. Sebaliknya, saya merasa tidak nyaman jika
tinggal terus-menerus bersama mertua. Hal ini yang membuat saya lebih giat
untuk bekerja agar dapat memiliki rumah sendiri.
Pekerjaan
Saya tidak sia-sia, setelah bekerja secara tekun akhirnya saya dapat memiliki
rumah sendiri. Tepat tiga tahun lamanya saya tinggal bersama mertua, kini saya
dapat membawa dg Gannu istrinya ke rumah barunya. Tentu saja Dg Gannu merasa
senang karena telah memiliki rumah baru dan dapat mengatur rumah tangganya
sendiri tanpa campur tangan dari orang tuanya. Selain itu, Dg Gannu juga merasa
terharu karena akhirnya dengan kesungguhan dan kerja keras dari Saya mereka
dapat memiliki hunian baru meskipun itu sangat sederhana. Adapun suka duka yang
mereka hadapi adalah ketika Saya mencari nafkah dan Dg Gannu selalu mendoakan
agar hasil yang didapatkan oleh suaminya menjadi berkah.
3.5 Masa Proyeksi Masa Depan
Harapan
dan cita-cita saya dan istri tentu saja tidak terhenti sampai pada saat kami
memiliki sebuah rumah, tetapi harapan dan cita-cita itu masih ada. Saya masih
sangat ingin untuk memiliki rumah yang lebih besar lagi. Seperti halnya dengan
manusia biasa yang tidak pernah merasa puas, begitupun dengan saya. Rasa tidak
puas itu dijadikan sebagai motivasi untuk tetap giat dalam bekerja agar dapat
mewujudkan cita-cita saya. Saya dan istrinya memiliki harapan yang besar
terhadap anaknya.
Namun
keinginan saya yang paling ingin saya wujudkan yaitu membantu anak saya untuk
mendirikan rumahnya karna anaknya kedua dan ketiganya masih tinggal bersama saya
dikarenakan mereka belum mempunyai modal untuk membuat rumah mereka jadi saya
wajib atau harus membantunya agar cita-cita mereka bisa terwujud dan bahagia
telah memiliki rumah pribadinya sendiri.
IV. KONDISI PEKERJAAN
4.1
Kondisi Penguasaan Sumber Daya Usahatani
Lahan dapat diartikan sebagai land settlemen yaitu suatu tempat atau
daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka dapat
menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan
mengembangkan hidupnya. Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa setiap makhluk
hidup itu pasti membutuhkan lahan untuk tumbuh dan berkembang, berbagai
aktifitas manusia di dalam ruang bumi ini tidak lepas dari fungsi yang berbeda-beda
(Bintarto, 2008).
Inovasi pembangunan
pertanian dan pedesaan perlumem pertimbangkan sumberdaya dan
kebutuhan pengguna. Salah satu dasar yang dijadikan pertimbangan adalah potensi
sumberdaya alam dan manusia. Sumberdaya pertanian yang dimiliki para petani
tidak lain adalah faktor – faktor produksi atau masukan dalam suatu proses
produksi (Prasetyo, 2005).
Keadaan
usaha tani dipengaruhi oleh status lahan. Status lahan dapat diklasifikasikan
menjadi lahan milik, lahan sakap dan
lahan sewa.Di pandang dari sudut efisiensi, semakin luas
lahan yang digunakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan
luasnya. Selain
itu, lokasi lahan usahatani menetukan kelancaran pemasaran. Lokasi yang jauh dari sarana dan prasarana transportasi dapat memperburuk usahatani tersebut dari aspek ekonomi (Suratiyah, 2008).
itu, lokasi lahan usahatani menetukan kelancaran pemasaran. Lokasi yang jauh dari sarana dan prasarana transportasi dapat memperburuk usahatani tersebut dari aspek ekonomi (Suratiyah, 2008).
Lahan yang saya diguanakan untuk melakukan usahatani oleh
saya yaitu lahan pribadi meliputi lahan persawahan yang luasnyasekitar 1 Ha. 1
Ha lahan ini digunakan untuk menanam tanaman padi dalam satu kali produksi lahan
yang luasnya 1 Ha ini akan menghasilkan gabah sebanyak 55 karung. Penggunaan lahan
ini cukup efektif dikarenakan lahan yang digunakan yaitu lahan yang subur Adapun
lahan tambahan berupa lahan yang digunakan untuk mendirikan rumah yaitu lahan
pribadi yang luasnya 50x15 itu digunakan untuk
membangun rumah dan diguanakan lagi untuk menanam tanaman sayur-sayuran di
perkarangan rumah.
4.1.1 Sumber Daya Lahan
Sumber daya lahan (land resources) merupakan
lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air danvegetasi serta benda
yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadappenggunaan lahan. Oleh
karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagaiekosistem karena adanya
hubungan yang dinamis antara organisme yang ada diatas lahan tersebut dengan
lingkungannya (Sitorus, 2007).
Sumber
daya lahan mencakup semua karakteristik dan proses-proses serta
fenomena-fenomena lahan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Salah satu tipe penggunaan
lahan
yang penting ialah penggunaan sumberdaya lahan dalam tipe-tipe pemanfaatan lahan (land utilization type) pertanian untuk mendapatkan hasil-hasil pertanian dan ternak (Soemarno, 2009).
yang penting ialah penggunaan sumberdaya lahan dalam tipe-tipe pemanfaatan lahan (land utilization type) pertanian untuk mendapatkan hasil-hasil pertanian dan ternak (Soemarno, 2009).
Lahan yang diguanakan untuk melakukan usahatani oleh saya
yaitu lahan pribadi meliputi lahan persawahan yang luasnyasekitar 1 Ha. 1 Ha lahan
ini digunakan untuk menanam tanaman padi dalam satu kali produksi lahan yang
luasnya 1 Ha ini akan menghasilkan gabah sebanyak 55 karung. Penggunaan lahan ini
cukup efektif dikarenakan lahan yang digunakan yaitu lahan yang subur
Kondisi penguasaan lahan
Saya berupa lahan untuk bangunan rumahnya
yang berukuran 50x17
m2 yang ditempati
sekarang. Sedangkan penguasaan lahan untuk pekerjaannya yang berukuran 1 Ha. Lahan ini adalah
lahan dari ayah saya yaitu warisan jadi saya akan menjaga pemberian orang tua saya.
Dari pemberian ayah saya ini saya dapat bertani dengan sungguh-sungguh untuk membahagiakan
keluarga saya dan melajutkan hidup yang sejahterah.
4.1.2 Sumber Daya Peralatan
Sumberdaya perlatan merupakan alat yang membantu dalam
menjalankan aktifitas manusia. Sumber daya peralatan dalam pertanian sendiri
merupakan penunjang dari
berjalannya usaha tani (Dahlan, 2008). Fungsi peralatan tersebut sangat membantu dalam proses
pertanian, seperti traktor untuk membajak sawah, cangkul, sabit maupun alat –
alat yang lainnya, yang digunakan petani untuk mengolah sawah
Peralatan merupakan
berbagai alat-alat yang biasa digunakan dalam membantu aktivitas manusia, yang
memiliki fungsi tertentu. Sumber daya peralatan dikatakan sebagai modal tetap
dalam kegiatan usahatani. Alat-alat tersebut misalnya traktor, cangkul, bajak,
dan lain-lain (Suratiyah,
2006).
Rumus untuk
menghitung nilai penyusutan alat yang dimiliki petani responden adalah :
Adapun sumber daya
peralatan yang dimiliki oleh petani responden dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel
9. Kondisi Proses Usahatani Petani Responden
Desa Pantontongan, Kecamatan mandai, Kabupaten maros, 2012
No.
|
Nama
Alat
|
Jumlah
(unit)
|
Nilai
Baru
(Rp)
|
Nilai
Lama (Rp)
|
Umur
Alat
(thn)
|
Nilai
Penyusutan Alat
(Rp)
|
1.
2.
3
|
Cangkul
Sabit
traktor
|
1
1
1
|
50.000
50.000
15.000.000
|
30.000
15.000
10.000.000
|
5
4
6
|
4.000
8.750
833.500
|
Jumlah
|
846.255
|
Sumber: Data Primer
Setelah Diolah, 2012.
Berdasarkan tabel 9 di atas Saya memiliki
beberapa sumber daya peralatan yang berguna bagi proses usahataninya. Jumlah
peralatan yang dimiliki oleh Basaya3
buah yang terdiri dari satu buah cangkul dengan nilai penyusutannilaipe alat sebesar Rp 4.000,-,
dan satu buah sabit dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 8.750,- sedangkan traktor degan harga 15.000.000 harga baru dan
nilai lama sebesar 10.000.000 jadi nilai penyusutan dari traktor sebesar Rp.
846.255 yang masing-masing memiliki umur alat atau
lamanya telah digunakan adalah lima tahun dan empat tahunenamtahun.Hal ini sejalan dengan
pendapat Budian (2006) bahwa suatu barang akan semakin berkurang nilainya jika
barang tersebut telah lama digunakan dan mempunyai umur yang lama.
4.1.3 Sumber Daya Manusia
(Tenaga Kerja)
Sumber
daya manusia dapat diartikan sebagai kemampuan fisik dan psikis manusia secara
potensial dan dapat digunakan untuk tujuan produktif. Sumber daya manusia
tercermin dari berap jumlah tenaga kerja yang ada dan merupakan aspek utama
dalam segala proses/kehidupan. Sumber daya manusia yang produktif adalah
penduduk yang emrupakan tenaga kerja dan golongan angkatan kerja yang tidak
menganggur (Hanafie, 2010).
Tenaga
kerja adalah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung
musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Tenaga
kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga khususnya tenaga kerja
petani beserta anggota keluarganya (Suratiyah, 2006).
Dalam kegiatan
usahatani yang pak imran jalankan, pak imran mengerjakan lahannya
sendiri sehingga tidak memerlukan bantuan. Tetapi saya terkadang meminta ketiga
anak untuk membantu memanen. Sehingga Saya tidak perlu mengeluarkan upah
terlalu besar untuk menggarap lahannya . Hasil panen dari itu saya bagi hasil dengan anak-anak saya
dari situlah kekompakan keluarga saya saling membantu.
4.1.4 Sumber Daya Finansial
Sumber daya finansial adalah
sumber daya yang berhubungan dengan pendanaan usahatani. Dalam hal ini,
aktivitas finansial menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan
jangka panjang. Pada dasarnya dalam proses usahatani yang dilakukan oleh petani
pada umumnya berkaitan juga dengan proses pengelolaan anggaran atau finansial
untuk mengetahui banyaknya dana yang telah digunakan atau hasil kerja berupa
upah yang akan diperoleh pada akhir produksi dan agar petani dapat mengetahui
dalam jangka waktu tertentu jumlah biaya dan rugi-laba yang dialami (Suratiyah,
2008).
c
Tabel 10. Kondisi
Proses Usahatani Petani Responden Desa Pantontongan,
Kecamatan mandai, Kabupaten maros, 2012
No.
|
Uraian
(1)
|
Jumlah Satuan
(2)
|
Harga
(Rp)
(3)
|
Jumlah
(2x3=4)
|
1.
2.
|
I. Penerimaan
Usahatani Padi
- Biaya
Variabel
1. Bibit Padi
2. Pupuk
-
Urea
- ZA
3. Peptisida
- Fungisida
- iseksida
Total
Biaya Variabel
|
30 karung
1 sak karung urea
3 karung
3karung
1 botol
1 botol
|
3300/kg gabah
100.000
85.000/karung
75.000/karung
85.000 /botol
75.000 /botol
|
10.000.000
100.000
255.000
225.000
85.000
75.000
828.000
|
3.
|
Biaya
Tetap
- Pajak
- NPA
Total
Biaya Tetap
|
1 Ha
|
100.000/Ha
|
100.000
842.255
942.255
|
4.
|
Total
Biaya Variabel
|
828.000
|
||
5.
|
Total
Biaya tetap
|
942.255
|
||
6.
|
Total
Penerimaan pokok
|
10.000.000
|
||
7
|
Total
Peneriamaan sampingan
|
3.000.000
|
||
8
|
Pendapatan
Bersih
|
10.000.000
–1.767.255= 8.233.255
|
Sumber: Data Primer Setelah
Diolah, 2012
Berdasarkan
tabel 10, dapat diketahui bahwa pengeluaran
Saya selama proses produksi pertanian dalam satu kali panen yaitu Rp.1.767.255 Dengan biaya yang
dikeluarkan terdiri dari biaya variabel sebesar Rp 828.000,- dan biaya tetap sebesar
Rp 942.255,-. Biaya variabel terdiri
dari bibit sebesar Rp 100.000,-,
Pupuk terdiri dari 3
bahan yaitu urea TSP
dan ZA. Untuk pupuk urea biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 85.000,-,TSP 85.000 dan pupuk ZA sebesar Rp 75.000,-. Sedangkan pendapatan sampingan sebagai memelihara ternak
yaitu sekitar Rp. 3.000.000 dalam satu kali menjual sapi saya namun tidak tentu
dalam penjualan hasil ternaknya dikarenakan dalam satu tahun sapi dapat melahirkan
hanya satu anak saja.
Penerimaan total yang
diterimah oleh saya dalam satu kali panen yaitu
sebesar Rp 10.000.000,-
yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.76360-. Jadi, pendapatan bersih
yang diperoleh Bapak Hamzah dari 1 kali panen padi yaitu sebesar Rp 8.239.360
4.2 Proses Produksi Usahatani
Produksi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana dapat dihasilkan satu barang yang
siap pakai atau dikonsumsi. Jadi kegiatan produksi adalah melaksanakan rencana
produksi yang telah dibuat dan merupakan kegiatan yang mempunyai masa yang
cukup lama serta terkait dengan bagaimana mengelola proses produksi (Suratiyah,
2008).
Suatu
proses produksi yang berlangsung di bidang pertanian, dipengaruhi oleh beberapa
faktor produksi diantaranya, yaitu: modal, lahan, tenaga kerja dan teknologi
yang digunakan dalam usaha taninya. Jadi besar kecilnya suatu lahan tentu akan
mempengaruhi proses produksi yang akan berlangsung
Usahatani
adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau
faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,
dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi
yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti,
2008).
Tabel 11.
Kondisi Proses Usahatani Petani Responden Desa Pantontongan,
Kecamatan mandai, Kabupaten maros, 2012.
Nama
Responden
|
Lahan
|
|||
Penguasaan
Lahan
|
Luas Lahan
|
Kondisi
Tanah
|
Jumlah
(unit)
|
|
Basaya
|
Pemilik
|
1 Ha
|
Subur
|
1
|
Sumber: Data Primer
Setelah Diolah, 2012.
Berdasarkan Tabel 11,
dapat kita lihat bahwa kondisi proses usahatani yang dilakukan oleh saya hanya berupa lahan
persawahan yang penguasaan lahannya merupakan milik pribadi dengan luas
sebesar 1 Ha dengan kondisi tanah subur. Meskipun
demikian hasil dari persawahan tersebut produktif dan membawa keuntungan.
Proses produksi yang dilakukan oleh Saya
untuk memproduksi hasil pertaniannya adalah mengolah terlebih dahulu tanah yang
akan dipakai untuk menanam. Jumlah luas area yang dimiliki Saya adalah sebesar 1 Ha. Setelah tanah diolah, bibit yang sebelumnya telah disemai selama 15 hari
kemudian dipindahkan ke lahan. Hal ini sesuai pendapat Hanafie (2010) bahwa suatu proses untuk menghasilkan produk
pertanian membutuhkan proses terlebih dahulu, dan membutuhkan tenaga kerja
untuk mengerjakan proses tersebut.
V. MAKNA KERJA
Kerja bagi setiap
individu memiliki makna yang berbeda-beda. Begitupun dengan petani yang
memandang dan member makna suatu pekerjaan tidaklah sama. Setiap orang
mempunyai pola pikir yang berbeda dalam memaknai suatu hal. Bekerja sebagai
sarana aktivitas manusia yang dapat menciptakan eksistensi dirinya dan memiliki
banyak tujuan yang ingin dicapai, tergantung dari orang yang bersangkutan (Ubaydillah, 2006).
Pekerjaan bagi petani bukan sekedar persoalan ekonomi.
Ada makna lain atas pekerjaan yang perlu ditelusuri, guna mempertanyakan sejauh
mana kehilangan pekerjaan sebagai petani membuat sangat “menyakitkan”. Salah
satu pemenuhan kebutuhan hidup ini adalah kerja selain dari pada itu manusia harus
berpikir dan belajar, Oleh karena
itu apapun usaha manusia sangat tergantung kepada pandangannya terhadap mengapa
Tuhan menciptakannya sebagai mahkluk yang paling mulia di mukabumiini (Ubaydillah, 2006).
Ketika seseorang memilih untuk bekerja, dengan suatu keputusan
yang matang atau pundi dorong oleh factor tertentu dari dalam dirinya sendiri maupun
lingkungannya, maka ia telah masuk kedalam hubungan sosial yang baru. Istilah buruh
ataupun pekerja tidak mungkin dipisahkan dari makna kerja itu sendiri (Ubaydillah,
2006).
Makna
kerja diartikan bagaimana perilaku seorang petani memaknai pekerjaan usahatani
yang mereka lakukan. Dalam hal ini, petani memaknai pekerjaannya, secara
instrumental, sosial, ekspresif dan instrinsik. Menurut Raharjo (2009), petani dalam berusahatani
dilandasi nilai-nilai yang dimiliki dan nilai-nilai tersebut akan mewarnai
tujuan usahataninya.
Makna
kerja yang paling mendominasi dalam kehidupan saya adalah makna instrumental dan
makna sosial. Sayajuga memaknai pekerjaannya sebagai makna
intrinsik dan makna
ekspresif.
1. Makna
Instrumental
Makna instrumental memandang usahatani sebagai alat untuk
memperoleh pendapatan dan keamanan dalam rangka pemenuhan jasmani yang
meliputi, mendapatkan pendapatan yang maksimal, mendapatkan pendapatan yang
memuaskan, mengamankan pendapatan untuk masa depan, memperluas usaha, dan
menciptakan kondisi kerja yang serasi.
saya
menjalani profesi sebagai petani dan seorang buruh bangunan dengan motivasi
utama adalah penghasilan yang dapat memenuhi segala keperluan dan kebutuhan
dirinya dan anggota keluarganya. Berkeja seagai alat untuk memperoleh
penghasilan. Waktu kerja yang dilakukan oleh saya tidak pernah menentu dalam kerjaannya
sebagai buruh bangunan. saya
melakukan usahatani sebanyak dua kali dalam setahun yang disesuaikan dengan
keadaan iklim dan cuaca..
2. Makna sosial
Makna kerja yang
berorientasi social memandang usahatani sebagai pekerjaan yang dapat memelihara
hubungan petani dengan sesame anggota masyarakat yang meliputi mendapatkan
pengakuan sebagai anggota masyarakat, meneruskan tradisi keluarga, dan
memelihara hubungan baik dengan pekerja.
Sementara, pada pemaknaan secara ekspresif, saya juga berusaha untuk
membangun harga diri dari pekerjaannya. saya
melakukan pekerjaannya untuk memperbaiki status social dalam masyarakat dan
memperluas hubungan-hubungan social masyarakat dan memperoleh penghargaan dari
masyarakat. Dari hasil-hasil yang diperolehnya berupa bahan pangan dan
barang-barang materil yang dibelinya seperti peralatan rumah, barang-barang
interior, dan lain-lain akan mengarah pada pandangan masyarakat sekitar
terhadapnya. Hal ini bertujuan agar dia tidak dipandang remeh.Profesi seseorang
menentukan tempatnya di masyarakat.
3. Makna Ekspresif
Makna ekspresif memandang usahatani sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, meliputi rasa bangga seorang petani dalam memiliki
pekerjaannya, mendapatkan kehormatan
untuk melakukan
pekerjaan yang
berharga, melakukan kegiatan dengan kemampuan bakat khusus, kesempatan
berkreasi melalui lahannya dan menemukan tantangan, serta pencapaian tujuan
dengan mengembangkan diri.
4. Makna Intrinsik
Makna instrinsik memandang usahatani sebagai suatu yang hakiki
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya, meliputi kesenangan akan tugas
pekerjaan, pilihan karena kesehatan, mendapatkan kebebasan baik dari pengawasan
maupun pengaturan waktu.
Pada pemaknaan intinsik, saya memandang pekerjaannya
sebagai suatu yang hakiki dalam kehidupannya. Kerja adalah suatu bentuk
panggilan dari Tuhan. Kerja adalah suatu pengabdian, apapun bentuknya, dan
semua itu layak mendapatkan penghormatan. saya
menyatakan bahwa kualitas manusia dilihat dari sejauh mana ia tekun dan unggul
di dalam pekerjaannya. Kerjadi nilainya sebagai suatu cara untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai untuk orang lain. Makna Bekerja itu sendiri pada
prinsipnya berkaitan dengan konsep seseorang mengenai hakekat pemahaman bekerja
sebagai aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
saya
memiliki pekerjaan pokok sebagai petani. Komoditi yang dia tanam adalah padi.
Dari hasil usahatani yang dia lakukan tidak diperjual-belikan, melainkan hanya
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga. Hal ini bertujuan agar
keluarga saya
tidak perlu lagi mengeluarkan biaya guna memenuhi kebutuhan konsumsi pangan.
Bekerja menurut saya
adalah melakukan segala aktivitas dengan tujuan menghasilkan uang guna memenuh
semua kebutuhan dalam menjalani kehidupan dan bertahan hidup.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, kebutuhan transportasi, kebutuhan hiburan,
dan lain-lain.Untuk terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut membutuhkan suatu
usaha dalam pencapaiannya. Usaha yang dilakukan oleh saya adalah dengan bekerja.
Berdasarkan pandangan
saya terhadap tujuan
pekerjaannya lebih mengarah pada makna instrumental. saya melakukan aktivitas kerja
dengan menggunakan energinya guna memperoleh pendapatan. Kerja tersebut
diusahakan untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal dan memberi rasa puas.
Selain itu, pendapatan tersebut dapat mengamankan kehidupannya dari pemenuhan
kehidupan ke depan.
Di dalam kerja ada
logika yang mengatur arus kerja tersebut. Kerja juga dilakukan oleh saya untuk menunjukkan eksitensi
dirinya. Dapat dikatakan bahwa manusia adalah mahluk yang bekerja dan kerja
adalah tanda dari kemanusiaannya. Seperti pada hakikatnya makhluk hidup berada
di bumi mengalami seleksi alam.
Selain itu,
sebagaimana manusia diciptakan oleh Tuhan di bumi untuk bertindak sebagai
khalifah. Alam semesta merupakan karya Tuhan dan di dalamnya manusia melakukan
berbagai kegiatan dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah. saya menganggap pekerjaannya
merupakan bentuk partisipasi untuk menjalankan tugas tersebut.
saya
sampai pada tingkat pemaknaan kerja seperti yang dijelaskan sebelumnya karena
dipengaruhi oleh keinginan pemenuhan kebutuhan fisik dan materil, kelompok
sosial, memperoleh harga diri, dan memperoleh kepuasan serta kebanggan
tersendiri. Selain itu, cita-cita dan tujuan kerja juga menjadi salah satu
faktor yang menentukan semangat kerja. saya
memiliki cita-cita naik haji bersama istrinya.
Sehingga,
saya termotivasi memperoleh
penghasilan yang banyak yang mana hasil jerih payahnya setiap harinya sealu
disisihkan guna ditabung. Ini membuatnya berusaha untuk mengumpulkan uang dan
berpikir kreatif mencari cara memperoleh uang dalam konteks melakukan pekerjaan
halal dan tidak melakukan penipuan pada pihak-pihak tertentu.
DAFTAR ISI
I.
EKOLOGI
KEHIDUPAN ............................................................ 1
1.1.
Kondisi Geografis ...................................................................... 1
1.2.
Pola Penggunaan Lahan .......................................................... 4
II.
Metode Praktek Lapang……………. ....................................... 5
2.1.
Waktu
dan tempat…………. ..................................................... 5
2.2.
Teknik
penentuan responden..................................................... 5
2.3.
Teknik
Pengambil Data ............................................................... 5
2.4.
Analisis
data ................................................................................ 6
III. Hasil
Dan Pembahasan……………… ...................................... 10
3.1.
Data
sekunder……………………………. .................................. 10
3.1.1 Kondisi geografis………………… ............................................. 10
3.1.2 Keadaan demografis……………….. ......................................... 11
3.2
Data
Primer…………………… .................................................. 17
3.2.1 Identitas petani Responden ..................................................... 17
3.2.2 Tingkat Umur………………………………………………………...18
3.2.3 Lama
Berusahatani….............................................................. 20
3.2.4 Tingkat
Pendidikan………....................................................... 21
3.2.5 Jumlah
Tanggungan Keluarga................................................. 22
3.2.6 Luas
Lahan………………........................................................ 24
3.2.7 Keadaan
Usahatani Responden.............................................. 25
3.2.8 Pola
Penggunaan Tenaga kerja uasahatani Padi................... 28
3.2.9 Farm
Income Analysis............................................................. 29
3.2.10 Farm Interprice Income Gross output…................................. 30
3.2.11 Fram Interprice Income Gross margin…................................. 31
3.2.12 Net Fram income……………………….…..................................31
3.2.13 Aspek Pemasaran………………………….................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Anonim A,
2012. Pengunaan lahan. http://id.wikipedia.org/wiki/
matapencaharian. Diakses pada tanggal 20 november 2012,
Makassar .
Anonim B, 20112.
Jenis
kelamin. http://id.wikipedia.org/wiki/Jeniskelamin. Diakses
pada tanggal 20 november 2012, Makassar.
Anonim C, 2012.
Mata pencarian. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan. Diakses
pada tanggal 20 november 2012, Makassar.
Anonim D, 2012.
pendidikan. http://id.wikipedia.org/wiki/ tempatperibadatan.
Diakses pada tanggal 20 november 2012, Makassar.
Anonim E, 2012.
Petani.
http://id.wikipedia.org/wiki/Petani. Diakses pada tanggal 20
november 2012, Makassar.
Anonim F, 2012. petani.
http://id.wikipedia.org/wiki/umur. Diakses pada tanggal 20
november 2012, Makassar.
Anonim G, 2012.
Umur.
http://id.wikipedia.org/wiki/pekerjaan. Diakses pada tanggal 21
november 2012, . Makassar.
Anonim H, 2012.
pendidikan.
http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga. Diakses pada tanggal 21
november 2012, Makassar.
Anonim I, 2012.
Pekerjaan. http://conlit.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 21 november 2012, . Makassar.
Anonim J, 2012.
Tanggungan keluarga .http://id.wikipedia.org/ wiki/Tenagakerja.
Diakses pada tanggal 21 november 2012, Makassar.
Anonim K, 2012.
keluarga. http://file.upi.edu/Direktori/
Pembangunan.pdf. Dikases pada tanggal 23
desember 2012, Makassar .
Bagoes, 2008. Sarana ibadah.
http://tempatcerita.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23
november 2012, Makassar.
Bintarto, 2008 Nilai
barang. http://budianlog. wordpress.com. Diakses pada tanggal 24
november 2012, Makassar.
Budian.2006 . Meraih Hidup Bermakna. Paramadina. Jakarta.
Connie
2011. Petani Desa dan Kemiskinan. Yogyakarta : BPFE.
Dahla.
2008. Pengantar Sosiologi Pertanian. Yogyakarta
: Universitas Gajah Mada Press.
Galih, 2009. Sarana prasarana. http://rosy46nelli.wordpress.com/tag/ sarana-prasarana.
Diakses pada tanggal 24 november 2012, Makassar.
Hanafie,
Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV. Andi.
Hernanto, 2001. Pendidikan. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Hidayat, 2007. Pendidikan masyarakat. CV
Pustaka Baca, Surabaya.
Irma, 2009. Penduduk. http://irma5.blogdetik.com/files/2009/10/
pkn11.pdf. Diakses pada tanggal 29 november 2010, . Makassar.
mahyuliansya.
2009 Gender dan Jenis Kelamin. http://pmiiliga.wordpress.com/2006/10/09/nikmatus-sholihah-gender-dan-jenis-kelamin/. Diakses pada 4 Desember 2010:Makassar.
Mubyarto
2006.
Memahami Kembali Makna keluarga. Warta
BAPEDA vol.11 no.2. Bandung.
Nazarwin.
2007. Tanah dan Pembangunan. Jakarta : Sinar Harapan.
Nainjolan. Pengantar
Ekonomi Pertanian. Jakarta : Penelitian Pendidikan dan Penerapan
Ekonomi Sosial.
Nasution.
2010. Interaksi sosial . Malang :
Bayu Media.
Patong,
Dahlan. 2006. Sendi-sendi Pokok Ilmu
Usaha Tani. Erlangga, Jakarta.
prasetyo. 2005. Petani
Desa dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.
soekartawati. 2006,
Tata Guna Tanah dalam Perencanaan
Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Edisi ketiga, ITB, Bandung.
Sobana. 2007. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta
: Yasaguna.
Sitorus, 2007. Penggunaan lahan. http://www.damandiri.or.id/file/
ronilaipbbab2.pdf.. Diakses pada tanggal 29 november 2010, Makassar.
Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Suratiya. 2008.
Sosiologi
Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta
Sutejo. 2010. Ilmu
Usahatani. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Suratiya, 2006. Pengantar
Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.
Soemarno. 2009. Prinsip-prinsip Utama Cara Menyelesaikan
Produksi Pertanian. Bayu Media. Malang.
Ubaydillah.
2006. Pengertian Kerja Cerdas. http://www.e-psikologi.com/
dalam www.google.com. Diakses pada 7 Desember 2011. Pukul 19.00 WITA.
Makassar.
Tikson, Deddy, 2005. Makna
pembangunan. http://profsyamsiah.wordpress.com/pengertian-pembangunan. diakses pada tanggal
4 desember 2010, Makassar.
Raharjo. 2009. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian.
UGM Press. Yogyakarta.
Rahim
dan hastati. 2008. Nilai-nilai
Utama Bugis Makassar. LEPHAS.
Makassar.
Rhuder, 2008. Pengantar, Teori,
dan Kasus Ekonomika Pertanian. Jakarta: penebar Swadaya.
Rustam,
2006. PENDAPATAN MENURUT STANDAR AKUNTANSI
KEUANGAN NO. 23. Medan: Universitas Sumatera Utara.
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Pola Penggunaan Lahan di Desa
Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, Sulawesi Selatan, 2012…………….................................................................. 5
2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin di Desa
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012 ..................................................................... 8
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata
Pencaharian di Desa
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012………………................................................ 10
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Desa
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012………………................................................ 12
5. Jumlah Sarana Pendidikan Yang Tersedia
di Desa
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012 ..................................................................... 15
6. Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia
di Desa
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012 ................................................................. 16
7. Identitas Petani Responden di Desa
Pantontongan,
Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, 2012.................................. 19
8. Sumber Daya Rumah Tangga Petani
Responden di Desa
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012…………………..………………...………………. 28
9. Sumber Daya Peralatan yang dimiliki
Petani Responden
di Desa Pantontongan,
Kecamatan Mandai,
Kabupaten
Maros, 2012……………….…………...……………………. 44
10. kondisi
proses usaha tani di Desa Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, 2012………………………… 47
11. kondisi
proses usaha tani di Desa Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012.................................... 49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar