I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Nelayan adalah suatu
kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik
dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Pemakaian kata desa nelayan telah
mengantarkan kepada pemahaman bahwa nelayan dapat dilihat sebagai masyarakat
yang mempunyai ciri-ciri sendiri dan bertempat tinggal di wilayah tepi pantai,
sehinngga dapat juga disebut sebagai masyarakat yang berdiam di desa pantai
perkampungan nelayan, yang menjadikan perikanan sebagai mata pencahariannya
yang terpenting. Mereka pada umumnya tinggal
di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi
kegiatan. Kehidupan nelayan sampai saat ini belum dapat dikatakan layak bahkan
jauh dari kata sejahtera. Jumlah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011
mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional
yang mencapai 31,02 juta orang. Jumlah 7,87 juta orang tersebut berasal dari
sekitar 10.600 desa nelayan miskin yang terdapat di kawasan pesisir di berbagai
daerah di tanah air.
Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang
81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 (berdasarkan konvensi PBB tahun
1982) yang memiliki potensi sumber daya hayati dan non hayati yang melimpah.
Hal ini yang menyebabkan potensi dari sumberdaya laut di Indonesia sangat besar yang di tunjang dengan
keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya
serta sebagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah
sekitar wilayah pesisir serta menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.
Kita dapat melihat indonesia
memiliki kekayaan alam yang melimpah diantaranya Laut Indonesia memiliki luas lebih
kurang 5,6 juta km2
dengan garis pantai sepanjang
81.000 km,
dengan potensi sumberdaya terutama perikanan laut yang cukup besar, baik segi
kuantitas maupun diversitasnya. Wilayah laut yang luas dari 2/3 dari seluruh
wilayah RI tersebut memegang peranan penting dalam bidang sosial ekonomi yang menguasai hajat
hidup orang banyak serta mengatur iklim dunia sekaligus
sebagai tempat berbagai aktivitas komersial
berlangsung. Keanekaragaman hayati terhadap sumberdaya perikanan haruslah dimanfaatkan secara optimal dan lestari sehingga dapat menjadi andalan pendapatan suatu daerah.
berlangsung. Keanekaragaman hayati terhadap sumberdaya perikanan haruslah dimanfaatkan secara optimal dan lestari sehingga dapat menjadi andalan pendapatan suatu daerah.
Oleh karena itu, pendapatan
masyarakat nelayan bergantung terhadap pemanfaatan potensi sumberdayaperikanan
yang terdapat di lautan. Potensi perikanan tersebut sangat beranekaragam,
dengan potensi perikanan sebesar 5,01 juta ton serta asumsi harga ikan hasil
tangkapan mencapai US.$. 3.052, maka nilai ekonomi yang dapat diperoleh dari
potensi perikanan Indonesia diperkirakan bernilai US.$. 15 Milyar. Sementara
itu pada tahun 1999 nilai yang berhasil dicapai baru sekitar US.$.9,97.milyar.
Pendapatan masyarakat nelayan secara langsung maupun tidak akan sangat
mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena pendapatan dari hasil berlayar
merupakan sumber pemasukan utama atau bahkan satu-satunya bagi mereka, sehingga
besar kecilnya pendapatan akan sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan
mereka, terutama terhadap kemampuan mereka dalam mengelola lingkungan tempat
hidup mereka.
Keberadaan Desa Batu-batu yang terletak di Kecamatan Galesong Utara,
Kabupaten Takalar merupakan salah satu desa yang memiliki karakteristik pesisir
sebagai penghasil perikanan yang sangat menjanjikan. Hal ini dapat di lihat
secara langsung tentang keadaan penduduk yang mayoritas penduduknya adalah
nelayan. Sebagian dari mereka sangat bergantung terhadap pekerjaannya sebagai
nelayan.
Dengan
melihat hal tersebut, perlu adanya observasi dan analisis terhadap kondisi
sumberdaya alam dan pendapatan nelayan. Apakah memberikan pengaruh terhadap
perkembangan kondisi fisik pada desa tersebut dan sebarapa besar pengaruh yang
ditimbulkan dari perkembangan pendapatan nelayan yang merupakan suatu bentuk
aktivitas perekonomian terhadap kondisi fisik sumber daya alam di wilayah pesisir Desa Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara,
Kabupaten Takalar.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami paparkan antara lain:
1. Bagaimana
sumber daya yang dimiliki oleh nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
2. Bagaimana kegiatan usaha yang dilakukan oleh nelayan di
Desa Aeng Batu-batu?
3. Bagaimana
analisis pendapatan yang dimiliki oleh mayarakat nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
4. Bagaimana
menganalisis masalah-masalah yang di hadapi oleh nelayan dalam kegiatan
usahanya?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan
yang hendak dicapai yaitu:
1. Mengetahui
dan memahami sumber daya yang dimiliki oleh nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
2. Mengetahui
dan memahami kegiatan usaha yang dilakukan oleh nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
3. Mengetahui
dan memahami cara menganalisis pendapatan yang dimiliki oleh mayarakat nelayan
di Desa Aeng Batu-batu?
4. Mengetahui masalah yang dihadapi oleh neleyan dalam
kegiatan usaha.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Sumber
Daya Alam
Sumber daya alam adalah semua yang
terdapat di alam (kekayaan alam) yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Sumber daya alam terbagi dua yaitu sumber
daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati. Sumber daya alam hayati
disebut juga sumber daya alam biotik yaitu semua yang terdapat di alam
(kekayaan alam) berupa makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan). Sedangkan
sumber daya alam non hayati atau sumber daya alam abiotik adalah semua kekayaan
alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia berupa benda mati (Anonim1,
2012).
Berdasarkan ketersediaanya sumber
daya alam terbagi dalam dua kelompok besar yaitu sumber daya alam yang dapat
diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Sumber daya alam
yang dapat diperbarui yaitu semua kekayaan alam yang mudah diadakan kembali
jika habis. Contoh sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah hewan, tumbuhan,
air, udara, dan zat hara. Pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbarui
diantaranya Bahan pangan,bahan
sandang, bahan bangunan, peralatan rumah tangga, obat tradisional dan perawatan
tubuh. Sedangkan Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah semua
kekataan alam yang jika sudah habis sulit diadakan kembali karena jumlahnya
sangat terbatas. Contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah
minyak bumi, gas alam, batu bara, barang tambang mineral dan barang tambang non
mineral (Tirtharaharja, Umar. 2005).
Pemanfaatan Sumber Daya Alam merupakan
salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal dasar, sumber daya alam harus
dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara yang tidak merusak. Oleh
karena itu, metode yang digunakan harus dipilih
untuk mempertahankan dan mengembangkan basis modal yang lebih bermanfaat untuk pengembangan selanjutnya dimasa yang akan datang Namun ada pula sumber daya alam yang harus diolah terlebih dahulu. Maka dilakukanlah usaha pengolahan atau produksi.
Seperti usaha mengolah sawah dan kebun, usaha kerajinan dan
industri. Selain itu agar sumber daya alam dan hasil pengolahannya dapat tersebar di berbagai tempat dilakukan upaya distribusi (Sulkarnain, 2009).
untuk mempertahankan dan mengembangkan basis modal yang lebih bermanfaat untuk pengembangan selanjutnya dimasa yang akan datang Namun ada pula sumber daya alam yang harus diolah terlebih dahulu. Maka dilakukanlah usaha pengolahan atau produksi.
Seperti usaha mengolah sawah dan kebun, usaha kerajinan dan
industri. Selain itu agar sumber daya alam dan hasil pengolahannya dapat tersebar di berbagai tempat dilakukan upaya distribusi (Sulkarnain, 2009).
Menurut (Anonim2, 2012), sumberdaya alam dan lingkungan
merupakan modal pembangunan yang dapat dikelola untuk menyediakan barang dan
jasa (goods & services) bagi kemakmuran masyarakat dan bangsa. Dilihat dari
potensi dan kemungkinan pengembangannya, wilayah pesisir memiliki peranan
penting dalam pembangunan nasional, apalagi bangsa Indonesia saat sekarang
sedang mengalami krisis ekonomi. Peranan tersebut tidak hanya dalam penciptaan
pertumbuhan ekonomi (growth), tetapi juga dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat (social welfare) dan pemerataan kesejahteraan (equity). Namun
demikian, peranan tersebut tidak akan tercapai dengan baik apabila mengabaikan
aspek kelestarian lingkungan (environmental sustainability) dan kesatuan bangsa
(unity).
Sumberdaya alam hayati merupakan konsep yang bersifat antroposentris
dari biologi, hanya menyangkut komponen-komponen biologi (genetik, organisme
atau bagian-bagiannya, populasi atau komponen biotik ekosistem) dengan manfaat
atau nilai yang nyata atau potensial untuk kemanusiaan. Keanekaragaman Hayati Suatu istilah dalam
biologi yang non-anthroposentris , berbeda dengan istilah sumberdaya biologi
(sebagai komponen-komponen biologi yang sedang dan potensial dimanfaatkan oleh
manusia) Istilah payung untuk menerangkan jumlah, macam, dan keragaman dari
organisme hidup dalam kumpulan organisme hidup tertentu Suatu istilah untuk
menerangkan “keserbaragaman life forms , peranan-perana ekologis yang
dimainkannya, dan keragaman genetik yang dikandungnya. Sedangkan sumberdaya non
hayati merupakan sumberdaya alam yang dapat
dimanfaatkan dan berupa benda mati di alam ”(Wilcox, 1984).
2.2
Teknologi dan Proses Produksi Usaha Tani
Teknologi adalah keseluruhan sarana
untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan
kenyamanan hidup manusia. Penggunaan
teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat
sederhana Perkembangan
teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin
cetak, telepon,
dan Internet,
telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi
dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global.
Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata
penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungan
sampai senjata
nuklir (Anonim3,
2012).
Teknologi penangkapan ikan adalah seperangkat alat,
teknik/cara atau proses yang digunakan untuk mempermudah segala pekerjaan dalam
memenuhi kebutuhan dalam penangkapan ikan saat melaut. Teknologi penangkapan
ikan ini terdiri dari Teknologi bahan dan peralatan penangkap ikan (fishing gear and materials), Teknologi
kapal penangkap ikan dan perlengkapannya (fishing
vessels and auxiliaries), Metode dan operasi penangkapan ikan (fishing methods and operations), Ilmu
tingkah laku ikan (fish behaviour), Teknologi
pendeteksian dan penentuan posisi ikan (fish
detection and location), Teknologi pengembangan perikanan tangkap (identification and development of new
fisheries) (Kusnadi, 2003).
Teknologi yang digunakan oleh nelayan adalah Perahu atau kapal. Perahu
atau kapal tersebut digunakan oleh nelayan untuk mencari ikan serta
peralatan seadanya menjadi penyebab kurangnya hasil yang didapatkan oleh
nelayan. Hal ini juga memotivasi para nelayan untuk bermain curang, yaitu
dengan menggunakan bom karbitan yang bisa merusak ekosistem yang ada
diperairan. Hal ini juga bisa membuat ikan –
ikan di perairan Indonesia berkurang. Teknologi yang kurang canggih ini juga, bisa mengancam keselamatan nelayan selama mencari ikan (Anonim4, 2012).
ikan di perairan Indonesia berkurang. Teknologi yang kurang canggih ini juga, bisa mengancam keselamatan nelayan selama mencari ikan (Anonim4, 2012).
Pembangunan teknologi penangkapan
ikan mengalami perkembangan yang signifikan dari waktu ke waktu seiring dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada awalnya penangkapan ikan
masih menggunakan alat-alat yang sederhana, tetapi setelah adanya
penemuan-penemuan besar di abad pertengahan seperti mesin uap, pembuatan kapal
baja dsb, maka bidang perikanan pun mengalami kemajuan dengan
dioperasikannya kapal penangkap ikan bermesin uap yang dapat melayari perairan
yang jauh (Anonim 5,
2012).
Pembangunan teknologi perikanan
senantiasa berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari
berbagai disiplin ilmu yang memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan. Namun penggunaan teknologi yang ada harus dilakukan secara
bijaksana sehingga tidak terjadi tragedi teknologi dalam bidang perikanan
seperti halnya tragedi bom atom, teknologi menyebabkan kerusakan bagi manusia.
Intinya adalah perkembangan perikanan secara menyeluruh baik dari aspek alat
penangkapan atau media penangkapan harus memiliki disiplin ilmu sehingga dapat
menopang kegiataan perikanan dimasa yang akan datang. Hadirnya teknologi modern tersebut dalam ilmu perikanan membawa
perubahan yang signifikant sehingga memudahkan manusia dalam menerapkan ilmu
perikanan tersebut dalam sumberdaya perikanan yang ada namun tetap alami (Anonim6, 2012).
Proses diartikan sebagai suatu cara,
metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin,
bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah
kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa. Proses produksi adalah suatu cara, metode
ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan
faktor produksi yang ada (Riyanto, 1989).
Pengertian–pengertian tentang
faktor produksi tersebut dapat disimpulkan sebagai sumber daya atau input yang
terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal dan keterampilan yang dibutuhkan atau
digunakan sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu komoditi yang bernilai
ekonomi. Kombinasi atas sumber daya tersebut harus menunjukkan suatu proses
produksi yang efisien, sehingga akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya
produksi (Anonim7 , 2012) .
Aspek penting dalam proses
produksi adalah tersedianya sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut
sebagai faktor produksi. Sebagaimana halnya dalam ekonomi pertanian maka faktor
produksi dapat diklasifikasikan kedalam
tiga bagian, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal. Faktor produksi adalah
faktor-faktor yang dalam suatu kombinasi dipakai untuk menghasilkan suatu
barang ekonomi. Faktor produksi yang utama ialah tanah, modal, tenaga kerja dan
keterampilan seseorang (Abdurrahman,1982).
Seorang produsen termasuk
petani dalam melaksanakan setiap produksinya, tidak akan terlepas dari
kewajiban melakukan pengeluaran terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan sejumlah produksi misalnya pada penggunaan tenaga kerja, pembelian pupuk dan obat-obatan,
pembayaran sewa dan lain-lain. Keseluruhan biaya ini telah dikeluarkan dengan
maksud untuk memperlancar kegiatan proses produksi. Pengeluaran inilah yang
disebut biaya produksi
(Anonim8 , 2011) .
(Anonim8 , 2011) .
Biaya produksi adalah seluruh biaya upah langsung,
biaya bahan langsung dan biaya umur pabrik yang dikeluarkan atau dibebankan
selama satu periode. Produksi dapat menghasilkan barang jadi maupun setengah
jadi. Sedangkan Harga Pokok Produksi atau Cost
of goods manufactured, adalah biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk
memproduksi barang jadi yang dihasilkan selama satu periode (Lumbatoruan,
1992).
2.3
Proses
Pemasaran Produk
Pemasaran adalah proses manajerial yang dilakukan oleh
individu ataupun kelompok dalam memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka,
dengan cara membuat dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain
Sedangkan tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu
maupun organisasi. Dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah kegiatan memasarkan
barang atau jasa umumnya kepada masyarakat. Aktivitas pemasaran bermula dari
pengamatan kebutuhan konsumen (Ma’ruf, 2006).
Strategi pemasaran atau bauran pemasaran (marketing mix)
adalah alat perusahaan untuk memperoleh respon yang diinginkan. Strategi
pemasaran adalahsalah satu upaya untuk mengoptimalkan proses pemasaran. Prinsip
pemasaran adalah pencapaian tujuan suatu organisasi tergantung pada seberapa
mampu perusahaan/marketer memahami kebtuhan dan keinginan pelanggannya dan
memenuhi dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing.
Berangkat dari prinsip tersebut, seorang pemasar pertama kali harus memusatkan
perhatiannya pada pelanggan untuk mencari tahu kebutuhan dan keinginan mereka.
Jadi, dalam hal ini kebutuhan dan keinginan pelanggan menempati titik sentral.
Perusahaan atau marketer harus paham betul kebutuhan dan keinginan
pelanggannya. Perlu diingat kembali bahwa pelanggan adalah orang-orang yang
berkuasa untuk memutuskan untuk membeli atau tidak membeli suatu produk. Jadi,
pelanggan adalah bagian dari pasar, karena yang disebut pasar adalah pembeli
itu sendiri baik pembeli aktual maupun potensial. Pasar sangatlah beragam yang
berarti keinginan pembeli juga beragam. Fakta ini membuat perusahaan atau
marketer tidak mungkin memenuhi semua kebutuhan dan keinginan pasar (Anonim9,
2012).
Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi
perusahaan dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari
sebuah perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah
serangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan
harus beroperasi untuk mencapai tujuannya Sehingga dalam menjalankan usaha
kecil khususnya diperlukan adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya.
Karena pada saat kondisi kritis justru usaha kecillah yang mampu memberikan
pertumbuhan terhadap pendapatan masyarakat. Pemasaran menurut W. Y. Stanton
pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan
tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual
maupun potensial. Berdasarkan definisi di atas, proses pemasaran dimulai dari
menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen.
Penguasaan terhadap aspek pemasaran menjadi
penting karena berdampak pada keputusan konsumen untuk jadi/tidak membeli
barang kita. Untuk itu kita pun perlu menyelami alur berpikir konsumen.
Berdasarkan penelitian ahli pemasaran, keputusan pembelian suatu barang/jasa
oleh konsumen biasanya akan melewati lima tahapan berikut: (1) pengenalan
kebutuhan, (2) pencarian informasi, (3) penilaian pilihan, (4) pengambilan
keputusan pembelian, dan (5) perilaku konsumen pasca pembelian. Terdapat tiga faktor yang
kerap mempengaruhi penilaian konsumen terhadap produk. Ketiganya adalah (1)
manfaat atau kepuasan dasar, (2) atribut produk, dan (3) perluasan produk.
Produk yang sama mungkin memberikan manfaat atau kepuasan dasar yang berbeda
bagi orang yang berbeda (Riyanto, 1989) .
III.
KEADAAN
UMUM LOKASI
3.1
Kondisi
Geografis
Kawasan
permukiman nelayan di Kecamatan Galesong Utara, memiliki luas 15,11 KM persegi. Kawasan permukiman nelayan
di Kecamatan Galesong Utara, berada pada kemiringan lahan rata-rata sekitar 0
sampai dengan 3 % dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 5 meter diatas
permukaan laut. Galesong Utara merupakan bagian dari Kabupaten Takalar yang beriklim
tropis dengan curah hujan rata – rata 172 mm/bulan dengan jumlah rata – rata 8
hari. Adapun kecepatan angin di lokasi ini
pada musim kemarau antara bulan Mei
sampai bulan Oktober sekitar 2 sampai 3
knot sedangkan pada bulan November sampai bulan
April
angin bertiup dari Barat ke Timur dengan kecepatan antara 3 sampai 4 knot.
Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong
dan Kecamatan Galesong Selatan memiliki batas sebagai berikut :
1. Kecamatan Galesong Utara :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Barombong
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Galesong
c. Sebelah barat berbatasan dengan Selat
Makassar
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Barombong (Gowa)
2.
Kecamatan Galesong :
a.
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Galesong Utara
b.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Galesong Selatan
c.
Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar
d.
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Bajeng
3.
Kecamatan Galesong Selatan:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Galesong
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Galesong
b.Sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan
Bontonompo
Selatan
c. Sebelah barat berbatasan dengan Selat
Makassar
d. Sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Bontonompo
3.1
Keadaan
Penduduk
Tingginya jumlah penduduk yang merupakan
sumber daya manusia dapat memberikan peningkatan jumlah produktifitas pertanian
dengan menfaatkan atau mengalokasikan sumber daya alam yang ada atau yang
dimiliki. Penduduk yang melakukan kegiatan berproduksi dianggap juga sebagai
tenaga kerja atau pekerja, dimana tenaga kerja merupakan salah satu faktor
pendukung dalam meningkatkan hasil produksi. Maka
dari itu peningkatan penduduk
sangat berpengaruh pula pada
kegiatan pembangunan yang ada. Untuk
mengetahui keadaan penduduk pada suatu wilayah maka dapat dilihat dari tingkat
jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat mata pencaharian, serta tingkat
usia.
Dalam
analisis sosial ekonomi penduduk, masalah kependudukan yang mencakup mengenai
jumlah, umur, dan jenis kelamin menjadi dasar pijakan. Jumlah penduduk akan
menggambarkan permasalahan yang mungkin ada. Sementara itu jumlah dan
jenis kelamin berkaitan dengan berbagai karakteristik penduduk didaerah tersebut.
3.1.1
Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan
juga sangat menentukan dalam klasifikasi pembagian kerja. Bagi
suatu daerah ataupun cakupan yang lebih luas yaitu negara, komposisi
penduduk digunakan sebagai sarana perencanaan
pembangunan kependudukan sehingga dinamika penduduk bisa terdeteksi. Contoh
sederhana, yaitu dari data komposisi penduduk bisa diketahui kalau sebagian
besar penduduk di suatu daerah.
Bagi
suatu daerah ataupun cakupan yang lebih luas yaitu negara, komposisi
penduduk digunakan sebagai sarana perencanaan
pembangunan kependudukan sehingga dinamika penduduk bisa bisa terdeteksi.
Contoh sederhana, yaitu dari suatu data komposisi penduduk diketahui jika sebagian besar penduduk di suatu daerah menggunakan
sarana yang ada didaerah tersebut sehingga
dinamika penduduk dapat diketahui melalui hal tersebut (Dadot, 2011).
Berdasarkan
data monografi Kabupaten Takalar, jumlah penduduk di Kecamatan Galesong Utara,
Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong Selatan adalah sebesar 65.451
jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Jenis Kelamin
|
Kecamatan Galesong
Utara
|
Kecamatan
Galesong
|
Kecamatan Galesong
Selatan
|
Jumlah
|
Laki – laki
|
11.377
|
10.522
|
9.012
|
30.911
|
Perempuan
|
12.975
|
11.735
|
9.830
|
34.540
|
Jumlah
|
24.352
|
22.257
|
18.842
|
65.451
|
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Galesong,
Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan
Galesong Utara berdasarkan
jenis kelamin:
Sumber ; Laporan BPS Kabupaten Takalar tahun 2011
Berdasarkan Tabel.1 Kecamatan Galesong
utara memiliki jumlah penduduk paling banyak yaitu sebasar 24.352 jiwa kemudian
disusul oleh Kecamatan Galesong yaitu sebanyak 22.257 jiwa, dan Kecamatan
Galesong Selatan sebanyak 18.842.
Secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih mendominasi dibanding
penduduk laki – laki.
Hal ini dijelaskan
oleh Soekartawi (2003) yang menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga
kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti
mengolah tanah dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
Jika
dilihat dari kacamata pembangunan khususnya pembangunan ekonomi dimana
pembangunan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat. Dilain pihak peningkatan pendapatan harus dibarengi dengan menurunnya
kemiskinan dan pengangguran serta berkurangnya ketimpangan dalam distribusi
pendapatan yang pada akhirnya berujung pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat tetapi sejauh ini kenyataan yang terjadi di kebanyakan wilayah
permukiman para nelayan berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh
pemerintah ternyata kebanyakan para nelayan masih hidup di bawah garis
kemiskinan.
Berkaitan dengan hal
tersebut, pembangunan permukiman nelayan sebagai salah satu bentuk kegiatan
pembangunan memiliki aspek dan dimensi kajian ekonomi antara lain meliputi
kesempatan kerja dan berusaha, tingkat pendapatan penduduk, pola pemikiran
sumberdaya dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada. Selain itu komponen
sosial juga tidak kalah pentingnya sebagai kontributor terhadap proses adaptasi
masyarakat pada lingkungan baru, aspek tersebut antara lain yaitu interaksi
antar masyarakat, pola interaksi masyarakat, aspek struktur sosial dan kondisi
demografi yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang baru mengalami proses
adaptasi pada satu wilayah yang baru. Keseluruhan komponen ini saling
berinteraksi dan membentuk kegiatan yang terakumulasi dan membentuk suatu
kegiatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat itu
sendiri.
3.1.2
Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian
Sumber ekonomi di
tiap daerah bervariasi karena mata pencaharian yang berbeda-beda. Mata
pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana biasanya sangat berhubungan
dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam. Contohnya pertanian, perkebunan,
dan peternakan. Sementara, mata pencaharian penduduk yang memiliki corak modern
biasanya lebih mendekati sektor-sektor yang tidak terlalu berhubungan dengan
pemanfaatan lahan dan sumber daya alam seperti jasa, transportasi, dan
pariwisata. Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa pola kegiatan ekonomi
penduduk di Indonesia yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan (Luthfi, 2011).
Mata pencaharian suatu masyarakat adalah
aspek yang dapat menjadi ukuran pendapatan bagi masyarakat bersangkutan. Semakin
baik mata pencaharian seseorang, memungkinkan masyarakat tersebut untuk memperoleh pendapatan yang
lebih baik demikian pula sebaliknya, apabila mata pencaharian kurang baik akan
mengakibatkan tingkat pendapatan yang diperoleh lebih sedikit. Penduduk di
Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong Utara
bila dilihat dari segi mata pencaharian, sebagian besar mereka bekerja sebagai
nelayan sebagai mana di tunjukan pada tabel berikut :
Pekerjaan
|
Kecamatan Galesong Utara
|
Kecamatan Galesong
|
Kecamatan Galesong
Selatan
|
Jumlah
|
PNS
|
5
|
4
|
3
|
12
|
TNI/POLRI
|
3
|
7
|
2
|
12
|
Guru
|
8
|
6
|
4
|
18
|
Petani
|
10
|
20
|
35
|
65
|
Nelayan
|
55
|
72
|
50
|
177
|
Buruh
|
15
|
4
|
11
|
30
|
Wiraswasta
|
13
|
9
|
7
|
29
|
Jumlah
|
109
|
122
|
112
|
343
|
Tabel 2. Jumlah Angkatan Kerja di permukiman
nelayan Kecamatan Galesong, Kecamatan
Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong Utara berdasarkan mata pencaharian.
Sumber : Data Sekunder, 2011.
Dilihat dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan
masyarakat di permukiman nelayan bekerja sebagai nelayan yaitu Kecamatan
Galesong Utara sebanyak 55 orang, Kecamatan Galesong sebanyak 72 orang, dan
Kecamatan Galesong Selatan sebanyak 50 orang. Hal ini disebabkan karena daerah tersebut
berada di daerah tepi pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar
sehingga mata pencaharian yang banyak digeluti penduduk setempat adalah bekerja
sebagai nelayan.
Menurut Nazarwin (2000) dinyatakan bahwa
mata pencaharian merupakan objek dari individu, kelompok ataupun masyarakat
dalam rangka mencari pendapatan untuk pemenuhan biaya kebutuhannya. Berdasarkan
pernyataan ini, maka disimpulkan bahwa mata pencaharian yang beragam akan
menunjukkan bahwa individu dalam suatu kelompok masyarakat adalah beragam sehingga kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi dengan
pekerjaan yang dikerjakan.
Selain mata pencaharian sebagai nelayan
ada juga yang berprofesi ganda yaitu bekerja
sebagai nelayan juga menggeluti pekerjaan lain seperti sebagai buruh, supir,
petani, dan lainnya sehingga nelayan yang berprofesi ganda berpendapatan lebih
tinggi dan lebih sejahtera dibanding nelayan yang hanya bekerja menangkap ikan.
Nelayan yang berprofesi ganda ini di akibatkan karena adanya kondisi sarana dan
prasarana serta musim yang tidak mendukung, sehingga nelayan memilih utuk mencari kerja tambahan untuk menutupi kebutuhan hidup dalam sehari – hari. Seorang nelayan memiliki waktu tertentu dalam mencari ikan seperti pada bulan 12 sampai bulan 4 nelayan tidak akan bekerja karena cuaca yang buruk dan juga karena ombak yang besar. Sedangkan pada bulan 11 sampai bulan 5 nelayan akan mendapatkan banyak ikan karena pada bulan inilah yang bagus bagi seorang nelayan serta ombak
tidak besar maka pada bulan inilah pendapatan nelayan akan maksimal.
prasarana serta musim yang tidak mendukung, sehingga nelayan memilih utuk mencari kerja tambahan untuk menutupi kebutuhan hidup dalam sehari – hari. Seorang nelayan memiliki waktu tertentu dalam mencari ikan seperti pada bulan 12 sampai bulan 4 nelayan tidak akan bekerja karena cuaca yang buruk dan juga karena ombak yang besar. Sedangkan pada bulan 11 sampai bulan 5 nelayan akan mendapatkan banyak ikan karena pada bulan inilah yang bagus bagi seorang nelayan serta ombak
tidak besar maka pada bulan inilah pendapatan nelayan akan maksimal.
3.1.3 Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar
secara terus - menerus yang dapat merubah watak manusia, sehingga akan
berpengaruh nyata terhadap pola berfikir, bertindak dan bereaksi. Perkembangan tingkat pendidikan penduduk sangat
tergantung kepada tersedianya sarana pendidikan. Salah satu ukuran yang dapat
digunakan sebagai patokan terhadap maju tidaknya suatu daerah adalah dilihat
dari tingkat pendidikan penduduknya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola
pikir nelayan, nelayan yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih
berpikiran maju, jika dibandingkan dengan nelayan yang lebih rendah
pendidikannya.
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat
pendidikan penduduk di Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong, Kecamatan
Galesong Selatan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Pendidikan
|
Kecamatan Galesong Utara
|
Kecamatan Galesong
|
Kecamatan Galesong
Selatan
|
Jumlah
|
Tidak
sekolah
|
25
|
15
|
19
|
59
|
SD
|
27
|
24
|
19
|
70
|
SLTP
|
20
|
16
|
17
|
53
|
SLTA
|
10
|
7
|
9
|
26
|
PTN/PTS
|
3
|
2
|
5
|
10
|
Jumlah
|
105
|
64
|
69
|
238
|
Tabel 3. Jumlah Kepala Keluarga di Permukiman Nelayan
Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan
Kecamatan Galesong Utara Berdasarkan
Tingkat Pendidikan.
Sumber : Data Sekunder , 2011
Pada Tabel 3 dapat dilihat tingkat pendidikan di permukiman nelayan
di Kecamatan Galesong Utara yaitu dimana yang tidak sekolah sebanyak 25 orang, berpendidikan SD sebanyak 27 orang, warga yang sampai
pada jenjang pendidikan SLTP berjumlah 20 orang, warga yang sampai pada jenjang
pendidikan SLTA berjumlah 10 orang, sedangkan yang sampai pada jenjang
pendidikan PTN/PTS berjumlah 3.
Tingkat pendidikan berpengaruh pada cara
berfikir mereka dan mengelola usaha perikanan yang mereka jalani karena
rendahnya pengetahuan, kemampuan ataupun pemahaman nelayan dalam menerima hal –
hal baru akan sangat dipengaruhi oleh
pendidikannya..
3.2
Keadaan
Sarana dan Prasarana
Secara umum sarana dan
prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan
di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka
semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai
dengan rencana. Moenir (1992 : 119)
mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan
fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan
pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan
organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah
bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan
dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan
pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan
tujuan yang hendak dicapai. Keadaan sarana dan
prasarana pada suatu daerah dapat dilihat dari keadaan sarana pendidikan,
sarana transportasi, sarana kesehatan, dan sarana peribadatan.
3.2.1
Sarana Pendidikan
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan
dan perubahan kelakuan individu. Pendidikan bertalian dengan transmisi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek lainnya terhadap
interaksi sosial. Hampir segala sesuatu yang kita alami merupakan hasil
hubungan kita di rumah, sekolah, tempat pekerjaan, dan sebagainya sehingga
diperlukan sarana pendidikan (Nasution, 2010).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel jumlah sarana pendidikan yang ada di Kecamatan
Galesong Utara, Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong Selatan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. Jumlah Sarana Pendidikan Yang Tersedia di Dusun Janggo Batu,
Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Sulawesi
Selatan, 2012.
Sarana
Pendidikan
|
Jumlah
|
TK
|
1
|
SD/SD INPRES
|
3
|
SLTP/MTS
|
1
|
SMU/SMK/ALIYAH
|
-
|
Total
|
5
|
Sumber: Data
Sekunder, 2012
Dari Tabel 4
menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong
Utara, Kabupaten Takalar masih sangat minim atau kurang. Sarana pendidikan di
Desa Aeng Batu-Batu hanya terdiri dari 1 unit Taman Kanak-Kanak (TK), sedangtkan
terdapat 3 unit Sekolah Dasar (SD), dan ada juga terdapat SLTP yang hanya berjumlah 1 unit.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Firdaus (2008) bahwa
tingkat pendidikan seseorang bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari
segi finansial, ekonomi, psikologis dan kemauan dari orang tersebut untuk
mendapatkan suatu pendidikan. Tak jarang orang yang mempunyai biaya dan
kemampuan ekonomi yang cukup, tak memiliki pendidikan yang tinggi. Sebaliknya,
sebagian orang yang memiliki kemampuan ekonomi rendah malah mempunyai suatu
keinginan yang sangat tinggi untuk memperoleh sebuah pendidikan.
3.2.2
Sarana
Transportasi
Transportasi yaitu suatu perpindahan dari suatu tempat ke
tempat yang lain dengan menggunakan alat
pengangkutan. Kelancaran proses transportasi dipengaruhi oleh kondisi
ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Jalan dan jembatan termasuk
sebagai suatu prasarana pasif yang yang mendukung lancarnya transportasi
di suatu daerah karena ini merupakan penghubung tempat yang satu dan
tempat yang lainnya.
Daerah pedesaan, masih sangat terbatas dalam ketersediaan maupun
kelancaran sarana dan prasarana transportasinya.
Pada dasarnya, transportasi
merupakan suatu tolak ukur interaksi keruangan antar wilayah dan sangat
penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Selain
itu, transportasi juga berperan untuk menunjang
keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian
masyarakat dan semua kalangan khususnya masyarakat yang ada di daerah pedesaan tersebut.
Kita dapat melihat sarana transportasi yang ada di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara,
Kabupaten Takalar sebagai beriku:.
Tabel 5. Jumlah
Sarana Transportasi Darat Desa Aeng Batu-Batu,
Kecamatan Galesong Utara,
Kabupaten Takalar.
Sarana Pribadi
|
jumlah
|
Sarana Umum
|
Jumlah
|
Mobil
|
24
|
Truk
|
5
|
Motor
|
301
|
Mikrolet
|
4
|
Sepeda
|
97
|
Ojek
|
8
|
|
|
Becak
|
2
|
Total
|
422
|
Total
|
19
|
Sumber:
Data Sekunder, 2012
Dari tabel 5, dapat di ketahui bahwa
ada dua macam sarana transportasi darat yang di gunakan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara,
Kabupaten Takalar, yaitu sarana transportasi pribadi dan sarana transportasi
umum. Jumlah sarana transportasi pribadi berjumlah 422 dan sedangkan jumlah
sarana transportasi umum berjumlah 19. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sarana
pribadi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sarana transportasi umum, ini
menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Aeng Batu-Batu lebih suka atau lebih
sering menggunakan sarana transportasi pribadi dibandingkan dengan sarana
transportasi umum.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kamaludin (2006), bahwa transportasi
adalah mengangkut atau membawa sesuatu barang dari suatu tempat ke tempat
lainnya atau dengan kata lain yaitu merupakan suatu pergerakan pemindahan
barang –barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sehinga aktivitas masyarakat menjadi lebih mudah dalam
bekerja.
3.2.3
Sarana
Kesehatan
Sarana
kesehatan merupakan tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan. Untuk menunjang keseahatan masyarakat penduduk di
Desa aeng Batu-Batu, maka di bangun beberapa unit sarana kesehatan seperti pada
tabel berikut.
Tabel 6. Jumlah
Sarana Kesehatan di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar.
Sarana Kesehatan
|
Jumlah
|
Puskesmas/Pustu
|
1
|
Posyandu
|
6
|
Total
|
7
|
Sumber: Data
Sekunder, 2012
Pada tabel 6, dapat dilihat bahwa sarana kesehatan
yang ada di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatn Galesong Utara, Kabupaten Takalar,
masih sangat minim. Sarana kesehatan yang ada di Desa tersebut hanya terdiri dari
1 unit Pustu dan 6 unit sarana Posyandu.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim 9) Pembangunan
di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh
pelayanan kesehatan secara merata dan murah.
3.2.4
Sarana
Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan
sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di
lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan,
juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan (Soebono, 2010).
Berdasarkan
data sekunder di Kelurahan Parangbanoa memiliki beberapa tempat ibadah. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia di
Dusun Janggo Batu, Desa Aeng
Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara,
Kabupaten Sulawesi Selatan, 2012.
Sarana
Peribadatan
|
Jumlah
|
Masjid
|
7
|
Langgar
|
2
|
Total
|
9
|
Sumber: Data
Sekunder, 2012
Dari Tabel 7 diatas
menunjukkan bahwa jumlah sarana peribadatan di Desa Aeng Batu-Batu cenderung
sedikit macamnya, akan tetapi dari jumlahnya sudah cukup dan memadai. Jumlah
mesjid yang tersedia di Desa Aeng
Batu-Batu sebanyak 7 Unit dan
Langgar 2 unit. Langgar merupakan tempat untuk melakukan upacara-upacara adat.Ini
dapat membuktikan bahwa penduduk di Desa Aeng
Batu-Batu mayoritas memiliki agama Islam. Hal ini sejalan
dengan pendapat Bagoes (2008) bahwa jumlah sarana atau tempat ibadah dalam
suatu tempat atau daerah tidak dapat menentukan banyak atau tidaknya penduduk
yang memeluk suatu
agama tersebut. Hal ini
bisa saja dipengaruhi kurangnya perhatian pemerintah setempat,
tentang pengadaan sarana ibadah yang lebih untuk setiap agama yang terdapat
dalam suatu masyarakat.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Profil
Petani Responden
Identitas tidak bisa lepas dari pengakuan/pengukuhan orang lain.
Identitas dalam hal ini terkandung semua yang menjadi kenyataan ketika kita
mengkonfirmasi predikat-predikat dari orang lain. Identitas seseorang menggambarkan kondisi
atau keadaan serta status orang tersebut. Identitas seorang petani penting
untuk diketahui agar dapat diketahui sudah berapa lama ia bekerja dalam bidang
pertanian. Identitas responden meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusaha
tani, tanggungan keluarga, luas dan status lahan garapan, dan pola penggunaan
tenaga kerja dalam usahatani (Richardho, 2011).
Tabel 9.
Nama Nelayan Responden di di Dusun
Janggo Batu, Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan GalesonG Utara, Kabupaten Sulawesi Selatan, 2012.
No
|
Responden
|
Status Dalam
Keluarga
|
Umur
|
Pendidikan
|
1.
|
Dg.Mone
|
Kepala
keluarga
|
58 Tahun
|
SD
|
|
Kuasa Dinugi
|
Istri
|
50 Tahun
|
-
|
|
Baktiar
|
Anak pertama
|
40 tahun
|
-
|
|
Nursiah
|
Anak kedua
|
38 Tahun
|
SD
|
|
Alias
|
Anak ketiga
|
35 tahun
|
SD
|
|
Kasmawati
|
Anak keempat
|
30 Tahun
|
SD
|
|
Supriadi
|
Anak kelima
|
28 Tahun
|
SD
|
|
Yagus
|
Anak keenam
|
21 Tahun
|
SD
|
|
Junaidi
|
Anak ketujuh
|
19 Tahun
|
SD
|
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012.
Berdasarkan
tabel 9, diperoleh bahwa responden bernama pak Dg.Yangga (23) terakhir
mengenyam pendidikan di SMP. Sekarang sumber penghasilan utamanya sebagai
seorang nelayan penangkap ikan serta
sampingannya sebagai petani rumput laut. Responden tersebut tidak memiliki tanggungan
karena belum berkeluarga. Adapun penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan
utamanya yaitu Rp. 7.080.000,-
dan dari penghasilan sampingannya yaitu Rp. 2.400.000.
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja
dan cara berfikir. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat lebih cepat
menerima hal-hal baru yang dianjurkan karena mereka lebih berani menanggung
resiko. Petani yang
relatif lebih tua, mempunyai kepastian pengelolaan usahatani yang lebih matang,
dan memiliki banyak pengalaman-pengalaman pahit yang telah dirasakannya, ia
sangat berhati-hati dalam bertindak. Dalam hal ini, ia bersikap lebih rasional
dengan mempertimbangkan untung-rugi yang akan diperolehnya
(Anonim3,
2011).
Tabel 9 menunjukkan bahwa umur
yang dimiliki petani responden di Dusun Janggo Batu , Desa Aeng Batu-Batu
Kecamatan Galesong Utara berkisar pada usia 23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
petani responden masih berada dalam usia yang masih produktif yang mampu
bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Mantra (2007), usia produktif adalah
usia dimana seseorang sudah bisa bekerja. Usia produktif itu dimulai pada usia
15 tahun sampai dengan >60 tahun. Dengan umur kita dapat melihat kualitas
dari kerja manusia. Dalam bidang pertanian tingkatan usia merupakan faktor
penting, semakin muda usia maka kekuatan untuk menghasilkan produksi lebih
maksimal atau lebih baik.
Pendidikan dan pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi
cara berpikir petani. Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani
akan lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan
yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas penyuluhan
untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih mudah
mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh para penyuluh. Pendidikan dapat
diperoleh melalui bangku sekolah yaitu pendidikan formal, non formal dan
informal. Pendidikan formal dapat memberikan banyak manfaat melalui interaksi sosial sehingga pengetauhuan
semakin bertambah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil
serta menjadi lulusan siap kerja dan siap berprestasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat (Sulaiman, 2009).
Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki
oleh para petani merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan
usahataninya. Walaupun seseorang memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi
tidak ditunjang dengan pengetahuan maka usaha yang dikelola tidak akan
mengalami peningkatan (Mantra, 2007).
Pendidikan petani responden yakni
dg.Yangga yaitu sampai tingkat menengah tepatnya di SMP. Dalam hal ini,
pendidikan merupakan modal utama dalam melakukan segala sesuatu termasuk
dalam pekerjaan. Untuk menunjang suatu pekerjaan, minimal seseorang harus dapat membaca dan menulis karena berkaitan dengan hubungan komunikasi dengan orang lain.
dalam pekerjaan. Untuk menunjang suatu pekerjaan, minimal seseorang harus dapat membaca dan menulis karena berkaitan dengan hubungan komunikasi dengan orang lain.
Kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang
dalam mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Pada usia tertentu para pencari
kerja diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi tentang pekerjaan yang
sesuai dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimilikinya. Dalam proses
produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas perekonomian, tenaga kerja
merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga kerja tersebut bertindak
sebagai pelaku ekonomi, berbeda dengan faktor produksi lainnya yang bersifat
pasif (seperti: modal, bahan baku, mesin, dan tanah). Tenaga kerja berkemampuan
bertindak aktif, mampu mempengaruhi dan melakukan manajemen terhadap faktor
produksi lainnya yang terlibat dalam proses produksi (Sonny, 2007).
Pekerjaan
pokok Dg. Yangga yakni sebagai nelayan
penangkap ikan dan pekerjaan sampingannya
sebagai petani rumput laut. Pekerjaan sampingan ini merupakan pekerjaan yang
dapat menunjang pekerjaan pokok dalam memperoleh pendapatan tambahan yang
berguna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya masing-masing.
4.2
Deskripsi
Kegiatan Usaha Responden
Selain melaut untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, Daeng Yangga ini
mempunyai kerja sampingan yaitu sebagai petani rumput laut. Rumput laut terbagi
menjadi 3 jenis yaitu rumput laut katonik, rumput laut tambulan dan rumput laut
pemburu. Adapun penjelasan dari Daeng Yangga ini yaitu pada musim hujan. Daeng
Yangga, memilih untuk memasang atau mengikat rumput laut berjenis katonik yang
menurutnya itu yang paling bagus dan menghasilkan hasil yang cukup lumayan.
Sedangkan pada musim kemarau, Daeng Yangga ini menanam rumput laut berjenis
rumput laut tambulan dan pemburu.
Prosesnya dalam bertani rumput laut
ini dimulai dengan bibit yang kemudian diikat di dalam laut dan dibiarkan di
dalam laut selama 40 hari menjelang panen. Dalam 40 hari tersebut, Daeng Yangga
bisa menghasilkan 200 kg yang dijualnya di gudang seharga 6ribu per kg, dari
hasil penjualan rumput laut bisa menambah kebutuhan sehari-hari.
Daeng Yangga ini termasuk nelayan sambilan
yaitu nelayan yang memiliki alat penangkapan
atau juga sebagai buruh pada saat tertentu melakukan kegiatan pada
sektor kegiatan perikanan disamping usaha lainnya.
Secara sosial budaya, disimpulkan bahasa
masyarakat nelayan memiliki ciri-ciri yang saling terikat antara satu dengan yang
lainnya. Alasannya adalah terdapat interaksi sosial yang intensif antar para
nelayan yang ada di daerah Galesong Utara tersebut. Dengan demikian hal
tersebut dapat membangun terjalinnya hubungan kekeluargaan yang didasarkan pada
simpati dan bukan didasarkan kepada pertimbangan rasional yang berorientasi
kepada untung rugi. Biasanya dalam mencari nafkah para nelayan menonjolkan sifat gotong royong
dan saling membantu antar sesama. Hal tersebut dapat diamati pada mekanisme
menangkap ikan baik dalam cara penangkapan maupun dalam penentuan daerah
operasi.
4.3
Analisis
Masalah yang Dihadapi Responden
Kurangnya bantuan-bantuan baik secara
materi maupun non materi dari pemerintah sehingga nelayan-nelayan yang ada di
Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara ini mengalami kesulitan untuk
menangkap ikan dilaut. Karena alat-alat yang digunakan setiap hari semakin
kurang baik serta di desa tersebut tidak adanya penyuluh-penyuluh yang datang
untuk memberikan arahan-arahan untuk meningkatkan produksi, cara-cara, dan
lain-lain.
Selain daripada itu, masyarakat nelayan
yang memiliki ciri tradisional kurang berorientasi kepada masa depan,
penggunaan teknologi yang dipakainya masih sederhana, kurang rasional. Relatif
tertutup terhadap orang luar. Padahal waktu jaman nenek moyang dahulu, para
nelayan hanya menggunakan atau memakai alat-alat yang sangat-sangat sederhana,
seperti perahu kecil dengan pendayung yang kecil pula. Pada zaman sekarang yang
modern para nelayan telah menggunakan teknologi yang sudah maju, misalnya dengan
memakai mesin tempel sebagai alat penggerak perahu serta alat penangkapannya
yang lebih baik.
Keberadaan
alat-alat penangkapan yang modern tersebut menjadikan masyarakat dapat
menangkap ikan lebih banyak lagi dan waktu yang diperoleh dari hasil penangkapan
ikan relatif kecil. Meskipun demikian, modern tersebut tidak sepenuhnya
dikembangkan oleh para nelayan. Masyarakat nelayan di Indonesia terutama di
kawasan pesisir Galesong Utara masih melaksanakan kegiatan di laut secara
tradisional, seperti menangkap ikan dengan jaring, pancing dan lainnya.
Sehingga secara ekonomi mereka masih kurang beruntung.
Padahal kalau dilihat dari hasil penangkapan ikan Daeng Yangga tersebut sangat
banyak kurang lebih 100 keranjang.
Dengan semakin banyaknya teknologi
penangkapan ikan, seperti jumlah perahu penangkapan ikan yang semakin meningkat
, maka masyarakat nelayan Galesong
dituntut untuk dapat mengembangkan teknologi perikanan yang baik lagi
melalui budaya lokal supaya mereka tidak tersingkir oleh kebudayaan kapal-kapal
modern nelayan lainnya. Budaya teknologi perikanan yang harus mereka hubungkan
berupa cara penangkapan ikan yang relatif modern, pemasaran ikan dan terutama
pembuatan kapal perahu yang sesuai dengan teknologi perikanan yang mereka
gunakan.
Masyarakat nelayan memiliki kebudayaan
yang unik yang berbeda dengan masyarakat lainnya, namun sebagian besar nelayan
yang ada di Galesong Utara ini tergolong masyarakat yang kurang mampu merupakan
melayan artisanal yang memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan baik
penguasaan teknologi, metode penangkapan maupun pemodalan masalah kurang mampu
juga disebabkan oleh adanya ketimpangan pemanfaatan sumber daya ikan.
Secara alami ada interaksi yang sangat
kuat antara ketersediaan sumber daya ikan, jumlah, perilaku dan kapasitas
nelayan serta ekonomi dari hasil usaha penangkapan. Oleh karena itu, kemiskinan
atau kurang mampu nelayan harus dipandang sebagai suatu sistem yang memiliki
komponen yang saling berinteraksi.
Daeng Yangga memakai sistem penangkapan
ikan dengan menjaring menggunakan sebuah perahu. Perahu yang dipakai memiliki 4
baling-baling tidak seperti menggunakan dayung. Jaring yang digunakan Daeng
Yangga bersama teman-temannya panjangnya kurang lebih 200 meter dan lebarnya
tidak ditentukan dimana benangnya juga dari benang hitoron. Jaring yang diberi
pemberat dari timah dan pelampung terbuat dari kayu dan gabus selain itu kalau
Daeng Yangga bersama teman-temannya melaut pada malam hari. Jadi perahu besar
yang mereka pakai di beri lampu untuk penerangan dan sebagai tanda supaya
kelihatan oleh kapal lain.
Pengetahuan nelayan terhadap kondisi
cuaca sangat penting untuk keberhasilan mereka dalam menangkap ikan dan untuk
keselamatan mereka dalam mencari dan menangkap ikan di laut. Daeng Yangga dan
teman-teman melautnya biasanya melihat kondisi cuaca yang baik untuk pergi
melaut yaitu apabila langit dilaut cerah dan bersih tetapi apabila di laut
gelap maka nelayan tidak akan pergi ke laut dikarenakan akan turun hujan dan
terjadi badai sehingga dapat membahayakan keselamatan nelayan itu sendiri.
Selain itu juga dengan melihat bintang pada malam hari, apabila bintang banyak
dan ada diantaranya yang masuk atau berada di dalam lingkaran bulan maka
diperkirakan hari tersebut baik untuk pergi melaut.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Upaya
pemberdayaan masyarakat nelayan kecil merupakan jalan yang masih panjang dan
masih penuh tantangan. Model pembangunan ekonomi yang sentralistik dan sangat
kapitalistik telah melembaga sangat kuat baik secara ekonomi, politik maupun
budaya, sehingga tidak mudah untuk menjebolnya. Hanya dengan komitmen yang kuat
dan keberpihakan yang tulus, serta upaya yang sungguh-sungguh, pemberdayaan
masyarakat petani dan nelayan kecil tersebut dapat diwujudkan.
Pemberdayaan
masyarakat petani dan nelayan kecil agar mampu menjawab tantangan di era
globalisasi (yaitu menuju usaha agrobisnis) membutuhkan komitmen yang kuat dari
pemerintah, para pelaku ekonomi, rakyat, lembaga pendidikan, organisasi
profesi, serta organisasi-organisasi non pemerintah lainnya. Komitmen itu dapat
diwujudkan dalam bentuk memberikan kepercayaan berkembangnya
kemampuan-kemampuan lokal atas dasar kebutuhan setempat.
Penguatan
peran serta masyarakat petani dan nelayan kecil sebagai pelaku pembangunan,
karena harus didorong seluas-luasnya melalui program-program pendampingan
menuju suatu kemandirian mereka. Disamping itu pula, perlu pengembangan
organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor pendukung lainnya. Dengan usaha
pemberdayaan masyarakat yang demikian itu, mudah-mudahan dapat membebaskan
mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan untuk menuju kehidupan yang lebih
baik.
5.2
Saran
pemerintah
sudah seharusnya memperhatikan nasib rakyat kecil khususnya para petani dan
nelayan kecil. Seharusnya pemerintah jangan memandang sebelah mata terhadap
mereka. Dengan memberikan perhatian berupa program-program yang dapat
mengangkatn para petani dan nelayan kecil. Upaya yang dilakukan adalah dengan
melakukan swasembada beras dan membeli hasil pertanian para petani dengan harga
tinggi. Sedangkan untuk para nelayan kecil dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan aksesibilitas mereka pada sumber-sumber kekayaan sosial, ekonomi
dan budaya.
· Secara sosial, beban kemiskinan yang mereka
hadapi akan dapat diatasi dengan cara menyediakan untuk mereka bantuan sosial.
· Secara ekonomi, beban mereka akan juga dapat
diatasi melalui dukungan modal.
· Secara budaya, beban mereka akan dapat mereka
atasi sendiri dengan cara membangkitkan etos kerja dan kemampuan bekerja melalui
peningkatan keterampilan kerja mereka.
Pendekatan
sosial, ekonomi atau budaya semata untuk memberdayakan nelayan atau petani ikan
hanya akan berdampak sekejap atau jangka pendek. Pemberdayaan nelayan atau
petani ikan mengandung makna penyelesaian masalah kemiskinan multi dimensi
sosial, ekonomi dan budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar