Selasa, 12 November 2013

ekonomi pertanian dan sumber daya alam

I.             PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Pemakaian kata desa nelayan telah mengantarkan kepada pemahaman bahwa nelayan dapat dilihat sebagai masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sendiri dan bertempat tinggal di wilayah tepi pantai, sehinngga dapat juga disebut sebagai masyarakat yang berdiam di desa pantai perkampungan nelayan, yang menjadikan perikanan sebagai mata pencahariannya yang terpenting. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan. Kehidupan nelayan sampai saat ini belum dapat dikatakan layak bahkan jauh dari kata sejahtera. Jumlah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. Jumlah 7,87 juta orang tersebut berasal dari sekitar 10.600 desa nelayan miskin yang terdapat di kawasan pesisir di berbagai daerah di tanah air.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 (berdasarkan konvensi PBB tahun 1982) yang memiliki potensi sumber daya hayati dan non hayati yang melimpah. Hal ini yang menyebabkan potensi dari sumberdaya laut di Indonesia sangat besar yang di tunjang dengan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya serta sebagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah sekitar wilayah pesisir serta menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.
Kita dapat melihat indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah diantaranya Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan potensi sumberdaya terutama perikanan laut yang cukup besar, baik segi kuantitas maupun diversitasnya. Wilayah laut yang luas dari 2/3 dari seluruh wilayah RI tersebut memegang peranan penting dalam bidang sosial ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak serta mengatur iklim dunia sekaligus sebagai tempat berbagai aktivitas komersial
berlangsung. Keanekaragaman hayati terhadap sumberdaya perikanan haruslah dimanfaatkan secara optimal dan lestari sehingga dapat menjadi andalan pendapatan suatu daerah.
Oleh karena itu, pendapatan masyarakat nelayan bergantung terhadap pemanfaatan potensi sumberdayaperikanan yang terdapat di lautan. Potensi perikanan tersebut sangat beranekaragam, dengan potensi perikanan sebesar 5,01 juta ton serta asumsi harga ikan hasil tangkapan mencapai US.$. 3.052, maka nilai ekonomi yang dapat diperoleh dari potensi perikanan Indonesia diperkirakan bernilai US.$. 15 Milyar. Sementara itu pada tahun 1999 nilai yang berhasil dicapai baru sekitar US.$.9,97.milyar. Pendapatan masyarakat nelayan secara langsung maupun tidak akan sangat mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena pendapatan dari hasil berlayar merupakan sumber pemasukan utama atau bahkan satu-satunya bagi mereka, sehingga besar kecilnya pendapatan akan sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan mereka, terutama terhadap kemampuan mereka dalam mengelola lingkungan tempat hidup mereka.
Keberadaan Desa Batu-batu  yang terletak di Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar merupakan salah satu desa yang memiliki karakteristik pesisir sebagai penghasil perikanan yang sangat menjanjikan. Hal ini dapat di lihat secara langsung tentang keadaan penduduk yang mayoritas penduduknya adalah nelayan. Sebagian dari mereka sangat bergantung terhadap pekerjaannya sebagai nelayan.
Dengan melihat hal tersebut, perlu adanya observasi dan analisis terhadap kondisi sumberdaya alam dan pendapatan nelayan. Apakah memberikan pengaruh terhadap perkembangan kondisi fisik pada desa tersebut dan sebarapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari perkembangan pendapatan nelayan yang merupakan suatu bentuk aktivitas perekonomian terhadap kondisi fisik sumber daya alam  di wilayah pesisir  Desa Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar.

1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami paparkan antara lain:
1.    Bagaimana sumber daya yang dimiliki oleh nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
2.    Bagaimana  kegiatan usaha yang dilakukan oleh nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
3.    Bagaimana analisis pendapatan yang dimiliki oleh mayarakat nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
4.    Bagaimana menganalisis masalah-masalah yang di hadapi oleh nelayan dalam kegiatan usahanya?

1.3         Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai yaitu:
1.    Mengetahui dan memahami sumber daya yang dimiliki oleh nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
2.    Mengetahui dan memahami kegiatan usaha yang dilakukan oleh nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
3.    Mengetahui dan memahami cara menganalisis pendapatan yang dimiliki oleh mayarakat nelayan di Desa Aeng Batu-batu?
4.    Mengetahui masalah yang dihadapi oleh neleyan dalam kegiatan usaha.






II.           TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Sumber Daya Alam
            Sumber daya alam adalah semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Sumber daya alam terbagi dua yaitu sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati. Sumber daya alam hayati disebut juga sumber daya alam biotik yaitu semua yang terdapat di alam (kekayaan alam) berupa makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan). Sedangkan sumber daya alam non hayati atau sumber daya alam abiotik adalah semua kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia berupa benda mati (Anonim1, 2012).
            Berdasarkan ketersediaanya sumber daya alam terbagi dalam dua kelompok besar yaitu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Sumber daya alam yang dapat diperbarui yaitu semua kekayaan alam yang mudah diadakan kembali jika habis. Contoh sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah hewan, tumbuhan, air, udara, dan zat hara. Pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbarui diantaranya Bahan pangan,bahan sandang, bahan bangunan, peralatan rumah tangga, obat tradisional dan perawatan tubuh. Sedangkan Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah semua kekataan alam yang jika sudah habis sulit diadakan kembali karena jumlahnya sangat terbatas. Contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah minyak bumi, gas alam, batu bara, barang tambang mineral dan barang tambang non mineral (Tirtharaharja, Umar. 2005).
Pemanfaatan Sumber Daya Alam merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal dasar, sumber daya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara yang tidak merusak. Oleh karena itu, metode yang digunakan harus dipilih
untuk mempertahankan dan mengembangkan basis modal yang lebih bermanfaat untuk pengembangan selanjutnya dimasa yang akan datang Namun ada pula sumber daya alam yang harus diolah terlebih dahulu. Maka dilakukanlah usaha pengolahan atau produksi.
Seperti usaha mengolah sawah dan kebun, usaha kerajinan dan
industri. Selain itu agar sumber daya alam dan hasil pengolahannya dapat tersebar di berbagai tempat dilakukan upaya distribusi
(Sulkarnain, 2009).
Menurut (Anonim2, 2012), sumberdaya alam dan lingkungan merupakan modal pembangunan yang dapat dikelola untuk menyediakan barang dan jasa (goods & services) bagi kemakmuran masyarakat dan bangsa. Dilihat dari potensi dan kemungkinan pengembangannya, wilayah pesisir memiliki peranan penting dalam pembangunan nasional, apalagi bangsa Indonesia saat sekarang sedang mengalami krisis ekonomi. Peranan tersebut tidak hanya dalam penciptaan pertumbuhan ekonomi (growth), tetapi juga dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat (social welfare) dan pemerataan kesejahteraan (equity). Namun demikian, peranan tersebut tidak akan tercapai dengan baik apabila mengabaikan aspek kelestarian lingkungan (environmental sustainability) dan kesatuan bangsa (unity).
Sumberdaya alam hayati merupakan konsep yang bersifat antroposentris dari biologi, hanya menyangkut komponen-komponen biologi (genetik, organisme atau bagian-bagiannya, populasi atau komponen biotik ekosistem) dengan manfaat atau nilai yang nyata atau potensial untuk kemanusiaan.  Keanekaragaman Hayati Suatu istilah dalam biologi yang non-anthroposentris , berbeda dengan istilah sumberdaya biologi (sebagai komponen-komponen biologi yang sedang dan potensial dimanfaatkan oleh manusia) Istilah payung untuk menerangkan jumlah, macam, dan keragaman dari organisme hidup dalam kumpulan organisme hidup tertentu Suatu istilah untuk menerangkan “keserbaragaman life forms , peranan-perana ekologis yang dimainkannya, dan keragaman genetik yang dikandungnya. Sedangkan sumberdaya non hayati  merupakan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan dan berupa benda mati di alam ”(Wilcox, 1984).
2.2          Teknologi dan Proses Produksi Usaha Tani
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungan sampai senjata nuklir (Anonim3, 2012).
Teknologi penangkapan ikan adalah seperangkat alat, teknik/cara atau proses yang digunakan untuk mempermudah segala pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan dalam penangkapan ikan saat melaut. Teknologi penangkapan ikan ini terdiri dari Teknologi bahan dan peralatan penangkap ikan (fishing gear and materials), Teknologi kapal penangkap ikan dan perlengkapannya (fishing vessels and auxiliaries), Metode dan operasi penangkapan ikan (fishing methods and operations), Ilmu tingkah laku ikan (fish behaviour), Teknologi pendeteksian dan penentuan posisi ikan (fish detection and location), Teknologi pengembangan perikanan tangkap (identification and development of new fisheries) (Kusnadi, 2003).
Teknologi yang digunakan oleh nelayan adalah Perahu atau kapal. Perahu atau kapal tersebut digunakan oleh nelayan untuk mencari ikan serta peralatan seadanya menjadi penyebab kurangnya hasil yang didapatkan oleh nelayan. Hal ini juga memotivasi para nelayan untuk bermain curang, yaitu dengan menggunakan bom karbitan yang bisa merusak ekosistem yang ada diperairan. Hal ini juga bisa membuat ikan –
ikan di perairan Indonesia berkurang. Teknologi yang kurang canggih ini juga, bisa mengancam keselamatan nelayan selama mencari ikan (Anonim4, 2012)
Pembangunan teknologi penangkapan ikan mengalami perkembangan yang signifikan dari waktu ke waktu seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada awalnya penangkapan ikan masih menggunakan alat-alat yang sederhana, tetapi setelah adanya penemuan-penemuan besar di abad pertengahan seperti mesin uap, pembuatan kapal baja dsb, maka bidang perikanan pun mengalami kemajuan dengan dioperasikannya kapal penangkap ikan bermesin uap yang dapat melayari perairan yang jauh (Anonim 5, 2012).
Pembangunan teknologi perikanan senantiasa berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari berbagai disiplin ilmu yang memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Namun penggunaan teknologi yang ada harus dilakukan secara bijaksana sehingga tidak terjadi tragedi teknologi dalam bidang perikanan seperti halnya tragedi bom atom, teknologi menyebabkan kerusakan bagi manusia. Intinya adalah perkembangan perikanan secara menyeluruh baik dari aspek alat penangkapan atau media penangkapan harus memiliki disiplin ilmu sehingga dapat menopang kegiataan perikanan dimasa yang akan datang. Hadirnya teknologi modern tersebut dalam ilmu perikanan membawa perubahan yang signifikant sehingga memudahkan manusia dalam menerapkan ilmu perikanan tersebut dalam sumberdaya perikanan yang ada namun tetap alami (Anonim6, 2012).
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa.     Proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada (Riyanto, 1989).
Pengertian–pengertian tentang faktor produksi tersebut dapat disimpulkan sebagai sumber daya atau input yang terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal dan keterampilan yang dibutuhkan atau digunakan sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu komoditi yang bernilai ekonomi. Kombinasi atas sumber daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang efisien, sehingga akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi (Anonim7 , 2012) .
Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi. Sebagaimana halnya dalam ekonomi pertanian maka faktor produksi dapat diklasifikasikan  kedalam tiga bagian, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal. Faktor produksi adalah faktor-faktor yang dalam suatu kombinasi dipakai untuk menghasilkan suatu barang ekonomi. Faktor produksi yang utama ialah tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan seseorang (Abdurrahman,1982).
Seorang produsen termasuk petani dalam melaksanakan setiap produksinya, tidak akan terlepas dari kewajiban melakukan pengeluaran terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan sejumlah produksi misalnya pada penggunaan  tenaga kerja, pembelian pupuk dan obat-obatan, pembayaran sewa dan lain-lain. Keseluruhan biaya ini telah dikeluarkan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan proses produksi. Pengeluaran inilah yang disebut biaya produksi
(Anonim8 , 2011) .
Biaya produksi adalah seluruh biaya upah langsung, biaya bahan langsung dan biaya umur pabrik yang dikeluarkan atau dibebankan selama satu periode. Produksi dapat menghasilkan barang jadi maupun setengah jadi. Sedangkan Harga Pokok Produksi atau Cost of goods manufactured, adalah biaya yang dikeluarkan atau dibebankan untuk memproduksi barang jadi yang dihasilkan selama satu periode (Lumbatoruan, 1992).
2.3         Proses Pemasaran Produk
Pemasaran adalah proses manajerial yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dalam memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka, dengan cara membuat dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain Sedangkan tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu maupun organisasi. Dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat. Aktivitas pemasaran bermula dari pengamatan kebutuhan konsumen (Ma’ruf, 2006).
Strategi pemasaran atau bauran pemasaran (marketing mix) adalah alat perusahaan untuk memperoleh respon yang diinginkan. Strategi pemasaran adalahsalah satu upaya untuk mengoptimalkan proses pemasaran. Prinsip pemasaran adalah pencapaian tujuan suatu organisasi tergantung pada seberapa mampu perusahaan/marketer memahami kebtuhan dan keinginan pelanggannya dan memenuhi dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing. Berangkat dari prinsip tersebut, seorang pemasar pertama kali harus memusatkan perhatiannya pada pelanggan untuk mencari tahu kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi, dalam hal ini kebutuhan dan keinginan pelanggan menempati titik sentral. Perusahaan atau marketer harus paham betul kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Perlu diingat kembali bahwa pelanggan adalah orang-orang yang berkuasa untuk memutuskan untuk membeli atau tidak membeli suatu produk. Jadi, pelanggan adalah bagian dari pasar, karena yang disebut pasar adalah pembeli itu sendiri baik pembeli aktual maupun potensial. Pasar sangatlah beragam yang berarti keinginan pembeli juga beragam. Fakta ini membuat perusahaan atau marketer tidak mungkin memenuhi semua kebutuhan dan keinginan pasar (Anonim9, 2012).
Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya Sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya diperlukan adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya. Karena pada saat kondisi kritis justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan terhadap pendapatan masyarakat. Pemasaran menurut W. Y. Stanton pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial. Berdasarkan definisi di atas, proses pemasaran dimulai dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen.
Penguasaan terhadap aspek pemasaran menjadi penting karena berdampak pada keputusan konsumen untuk jadi/tidak membeli barang kita. Untuk itu kita pun perlu menyelami alur berpikir konsumen. Berdasarkan penelitian ahli pemasaran, keputusan pembelian suatu barang/jasa oleh konsumen biasanya akan melewati lima tahapan berikut: (1) pengenalan kebutuhan, (2) pencarian informasi, (3) penilaian pilihan, (4) pengambilan keputusan pembelian, dan (5) perilaku konsumen pasca pembelian. Terdapat tiga faktor yang kerap mempengaruhi penilaian konsumen terhadap produk. Ketiganya adalah (1) manfaat atau kepuasan dasar, (2) atribut produk, dan (3) perluasan produk. Produk yang sama mungkin memberikan manfaat atau kepuasan dasar yang berbeda bagi orang yang berbeda (Riyanto, 1989) .














III.          KEADAAN UMUM LOKASI
3.1         Kondisi Geografis
Kawasan permukiman nelayan di Kecamatan Galesong Utara, memiliki luas 15,11 KM persegi. Kawasan permukiman nelayan di Kecamatan Galesong Utara, berada pada kemiringan lahan rata-rata sekitar 0 sampai dengan 3 % dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 5 meter diatas permukaan laut. Galesong Utara merupakan bagian dari Kabupaten Takalar yang beriklim tropis dengan curah hujan rata – rata 172 mm/bulan dengan jumlah rata – rata 8 hari. Adapun kecepatan angin di lokasi ini pada musim kemarau antara bulan Mei sampai bulan Oktober sekitar 2 sampai 3 knot sedangkan pada bulan November sampai bulan April angin bertiup dari Barat ke Timur dengan kecepatan antara 3 sampai 4 knot.
   Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong Selatan memiliki batas  sebagai berikut :
1. Kecamatan Galesong Utara :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Barombong   
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Galesong
c. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Barombong (Gowa)
2. Kecamatan Galesong :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Galesong Utara
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Galesong Selatan
c. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bajeng
3. Kecamatan Galesong Selatan:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Galesong
b.Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bontonompo Selatan
c. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bontonompo
3.1         Keadaan Penduduk
Tingginya jumlah penduduk yang merupakan sumber daya manusia dapat memberikan peningkatan jumlah produktifitas pertanian dengan menfaatkan atau mengalokasikan sumber daya alam yang ada atau yang dimiliki. Penduduk yang melakukan kegiatan berproduksi dianggap juga sebagai tenaga kerja atau pekerja, dimana tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan hasil produksi. Maka dari itu  peningkatan  penduduk  sangat  berpengaruh pula pada kegiatan  pembangunan yang ada. Untuk mengetahui keadaan penduduk pada suatu wilayah maka dapat dilihat dari tingkat jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat mata pencaharian, serta tingkat usia.
Dalam analisis sosial ekonomi penduduk, masalah kependudukan yang mencakup mengenai jumlah, umur, dan jenis kelamin menjadi dasar pijakan. Jumlah penduduk akan menggambarkan permasalahan yang mungkin ada. Sementara itu jumlah dan jenis kelamin berkaitan dengan berbagai karakteristik penduduk didaerah tersebut.

3.1.1     Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
            Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan juga sangat menentukan dalam klasifikasi pembagian kerja. Bagi suatu daerah ataupun cakupan yang lebih luas yaitu negara, komposisi penduduk digunakan sebagai sarana perencanaan pembangunan kependudukan sehingga dinamika penduduk bisa terdeteksi. Contoh sederhana, yaitu dari data komposisi penduduk bisa diketahui kalau sebagian besar penduduk di suatu daerah.
Bagi suatu daerah ataupun cakupan yang lebih luas yaitu negara, komposisi penduduk  digunakan sebagai sarana perencanaan pembangunan kependudukan sehingga dinamika penduduk bisa bisa terdeteksi. Contoh sederhana, yaitu dari suatu data komposisi penduduk diketahui jika  sebagian besar penduduk di suatu daerah menggunakan sarana yang ada didaerah tersebut sehingga dinamika penduduk dapat diketahui melalui hal tersebut (Dadot, 2011).
            Berdasarkan data monografi Kabupaten Takalar, jumlah penduduk di Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong Selatan adalah sebesar  65.451 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Jenis Kelamin
Kecamatan Galesong
Utara
Kecamatan
Galesong
Kecamatan Galesong
Selatan
Jumlah
Laki – laki
                  11.377
10.522
9.012
30.911
Perempuan
                  12.975
11.735
9.830
34.540
Jumlah
24.352
22.257
18.842
65.451
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Galesong, Kecamatan          Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong  Utara berdasarkan jenis kelamin:
Sumber ; Laporan BPS Kabupaten Takalar tahun 2011          
         
Berdasarkan Tabel.1 Kecamatan Galesong utara memiliki jumlah penduduk paling banyak yaitu sebasar 24.352 jiwa kemudian disusul oleh Kecamatan Galesong yaitu sebanyak 22.257 jiwa, dan Kecamatan Galesong Selatan sebanyak 18.842. Secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih mendominasi dibanding penduduk laki – laki.
     Hal ini dijelaskan oleh Soekartawi (2003) yang menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
Jika dilihat dari kacamata pembangunan khususnya pembangunan ekonomi dimana pembangunan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Dilain pihak peningkatan pendapatan harus dibarengi dengan menurunnya kemiskinan dan pengangguran serta berkurangnya ketimpangan dalam distribusi pendapatan yang pada akhirnya berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat tetapi sejauh ini kenyataan yang terjadi di kebanyakan wilayah permukiman para nelayan berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah ternyata kebanyakan para nelayan masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Berkaitan dengan hal tersebut, pembangunan permukiman nelayan sebagai salah satu bentuk kegiatan pembangunan memiliki aspek dan dimensi kajian ekonomi antara lain meliputi kesempatan kerja dan berusaha, tingkat pendapatan penduduk, pola pemikiran sumberdaya dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada. Selain itu komponen sosial juga tidak kalah pentingnya sebagai kontributor terhadap proses adaptasi masyarakat pada lingkungan baru, aspek tersebut antara lain yaitu interaksi antar masyarakat, pola interaksi masyarakat, aspek struktur sosial dan kondisi demografi yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang baru mengalami proses adaptasi pada satu wilayah yang baru. Keseluruhan komponen ini saling berinteraksi dan membentuk kegiatan yang terakumulasi dan membentuk suatu kegiatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
3.1.2     Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
      Sumber ekonomi di tiap daerah bervariasi karena mata pencaharian yang berbeda-beda. Mata pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana biasanya sangat berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam. Contohnya pertanian, perkebunan, dan peternakan. Sementara, mata pencaharian penduduk yang memiliki corak modern biasanya lebih mendekati sektor-sektor yang tidak terlalu berhubungan dengan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam seperti jasa, transportasi, dan pariwisata. Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa pola kegiatan ekonomi penduduk di Indonesia yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan (Luthfi, 2011).
Mata pencaharian suatu masyarakat adalah aspek yang dapat menjadi ukuran pendapatan bagi masyarakat bersangkutan. Semakin baik mata pencaharian seseorang, memungkinkan masyarakat tersebut untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik demikian pula sebaliknya, apabila mata pencaharian kurang baik akan mengakibatkan tingkat pendapatan yang diperoleh lebih sedikit. Penduduk di Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong Utara bila dilihat dari segi mata pencaharian, sebagian besar mereka bekerja sebagai nelayan sebagai mana di tunjukan pada tabel berikut :
Pekerjaan
Kecamatan Galesong Utara
Kecamatan Galesong
Kecamatan Galesong Selatan
Jumlah
PNS
5
4
3
12
TNI/POLRI
3
7
2
12
Guru
8
6
4
18
Petani
10
20
35
65
Nelayan
55
72
50
177
Buruh
15
4
11
30
Wiraswasta
13
9
7
29
Jumlah
109
122
112
343
Tabel 2. Jumlah Angkatan Kerja di permukiman nelayan Kecamatan  Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong Utara berdasarkan mata pencaharian.
Sumber : Data Sekunder, 2011.                          
         Dilihat dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan masyarakat di permukiman nelayan bekerja sebagai nelayan yaitu Kecamatan Galesong Utara sebanyak 55 orang, Kecamatan Galesong sebanyak 72 orang, dan Kecamatan Galesong Selatan sebanyak 50 orang.  Hal ini disebabkan karena daerah tersebut berada di daerah tepi pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar sehingga mata pencaharian yang banyak digeluti penduduk setempat adalah bekerja sebagai nelayan.
Menurut Nazarwin (2000) dinyatakan bahwa mata pencaharian merupakan objek dari individu, kelompok ataupun masyarakat dalam rangka mencari pendapatan untuk pemenuhan biaya kebutuhannya. Berdasarkan pernyataan ini, maka disimpulkan bahwa mata pencaharian yang beragam akan menunjukkan bahwa individu dalam suatu kelompok masyarakat adalah beragam sehingga kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi dengan pekerjaan yang dikerjakan.
Selain mata pencaharian sebagai nelayan ada juga yang berprofesi ganda yaitu bekerja sebagai nelayan juga menggeluti pekerjaan lain seperti sebagai buruh, supir, petani, dan lainnya sehingga nelayan yang berprofesi ganda berpendapatan lebih tinggi dan lebih sejahtera dibanding nelayan yang hanya bekerja menangkap ikan. Nelayan yang berprofesi ganda ini di akibatkan karena adanya kondisi sarana dan
prasarana serta musim yang tidak mendukung, sehingga nelayan memilih utuk mencari kerja tambahan untuk menutupi kebutuhan hidup dalam sehari – hari. Seorang nelayan memiliki waktu tertentu dalam mencari ikan seperti pada bulan 12 sampai bulan 4 nelayan tidak akan bekerja karena cuaca yang buruk dan juga karena ombak yang besar. Sedangkan pada bulan 11 sampai bulan 5 nelayan akan mendapatkan banyak ikan karena pada bulan inilah yang bagus bagi seorang nelayan serta ombak
tidak besar maka pada bulan inilah pendapatan nelayan akan maksimal.

3.1.3   Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar secara terus - menerus yang dapat merubah watak manusia, sehingga akan berpengaruh nyata terhadap pola berfikir, bertindak dan bereaksi. Perkembangan tingkat pendidikan penduduk sangat tergantung kepada tersedianya sarana pendidikan. Salah satu ukuran yang dapat digunakan sebagai patokan terhadap maju tidaknya suatu daerah adalah dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir nelayan, nelayan yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih berpikiran maju, jika dibandingkan dengan nelayan yang lebih rendah pendidikannya.
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong Selatan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Pendidikan
Kecamatan Galesong Utara
Kecamatan Galesong
Kecamatan Galesong Selatan
Jumlah
Tidak sekolah
25
15
19
59
SD
27
24
19
70
SLTP
20
16
17
53
SLTA
10
7
9
26
PTN/PTS
3
2
5
10
Jumlah
105
64
69
238
Tabel 3. Jumlah Kepala Keluarga di Permukiman Nelayan Kecamatan            Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan   Galesong Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Sumber : Data Sekunder , 2011
Pada Tabel 3 dapat dilihat tingkat pendidikan di permukiman nelayan di Kecamatan Galesong Utara yaitu dimana yang tidak sekolah sebanyak 25 orang, berpendidikan SD sebanyak 27 orang, warga yang sampai pada jenjang pendidikan SLTP berjumlah 20 orang, warga yang sampai pada jenjang pendidikan SLTA berjumlah 10 orang, sedangkan yang sampai pada jenjang pendidikan PTN/PTS berjumlah 3. Tingkat pendidikan  berpengaruh pada cara berfikir mereka dan mengelola usaha perikanan yang mereka jalani karena rendahnya pengetahuan, kemampuan ataupun pemahaman nelayan dalam menerima hal – hal  baru akan sangat dipengaruhi oleh pendidikannya..

3.2         Keadaan Sarana dan Prasarana
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.  Moenir (1992 : 119) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Keadaan sarana dan prasarana pada suatu daerah dapat dilihat dari keadaan sarana pendidikan, sarana transportasi, sarana kesehatan, dan sarana peribadatan.
3.2.1       Sarana Pendidikan
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan individu. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek lainnya terhadap interaksi sosial. Hampir segala sesuatu yang kita alami merupakan hasil hubungan kita di rumah, sekolah, tempat pekerjaan, dan sebagainya sehingga diperlukan sarana pendidikan (Nasution, 2010).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jumlah sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.   Jumlah Sarana Pendidikan Yang Tersedia di Dusun Janggo Batu, Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Sulawesi Selatan, 2012.
Sarana Pendidikan
Jumlah
TK
1
SD/SD INPRES
3
SLTP/MTS
1
SMU/SMK/ALIYAH
-
Total
5
Sumber: Data Sekunder, 2012
Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar masih sangat minim atau kurang. Sarana pendidikan di Desa Aeng Batu-Batu hanya terdiri dari 1 unit Taman Kanak-Kanak (TK), sedangtkan terdapat 3 unit Sekolah Dasar (SD), dan ada juga terdapat  SLTP yang hanya berjumlah 1 unit.
 Hal tersebut sesuai dengan pendapat Firdaus (2008) bahwa tingkat pendidikan seseorang bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari segi finansial, ekonomi, psikologis dan kemauan dari orang tersebut untuk mendapatkan suatu pendidikan. Tak jarang orang yang mempunyai biaya dan kemampuan ekonomi yang cukup, tak memiliki pendidikan yang tinggi. Sebaliknya, sebagian orang yang memiliki kemampuan ekonomi rendah malah mempunyai suatu keinginan yang sangat tinggi untuk memperoleh sebuah pendidikan.
3.2.2     Sarana Transportasi
Transportasi yaitu suatu perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan alat pengangkutan. Kelancaran proses transportasi dipengaruhi oleh kondisi ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Jalan dan jembatan termasuk sebagai suatu prasarana pasif yang  yang mendukung lancarnya transportasi di suatu daerah karena ini merupakan penghubung tempat yang satu dan tempat yang lainnya.  Daerah pedesaan, masih sangat terbatas dalam ketersediaan maupun kelancaran sarana dan prasarana transportasinya.
Pada dasarnya, transportasi  merupakan  suatu tolak ukur interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Selain itu, transportasi juga berperan untuk menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan semua kalangan khususnya masyarakat yang ada  di daerah pedesaan tersebut. Kita dapat melihat sarana transportasi yang ada di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar sebagai beriku:.
 Tabel 5.        Jumlah Sarana Transportasi Darat Desa Aeng Batu-Batu,
Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar.
Sarana Pribadi
jumlah
Sarana Umum
Jumlah
Mobil
24
Truk
5
Motor
301
Mikrolet
4
Sepeda
97
Ojek
8


Becak
2
Total
422
Total
19
Sumber: Data Sekunder, 2012
            Dari tabel 5, dapat di ketahui bahwa ada dua macam sarana transportasi darat yang di gunakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, yaitu sarana transportasi pribadi dan sarana transportasi umum. Jumlah sarana transportasi pribadi berjumlah 422 dan sedangkan jumlah sarana transportasi umum berjumlah 19. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sarana pribadi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sarana transportasi umum, ini menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Aeng Batu-Batu lebih suka atau lebih sering menggunakan sarana transportasi pribadi dibandingkan dengan sarana transportasi umum.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kamaludin (2006), bahwa transportasi adalah mengangkut atau membawa sesuatu barang dari suatu tempat ke tempat lainnya atau dengan kata lain yaitu merupakan suatu pergerakan pemindahan barang –barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sehinga aktivitas masyarakat menjadi lebih mudah dalam bekerja.

3.2.3     Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Untuk menunjang keseahatan masyarakat penduduk di Desa aeng Batu-Batu, maka di bangun beberapa unit sarana kesehatan seperti pada tabel berikut.
Tabel 6. Jumlah Sarana Kesehatan di Desa Aeng Batu-Batu,  Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar.
Sarana Kesehatan
Jumlah
Puskesmas/Pustu
1
Posyandu
6
Total
7
Sumber: Data Sekunder, 2012
            Pada tabel 6, dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang ada di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatn Galesong Utara, Kabupaten Takalar, masih sangat minim. Sarana kesehatan yang ada di Desa tersebut hanya terdiri dari 1 unit Pustu dan 6 unit sarana Posyandu.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim 9) Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah.

3.2.4     Sarana Peribadatan
     Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan (Soebono, 2010).
Berdasarkan data sekunder di Kelurahan Parangbanoa memiliki beberapa tempat ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel  7.  Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Dusun    Janggo Batu, Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong  Utara, Kabupaten Sulawesi Selatan, 2012.
Sarana Peribadatan
Jumlah
Masjid
7
Langgar
2
Total
9
Sumber: Data Sekunder, 2012
Dari Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa jumlah sarana peribadatan di Desa Aeng Batu-Batu cenderung sedikit macamnya, akan tetapi dari jumlahnya sudah cukup dan memadai. Jumlah mesjid yang tersedia di Desa Aeng Batu-Batu sebanyak 7 Unit dan Langgar 2 unit. Langgar merupakan tempat untuk melakukan upacara-upacara adat.Ini dapat membuktikan bahwa penduduk di Desa Aeng Batu-Batu mayoritas memiliki agama Islam. Hal ini sejalan dengan pendapat Bagoes (2008) bahwa jumlah sarana atau tempat ibadah dalam suatu tempat atau daerah tidak dapat menentukan banyak atau tidaknya penduduk yang memeluk suatu agama tersebut. Hal ini bisa saja  dipengaruhi kurangnya perhatian pemerintah setempat, tentang pengadaan sarana ibadah yang lebih untuk setiap agama yang terdapat dalam suatu masyarakat.


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1      Profil Petani Responden
Identitas tidak bisa lepas dari pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas dalam hal ini terkandung semua yang menjadi kenyataan ketika kita mengkonfirmasi predikat-predikat dari orang lain. Identitas seseorang menggambarkan kondisi atau keadaan serta status orang tersebut. Identitas seorang petani penting untuk diketahui agar dapat diketahui sudah berapa lama ia bekerja dalam bidang pertanian. Identitas responden meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusaha tani, tanggungan keluarga, luas dan status lahan garapan, dan pola penggunaan tenaga kerja dalam usahatani (Richardho, 2011).
Adapun data petani responden yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 9.  Nama Nelayan  Responden di di Dusun Janggo Batu, Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan GalesonG Utara, Kabupaten Sulawesi Selatan, 2012.
No
Responden
Status Dalam Keluarga
Umur
Pendidikan
1.
Dg.Mone
Kepala keluarga
58 Tahun
SD

Kuasa Dinugi
Istri
50 Tahun
-

Baktiar
Anak pertama
40 tahun
-

Nursiah
Anak kedua
38 Tahun
SD

Alias
Anak ketiga
35 tahun
SD

Kasmawati
Anak keempat
30 Tahun
SD

Supriadi
Anak kelima
28 Tahun
SD

Yagus
Anak keenam
21 Tahun
SD

Junaidi
Anak ketujuh
19 Tahun
SD
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012.

Berdasarkan tabel 9, diperoleh bahwa responden bernama pak Dg.Yangga (23) terakhir mengenyam pendidikan di SMP. Sekarang sumber penghasilan utamanya sebagai seorang nelayan penangkap ikan  serta sampingannya sebagai petani rumput laut. Responden tersebut tidak memiliki tanggungan karena belum berkeluarga. Adapun penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan utamanya yaitu Rp. 7.080.000,- dan dari penghasilan sampingannya yaitu Rp. 2.400.000.
Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berfikir. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat lebih cepat menerima hal-hal baru yang dianjurkan karena mereka lebih berani menanggung resiko. Petani yang relatif lebih tua, mempunyai kepastian pengelolaan usahatani yang lebih matang, dan memiliki banyak pengalaman-pengalaman pahit yang telah dirasakannya, ia sangat berhati-hati dalam bertindak. Dalam hal ini, ia bersikap lebih rasional dengan mempertimbangkan untung-rugi yang akan diperolehnya
(Anonim
3, 2011).
Tabel 9 menunjukkan bahwa umur yang dimiliki petani responden di Dusun Janggo Batu , Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara berkisar pada usia 23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden masih berada dalam usia yang masih produktif yang mampu bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Mantra (2007), usia produktif adalah usia dimana seseorang sudah bisa bekerja. Usia produktif itu dimulai pada usia 15 tahun sampai dengan >60 tahun. Dengan umur kita dapat melihat kualitas dari kerja manusia. Dalam bidang pertanian tingkatan usia merupakan faktor penting, semakin muda usia maka kekuatan untuk menghasilkan produksi lebih maksimal atau lebih baik.
Pendidikan dan pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh para penyuluh. Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal dapat memberikan banyak manfaat melalui interaksi sosial sehingga pengetauhuan semakin bertambah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil serta menjadi lulusan siap kerja dan siap berprestasi yang dibutuhkan oleh masyarakat (Sulaiman, 2009).
Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para petani merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya. Walaupun seseorang memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan pengetahuan maka usaha yang dikelola tidak akan mengalami peningkatan (Mantra, 2007).
Pendidikan petani responden yakni dg.Yangga yaitu sampai tingkat menengah tepatnya di SMP. Dalam hal ini, pendidikan merupakan modal utama dalam melakukan segala sesuatu termasuk
dalam pekerjaan. Untuk menunjang suatu pekerjaan, minimal seseorang harus dapat membaca dan menulis karena berkaitan dengan hubungan komunikasi dengan orang lain.
Kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Pada usia tertentu para pencari kerja diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi tentang pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimilikinya. Dalam proses produksi sebagai suatu struktur dasar aktivitas perekonomian, tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga kerja tersebut bertindak sebagai pelaku ekonomi, berbeda dengan faktor produksi lainnya yang bersifat pasif (seperti: modal, bahan baku, mesin, dan tanah). Tenaga kerja berkemampuan bertindak aktif, mampu mempengaruhi dan melakukan manajemen terhadap faktor produksi lainnya yang terlibat dalam proses produksi (Sonny, 2007).
Pekerjaan pokok  Dg. Yangga yakni sebagai nelayan penangkap ikan   dan pekerjaan sampingannya sebagai petani rumput laut. Pekerjaan sampingan ini merupakan pekerjaan yang dapat menunjang pekerjaan pokok dalam memperoleh pendapatan tambahan yang berguna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya masing-masing.


4.2         Deskripsi Kegiatan Usaha Responden
  Selain melaut untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, Daeng Yangga ini mempunyai kerja sampingan yaitu sebagai petani rumput laut. Rumput laut terbagi menjadi 3 jenis yaitu rumput laut katonik, rumput laut tambulan dan rumput laut pemburu. Adapun penjelasan dari Daeng Yangga ini yaitu pada musim hujan. Daeng Yangga, memilih untuk memasang atau mengikat rumput laut berjenis katonik yang menurutnya itu yang paling bagus dan menghasilkan hasil yang cukup lumayan. Sedangkan pada musim kemarau, Daeng Yangga ini menanam rumput laut berjenis rumput laut tambulan dan pemburu.
            Prosesnya dalam bertani rumput laut ini dimulai dengan bibit yang kemudian diikat di dalam laut dan dibiarkan di dalam laut selama 40 hari menjelang panen. Dalam 40 hari tersebut, Daeng Yangga bisa menghasilkan 200 kg yang dijualnya di gudang seharga 6ribu per kg, dari hasil penjualan rumput laut bisa menambah kebutuhan sehari-hari.
Daeng Yangga ini termasuk nelayan sambilan yaitu nelayan yang memiliki alat penangkapan  atau juga sebagai buruh pada saat tertentu melakukan kegiatan pada sektor kegiatan perikanan disamping usaha lainnya.
Secara sosial budaya, disimpulkan bahasa masyarakat nelayan memiliki ciri-ciri yang saling terikat antara satu dengan yang lainnya. Alasannya adalah terdapat interaksi sosial yang intensif antar para nelayan yang ada di daerah Galesong Utara tersebut. Dengan demikian hal tersebut dapat membangun terjalinnya hubungan kekeluargaan yang didasarkan pada simpati dan bukan didasarkan kepada pertimbangan rasional yang berorientasi kepada untung rugi. Biasanya dalam mencari nafkah  para nelayan menonjolkan sifat gotong royong dan saling membantu antar sesama. Hal tersebut dapat diamati pada mekanisme menangkap ikan baik dalam cara penangkapan maupun dalam penentuan daerah operasi.


4.3      Analisis Masalah yang Dihadapi Responden
Kurangnya bantuan-bantuan baik secara materi maupun non materi dari pemerintah sehingga nelayan-nelayan yang ada di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara ini mengalami kesulitan untuk menangkap ikan dilaut. Karena alat-alat yang digunakan setiap hari semakin kurang baik serta di desa tersebut tidak adanya penyuluh-penyuluh yang datang untuk memberikan arahan-arahan untuk meningkatkan produksi, cara-cara, dan lain-lain.
Selain daripada itu, masyarakat nelayan yang memiliki ciri tradisional kurang berorientasi kepada masa depan, penggunaan teknologi yang dipakainya masih sederhana, kurang rasional. Relatif tertutup terhadap orang luar. Padahal waktu jaman nenek moyang dahulu, para nelayan hanya menggunakan atau memakai alat-alat yang sangat-sangat sederhana, seperti perahu kecil dengan pendayung yang kecil pula. Pada zaman sekarang yang modern para nelayan telah menggunakan teknologi yang sudah maju, misalnya dengan memakai mesin tempel sebagai alat penggerak perahu serta alat penangkapannya yang lebih baik.
      Keberadaan alat-alat penangkapan yang modern tersebut menjadikan masyarakat dapat menangkap ikan lebih banyak lagi dan waktu yang diperoleh dari hasil penangkapan ikan relatif kecil. Meskipun demikian, modern tersebut tidak sepenuhnya dikembangkan oleh para nelayan. Masyarakat nelayan di Indonesia terutama di kawasan pesisir Galesong Utara masih melaksanakan kegiatan di laut secara tradisional, seperti menangkap ikan dengan jaring, pancing dan lainnya. Sehingga secara ekonomi mereka masih kurang beruntung. Padahal kalau dilihat dari hasil penangkapan ikan Daeng Yangga tersebut sangat banyak kurang lebih 100 keranjang.
Dengan semakin banyaknya teknologi penangkapan ikan, seperti jumlah perahu penangkapan ikan yang semakin meningkat , maka masyarakat nelayan Galesong  dituntut untuk dapat mengembangkan teknologi perikanan yang baik lagi melalui budaya lokal supaya mereka tidak tersingkir oleh kebudayaan kapal-kapal modern nelayan lainnya. Budaya teknologi perikanan yang harus mereka hubungkan berupa cara penangkapan ikan yang relatif modern, pemasaran ikan dan terutama pembuatan kapal perahu yang sesuai dengan teknologi perikanan yang mereka gunakan.
Masyarakat nelayan memiliki kebudayaan yang unik yang berbeda dengan masyarakat lainnya, namun sebagian besar nelayan yang ada di Galesong Utara ini tergolong masyarakat yang kurang mampu merupakan melayan artisanal yang memiliki keterbatasan kapasitas penangkapan baik penguasaan teknologi, metode penangkapan maupun pemodalan masalah kurang mampu juga disebabkan oleh adanya ketimpangan pemanfaatan sumber daya ikan.
Secara alami ada interaksi yang sangat kuat antara ketersediaan sumber daya ikan, jumlah, perilaku dan kapasitas nelayan serta ekonomi dari hasil usaha penangkapan. Oleh karena itu, kemiskinan atau kurang mampu nelayan harus dipandang sebagai suatu sistem yang memiliki komponen yang saling berinteraksi.
Daeng Yangga memakai sistem penangkapan ikan dengan menjaring menggunakan sebuah perahu. Perahu yang dipakai memiliki 4 baling-baling tidak seperti menggunakan dayung. Jaring yang digunakan Daeng Yangga bersama teman-temannya panjangnya kurang lebih 200 meter dan lebarnya tidak ditentukan dimana benangnya juga dari benang hitoron. Jaring yang diberi pemberat dari timah dan pelampung terbuat dari kayu dan gabus selain itu kalau Daeng Yangga bersama teman-temannya melaut pada malam hari. Jadi perahu besar yang mereka pakai di beri lampu untuk penerangan dan sebagai tanda supaya kelihatan oleh kapal lain.
Pengetahuan nelayan terhadap kondisi cuaca sangat penting untuk keberhasilan mereka dalam menangkap ikan dan untuk keselamatan mereka dalam mencari dan menangkap ikan di laut. Daeng Yangga dan teman-teman melautnya biasanya melihat kondisi cuaca yang baik untuk pergi melaut yaitu apabila langit dilaut cerah dan bersih tetapi apabila di laut gelap maka nelayan tidak akan pergi ke laut dikarenakan akan turun hujan dan terjadi badai sehingga dapat membahayakan keselamatan nelayan itu sendiri. Selain itu juga dengan melihat bintang pada malam hari, apabila bintang banyak dan ada diantaranya yang masuk atau berada di dalam lingkaran bulan maka diperkirakan hari tersebut baik untuk pergi melaut.




























BAB V
PENUTUP
5.1         Kesimpulan
   Upaya pemberdayaan masyarakat nelayan kecil merupakan jalan yang masih panjang dan masih penuh tantangan. Model pembangunan ekonomi yang sentralistik dan sangat kapitalistik telah melembaga sangat kuat baik secara ekonomi, politik maupun budaya, sehingga tidak mudah untuk menjebolnya. Hanya dengan komitmen yang kuat dan keberpihakan yang tulus, serta upaya yang sungguh-sungguh, pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil tersebut dapat diwujudkan.
Pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil agar mampu menjawab tantangan di era globalisasi (yaitu menuju usaha agrobisnis) membutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah, para pelaku ekonomi, rakyat, lembaga pendidikan, organisasi profesi, serta organisasi-organisasi non pemerintah lainnya. Komitmen itu dapat diwujudkan dalam bentuk memberikan kepercayaan berkembangnya kemampuan-kemampuan lokal atas dasar kebutuhan setempat.
Penguatan peran serta masyarakat petani dan nelayan kecil sebagai pelaku pembangunan, karena harus didorong seluas-luasnya melalui program-program pendampingan menuju suatu kemandirian mereka. Disamping itu pula, perlu pengembangan organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor pendukung lainnya. Dengan usaha pemberdayaan masyarakat yang demikian itu, mudah-mudahan dapat membebaskan mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
5.2         Saran
pemerintah sudah seharusnya memperhatikan nasib rakyat kecil khususnya para petani dan nelayan kecil. Seharusnya pemerintah jangan memandang sebelah mata terhadap mereka. Dengan memberikan perhatian berupa program-program yang dapat mengangkatn para petani dan nelayan kecil. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan swasembada beras dan membeli hasil pertanian para petani dengan harga tinggi.  Sedangkan untuk para nelayan kecil dapat dilakukan dengan cara meningkatkan aksesibilitas mereka pada sumber-sumber kekayaan sosial, ekonomi dan budaya.
·    Secara sosial, beban kemiskinan yang mereka hadapi akan dapat diatasi dengan cara menyediakan untuk mereka bantuan sosial.
·    Secara ekonomi,  beban mereka akan juga dapat diatasi melalui dukungan modal.
·    Secara budaya, beban mereka akan dapat mereka atasi sendiri dengan cara membangkitkan etos kerja dan kemampuan bekerja melalui peningkatan keterampilan kerja mereka.
Pendekatan sosial, ekonomi atau budaya semata untuk memberdayakan nelayan atau petani ikan hanya akan berdampak sekejap atau jangka pendek. Pemberdayaan nelayan atau petani ikan mengandung makna penyelesaian masalah kemiskinan multi dimensi sosial, ekonomi dan budaya.











Tidak ada komentar: