BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu aspek yang
memiliki peran utama dalam kesejahteraan masyarakat, khusunya masyarakat
Indonesia sendiri. Sektor pertanian memberi sumbangan yang cukup besar untuk
keberlangsungan kehidupan masyarakat, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan
konsumsi sehari-hari. Berkaitan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang
semakin pesat, mendorong berbagai sektor pertanian untuk bisa meningkatkan
produksi pertaniannya. Pertambahan
penduduk berkorelasi positif
dengan besarnya kebutuhan konsumsi, yang jelas berkaitan dengan kebutuhan
pangan masing-masing individunya agar
tetap tercipta kesejahteraan masyarakat dalam aspek ketersediaan pangan untuk masyarakat. Jika
Indonesia tidak mampu memproduksi tanaman, sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya, maka yang terjadi adalah impor pangan secara besar-besaran
(seperti saat ini) yang menyebabkan Indonesia semakin terpuruk. Untuk itu perlu
adanya berbagai upaya peningkatan produksi pertanian (khususnya bagian tanaman)
baik dari segi mutu maupun jumlah produk yang
mampu diproduksi.
mampu diproduksi.
Sektor
pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur
pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak
mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa.
Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang
menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak
terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran.
Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan
tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita
tergantung padanya.
tergantung padanya.
Ada
beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia
mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan
beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa
terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan
hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan
menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar
namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak
yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada
masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor
pertanian keseluruhan.
Ekonomi
pertanian adalah bagian ilmu pertanian yang menjelaskan fenomena pertanian dari
sudut ekonomi, atau bagian dari ilmu ekonomi yang diterapkan pada sektor pertanian. Petani,
sebagai insan yang berperan menghasilkan bahan pangan kondisinya sangat
memprihatinkan. Petani menghadapi banyak permasalahan dalam perannya menghasilkan
bahan pangan. Permasalahan petani dan pertanian di Indonesia begitu kompleks
baik secara makro maupun mikro. Secara makro masalah utama pertanian di
Indonesia adalah (1) Marginalisasi pertanian, dan (2) Exchange farmer, mayoritas umur petani saat ini 70 tahun dan yang
berumur dibawah 30 tahun jumlahnya sedikit, kebanyakan generasi muda enggan
menjadi petani. Pada
tingkat petani masalah petani juga semakin banyak. Masalah tersebut
diantaranya:
rendahnya pengetahuan/wawasan, rendahnya tingkat keterampilan, tidak memiliki kemampuan pengelolaan usaha tani, kurangnya dukungan atas modal dan sarana produksi usahatani, kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan dan konseling berupa penyuluhan dan tidak adanya wahana/tempat petani untuk belajar meningkatkan kemampuan yang dibutuhkannya.
rendahnya pengetahuan/wawasan, rendahnya tingkat keterampilan, tidak memiliki kemampuan pengelolaan usaha tani, kurangnya dukungan atas modal dan sarana produksi usahatani, kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan dan konseling berupa penyuluhan dan tidak adanya wahana/tempat petani untuk belajar meningkatkan kemampuan yang dibutuhkannya.
1.2 Rumusan Masalah
Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber daya atau
bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi. Sebagaimana halnya
dalam ekonomi pertanian maka faktor produksi dapat diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu tanah, tenaga
kerja dan modal. Menurut Abdurrahman (1982: 421) bahwa faktor produksi adalah
faktor-faktor yang dalam suatu kombinasi dipakai untuk menghasilkan suatu
barang ekonomi. Faktor produksi yang utama ialah tanah, modal, tenaga kerja dan
skill.
Pengertian-pengertian tentang faktor produksi tersebut dapat disimpulkan sebagai
sumber daya atau input yang terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal dan skill yang dibutuhkan atau digunakan
sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu komoditi yang bernilai ekonomi. Kombinasi atas sumber
daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang efisien, sehingga
akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi.
Sumber
daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumber daya
yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya
ketersediaan sumber
daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia
di muka bumi ini. Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan
kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya alam yang
tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia.
Pertumbuhan
ekonomi yang cepat memerlukan barang sumber daya yang banyak namun dapat
mengurangi sumber daya alam di bumi. Teori ekonomi yang digunakan dalam
pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam adalah fungsi
produksi. Ada delapan isu penting yang berkaitan dengan sumber daya alam yaitu
persediaan untuk kebutuhan manusia, lokasi persediaan, pergeseran ketersediaan
sumber daya alam, kebijakan penggunaan, peranan sumber daya alam dan
lingkungan, kualitas, kerusakan lingkungan dan mekanisme pasar.
Semakin besarnya teknologi yang diterapkan pada bidang pertanian maka akan meningkatkan produktifitas pertanian, yang
akan berdampak pula pada tingginya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.
Dari pernyataan di atas, dapat diuraikan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
a.
Bagaimana Sumber Daya Alam yang berpengaruh terhadap Ekonomi Pertanian di
Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara?
b.
Bagaimana teknologi yang digunakan dalam proses usaha tani di Desa Aeng
Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara?
c.
Bagaimana sistem pemasaran hasil produksi di Desa Aeng Batu-batu,
Kecamatan Galesong Utara?
d.
Apa masalah yang dihadapi petani di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan
Galesong Utara?
1.2 Tujuan
Berdasarkan
uraian di atas, adapun tujuan dari laporan ini adalah:
a.
Untuk mengetahui Sumber Daya Alam apa saja yang berpengaruh terhadap
Ekonomi Pertanian di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara.
b.
Untuk mengetahui Teknologi apa saja yang digunakan dalam proses usaha
tani di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara.
c.
Untuk mengetahui bagaimana sistem pemasaran hasil produksi di Desa Aeng
Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara.
d.
Untuk mengetahui apa masalah yang dihadapi oleh para petani di Desa Aeng
Batu-batu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sumber Daya Alam
Sumber
daya alam dan tingkat perekonomian
suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara
teoritis akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada
kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara-negara di
dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan
tingkat ekonomi yang rendah. Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut
Dutch disease.
Hal ini disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari
hasil bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada
negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara yang kaya akan sumber
daya alam juga cenderung tidak memiliki teknologi yang memadai dalam
mengolahnya. Korupsi,
perang saudara,
lemahnya pemerintahan
dan demokrasi
juga menjadi faktor penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara
terebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pembenahan sistem
pemerintahan, pengalihan investasi dan penyokongan ekonomi ke bidang industri
lain, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan
sumber daya alam. Contoh negara yang telah berhasil mengatasi hal tersebut dan
menjadikan kekayaan alam sebagai pemicu pertumbuhan negara adalah Norwegia
dan Botswana.
Dalam memahami sumber daya alam, ada dua pandangan yang umumnya
digunakan. Pertama adalah pandangan konservatif atau sering disebut juga
pandangan pesimis atau perspektif Malthusian. Pandangan kedua adalah pandangan
eksplotatif atau sering juga disebut sebagai perspektif Ricardian. Secara umum sumber daya alam
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Pertama adalah sebagai kelompok
stok. Sumber daya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga
eksploitasi terhadap sumber daya tersebut akan
menghabiskan cadangan sumber daya. Kelompok kedua adalah sumber daya alam yang disebut flows (alur). Pada jenis sumber daya ini jumlah kuantitas fisik dari sumber berubah sepanjang waktu.
menghabiskan cadangan sumber daya. Kelompok kedua adalah sumber daya alam yang disebut flows (alur). Pada jenis sumber daya ini jumlah kuantitas fisik dari sumber berubah sepanjang waktu.
Pemahaman terhadap sumber daya alam adalah memahami juga kapan sumber
daya tersebut akan habis. Biasanya tingkat kelangkaan sumber daya alam diukur
secara fisik dengan mengukur sisa umur ekonomis. Dengan berkurangnya konsumsi,
ekstransi juga berkurang sehingga faktor pembagi dalam pengukuran fisik diatas
menjadi kecil. Hal ini menimbulkan kesimpulan yang keliru karena seolah-olah
sisa ekonomis sumber daya kemudian menjadi panjang dan sumber daya alam tidak
lagi menjadi langka.
Selain konsep ekonomi dan fisik, pengukuran kelangkaan sumber daya juga
dapat didekati dari interaksi antara ketersediaan sumber daya dan biaya
ekstraksi sepanjang waktu. Dengan adanya keterkaitan ini, ada empat tipe
pengukuran kelangkaan, yakni : Sumber daya alam merupakan faktor input dalam kegiatan ekonomi. Namun
demikian, pengertian sumber daya tersebut tidak terbatas sebagai faktor input
saja karena proses produksi juga akan menghasilkan output yang kemudian menjadi
faktor input bagi kelangsungan dan ketersedian sumber daya alam.
Desa Aeng Batu-batu
yang memiliki sumber daya alam terbesar dibidang perairan ini, sehingga
masyarakat di desa ini terkenal dengan masyarakat pesisir. Meski sebagian besar
bermata pencaharian sebagai nelayan, akan tetapi masyarakatnya juga ada yang
berprofesi sebagai petani. Masyarakat desa banyak yang beralih
profesi dengan harapan dapat merubah tingkat sosial dan ekonomi yang selama ini
mereka anggap sangat kurang. Padahal daerah mereka yang secara geografis berada
di daerah pesisir sangat strategis untuk dilakukan pengembangan berbagai sumber
daya laut yang dapat menambah pendapatan mereka. Daerah pesisir dilihat dari
letaknya merupakan wilayah transisi antara ekosistem laut dengan ekosistem darat
yang memiliki sifat dan ciri yang unik. Ke arah darat wilayah pesisir meliputi
bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh
sifat-sifat laut, seperti pasang surut, angin laut, dan pembesaran air laut.
Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi
dan aliran air tawar atau yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
Sepanjang
pesisir Kecamatan Galesong Utara,
Kabupaten Takalar, terdapat potensi sumber daya laut yang belum dikelola secara
optimal sehingga memberikan pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi daerah yang belum
merata, termasuk di dalamnya taraf kesejahteraan masyarakat yang belum
mengalami peningkatan. Sumber daya yang ada di laut masih dapat dibudidayakan
secara optimal apabila dikelola secara benar. Atas dasar inilah, maka pola
pemanfaatan kekayaan sumberdaya pesisir dan laut di Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar diharapkan dapat mencapai tingkat pemanfaatan yang optimal
dan efisien sehingga tercapai pola pengelolaan wilayah pesisir yang
berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mengembangkan desa-desa pesisir yang ada di wilayah pesisir Kecamatan Galesong
Utara Kabupaten Takalar. Usaha pengembangan desa pesisir tersebut perlu
terlebih dahulu diketahui akar permasalahan dan potensi-potensi yang ada di
wilayah tersebut termasuk gambaran perilaku masyarakat dalam mengelola sumber
daya yang ada (Anonim1, 2012).
2.2 Teknologi dan
Proses Produksi Usaha Tani
Perkembangan teknologi
dan kebudayaan yang mengglobal telah mencapai ke hampir seluruh pelosok
nusantara. Hal tersebut dimotori dengan adanya media elektronik yang menjadi hal
yang sangat biasa
di masyarakat. Siaran televisi telah dinikmati oleh lebih dari 90 % penduduk Indonesia. Gaya hidup di hampir seluruh pedesaan dan perkotaan terutama di pulau Sulawesi Selatan adalah gaya hidup yang telah tersentuh oleh budaya telenovela, VCD player dan motor cina. Hal tersebut menunjukan bahwa benda-benda hasil teknologi tinggi yang juga tidak murah telah cukup akrab dengan masyarakat kita. Ironisnya yang membudaya justru televisi, VCD player dan barang-barang lain yang cenderung bersifat konsumtif. Namun barang-barang hasil teknologi tinggi yang dapat berpengaruh langsung pada produktivitas masyarakat pedesaan, seperti komputer belum menjadi barang yang cukup akrab di masyarakat kita. Padahal teknologi adalah kunci dalam peningkatan produktifitas suatu proses produksi. Efisiensi proses produksi adalah kunci bagi peningkatan taraf hidup para petani yang kini sebagian besar hidup di bawah garis kemiskinan adalah sangat ironis apabila kemajuan teknologi hanya berdampak pada sisi konsumtif namun tidak pada segi
produktif.
di masyarakat. Siaran televisi telah dinikmati oleh lebih dari 90 % penduduk Indonesia. Gaya hidup di hampir seluruh pedesaan dan perkotaan terutama di pulau Sulawesi Selatan adalah gaya hidup yang telah tersentuh oleh budaya telenovela, VCD player dan motor cina. Hal tersebut menunjukan bahwa benda-benda hasil teknologi tinggi yang juga tidak murah telah cukup akrab dengan masyarakat kita. Ironisnya yang membudaya justru televisi, VCD player dan barang-barang lain yang cenderung bersifat konsumtif. Namun barang-barang hasil teknologi tinggi yang dapat berpengaruh langsung pada produktivitas masyarakat pedesaan, seperti komputer belum menjadi barang yang cukup akrab di masyarakat kita. Padahal teknologi adalah kunci dalam peningkatan produktifitas suatu proses produksi. Efisiensi proses produksi adalah kunci bagi peningkatan taraf hidup para petani yang kini sebagian besar hidup di bawah garis kemiskinan adalah sangat ironis apabila kemajuan teknologi hanya berdampak pada sisi konsumtif namun tidak pada segi
produktif.
Penggunaan sumber daya untuk pertanian merupakan masalah teknologi. Selain itu,
penggunaan sumber daya ini tergantung pada tingkat teknologi atau metode
produksi dari berbagai cara memproduksi yang diketahui. Penggunaan traktor dibanding dengan bajak
sawah yang menggunakan kerbau, memperlihatkan bahwa penggunaan traktor lebih
cepat dan lebih efisien dibanding penggunaan kerbau sebagai pembajak sawah yang
prosesnya lama dan membutuhkan energi yang besar bagi pembajaknya. Penggunanan
mesin rontok dibandingkan dengan yang menggunakan alat patta’basa (alat untuk memisahkan bulir padi dengan tangkai padi)
bahwa yang menggunakan mesin rontok produksinya lebih cepat dan efisien dibanding yang menggunakan
alat pattabasa yang lama dan energi besar. Sehingga dengan menggunakan
teknologi maka akan mengurangi biaya dan mempercepat produksi dan akan berefek
pada pendapatan petani.
Salah
satu alternatif yang bisa dimanfaatkan dalam
mengatasi masalah perekonomian adalah dengan menerapkan
berbagai teknologi yang bisa membantu memudahkan proses produksi
tanaman-tanaman pertanian guna mencapai hasil panen yang tinggi dan
berkualitas. Teknologi sendiri bukan hanya mengacu pada bentuk alat yang digunakan,
teknologi juga mengacu pada suatu
sistem atau pola yang bisa diterapkan dalam suatu wilayah dan oleh masyarakat
setempat. Teknologi merupakan suatu hasil pemikiran manusia berupa gagasan yang
tertuang dalam sebuah tata cara atau pola dalam melakukan kegiatan dan bisa berupa alat yang bisa
langsung dimanfaatkan. Teknologi secara konseptual memiliki tiga makna prinsipil, yaitu, (1) teknologi
(secara teknis) sebagai agregat
dari semua artifak-artifak manusia yang dipergunakan, mulai dari perkakas
sampai dengan sistem teknologis kompleks yang berskala besar; (2) teknologi
sebagai agregat dari seluruh aktivitas teknis, penemuan yang bersifat invention (penciptaan) dan
discovery (penemuan),
riset dan pengembangan, dan tahapan-tahapan dalam penciptaan teknologis yang
berhasil, serta penyebarannya ke masyarakat secara luas; dan (3) teknologi
sebagai agregat dari keseluruhan pengetahuan teknis, mulai dari teknik yang
sangat khusus dan praktik-praktiknya sampai pada sistem teknologis-saintifik
teoritis termasuk pengetahuan mengenai
perekayasaan (engineering
knowladge)
dan know-how-nya.
Teknologi yang baik dan bisa termanfaatkan secara optimal, sesuai tujuan utama
dari terciptanya suatu teknologi yaitu untuk memudahkan aktivitas manusia dalam
melakukan suatu usaha, memiliki beberapa kriteria yaitu bernilai ekonomis,
ramah lingkungan, mudah diterapkan, mudah digunakan, diterima masyarakat umum,
dan mudah didapatkan. Teknologi bernilai ekonomis, tujuan utama teknologi
dengan kriteria ini agar teknologi tersebut bisa diaplikasikan oleh berbagai
kalangan terutama kalangan petani menengah ke bawah masih bisa memanfaatkan
teknologi tersebut, terutama dalam hal biaya yang harus dikeluarkan untuk
memanfaatkan teknologi tersebut. Teknologi bersifat ramah lingkungan dengan
tujuan untuk menjaga stabilitas lingkungan, terutama di sekitar komoditi yang
dibudidayakan dan pertanian masih bisa dilaksanakan secara berkelanjutan.
Teknologi harus mudah diterapkan agar bisa dijangkau oleh petani dari SDM yang
rendah sampai SDM yang tinggi namun teknologi tersebut masih efektif jika
diterapkan, sehingga teknologi tersebut tidak hanya tertuju pada kalangan
petani tertentu. Teknologi harus mudah didapatkan agar bisa dimanfaatkan oleh seluruh
masyarakat, jika sulit didapatkan maka teknologi tersebut akan sia-sia, tidak
bersifat general (umum), dan jika teknologi tresebut tidak bisa diterima
masyarakat berarti teknologi tersebut kurang baik untuk diterapkan pada wilayah
tersebut dengan kondisi masyarakat di wilayah tersebut, jika tidak diterima
maka teknologi tersebut dirasa
merugikan jika tetap digunakan.
Teknologi
yang tepat dan sesuai akan membantu meningkatkan produksi tanaman secara tidak
langsung. Misalnya teknologi yang diterapkan
oleh masyarakat Desa Aeng Batu-batu yang digunakan saat
kegiatan produksi, yang juga meliputi budidaya akan membantu mempermudah
berlangsungnya kegiatan
produksi. Sebagaimana beberapa contoh teknologi yang telah disebutkan, bahwa
teknologi-teknologi tersebut diciptakan untuk mempermudah cara-cara dalam
berbudidaya tanaman, menciptakan produk-produk yang berkualitas bernilai jual
tinggi, menciptakan tanaman dengan hasil panen yang tinggi. Teknologi yang
tepat berkorelasi positif dengan peningkatan produksi tanaman dibandingkan
dengan kegiatan produksi yang biasa-biasa saja tanpa adanya teknologi (Anonim2, 2012).
Soekartawi
(2003) menjelaskan bahwa
tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti produktifitas
yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya
secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai
bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga
produksi tinggi tercapai. Bila petani mendapat keuntungan besar dalam
usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi efisien secara alokatif.
Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi pada harga murah dan
menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani
mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
Faktor produksi dalam usahatani atau
merupakan unsur-unsur pokok dalam usahatani adalah merupakan faktor-faktor
utama yang diperlukan dalam usahatani. Faktor-faktor produksi merupakan input
dalam proses produksi pertanian. Proses produksi pertanian adalah proses yang
mengkombinasikan faktor-faktor produksi pertanian untuk menghasilkan produksi
pertanian (output).
Unsur-unsur pokok dalam usahatani atau faktor-faktor
produksi pertanian meliputi tanah (lahan), tenaga kerja, modal dan manajemen
(pengelolaan). Menurut Soekartawati (2003), secara garis besar input dapat
dikelompokkan dalam lahan (A), tenaga kerja (L) dan modal (C). Produksi juga dipengaruhi oleh lingkungan usahatani (E),
teknologi (T) dan karakteristik sosial petani (S). Apabila ditulis dalam sebuah
fungsi matematika, maka produksi (Q) merupakan fungsi (dipengaruhi oleh) faktor
lahan, tenaga kerja, modal, lingkungan, teknologi dan karakteristik sosial
petani, atau bisa dituliskan sebagai: Q
= f (A, L, C, E, T, S).
a. Faktor produksi lahan/tanah
Lahan pertanian menjadi
perbincangan dunia, karena terjadinya proses dehumanisasi dalam sistem produksi
pertanian feodalistik, karena terjadi ketika para petani tidak berlahan menjadi
penggarap tanah para tuan tanah ataupun pemilik tanah. Para petani yang menumpang
itu lama-kelamaan berubah menjadi petani gurem yang selain bertani pada ladang
terbatas, juga bekerja pada tuan tanah. Tuntutan reformasi agraria terhenti
dengan adanya program revolusi hijau, tidak ada lagi sistem rembug desa atau
gotong royong untuk menentukan komoditas
apa yang akan ditanam. Sehingga semakin punahnya benih
padi lokal, yang sejak lama menjadi fundamen bagi petani untuk mengontrol
kehidupan pertaniannya.Hak-hak petani laki-laki maupun perempuan menghilang
seiring hilangnya kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan penyediaan sumber daya
genetik tanaman.
Masalah
lingkungan dan ancaman degradasi lahan di negara-negara berkembang sebagian
besar disebabkan karena eksploitasi lahan yang berlebihan dan penggundulan
hutan sehingga akan terjadi erosi tahah, hilangnya lahan tadah hujan,hilangnya
kesuburan tanah dan sebagainya. Penyebaran varietas-varietas modern, irigasi,
pupuk buatan dan mesin-mesin pertanian mengakibatkan pertumbuhan dinamis dalam
pertanian, namun juga menimbulkan banyak masalah pada
lahan pertanian.
lahan pertanian.
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi
insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan
produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor
produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik,
pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu,
tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian)
dan berdasarkan sifat kerjanya.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi:
1.
Tenaga kerja terdidik,
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja
yang memerlukan pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya,
misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum.
2.
Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terampil adalah
tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan
tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir,
tukang las, dan sopir.
3. Tenaga kerja tidak
terdidik dan tidak terlatih
Tenaga
kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang tidak membutuhkan
pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu,
pemulung, dan lain-lain. Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi
menjadi tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani
adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru,
editor, konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah
tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya
tukang las, pengayuh becak, dan sopir.
Dalam usahatani, Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha
untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian
dalam arti luas yang meliputi usahatani
pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut. Petani memiliki banyak
fungsi dan kedudukan atas perannya, antara lain
a.
Petani sebagai
pribadi
b.
Petani sebagai
kepala keluarga
c.
Petani sebagai guru (tempat bertanya bagi petani lain)
d.
Petani sebagai
pengelola usahatani
e.
Petani sebagai
warga sosial, kelompok
f.
Petani sebagai
warga negara
c.
Faktor
Produksi Modal
Modal secara harfiah berarti segala sesuatu
hasil karya pemikiran manusia baik secara fisik dan nonfisik yang digunakan
untuk kegiatan ekonomi atau produksi agar tujuan tercapai lebih baik (efektif
dan efisien). Sedangkan dalam arti ekonomi adalah hasil produksi yang digunakan
untuk menghasilkan produksi selanjutnya. Von Bohm-Bawerk menjelaskan sebagai
berikut: Segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut
kekayaan masyarakat. Kekayaan itu sebagian untuk konsumsi dan sebagian untuk
memproduksi barang-barang baru, inilah yang disebut modal masyarakat atau modal
sosial. Perkataan modal atau kapital dalam arti sehari-hari digunakan dalam
bermacam arti, yaitu modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang dan
modal dapat mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, dan ini terlepas
dari kerjanya.
Menurut sifatnya modal dibagi menjadi:
ü Modal
tetap adalah barang-barang modal yang digunakan dalam proses produksi yang
dapat digunakan beberapa kali. Meskipun akhirnya modal itu tandas atau habis
juga, tetapi sama sekali tidak terhisap dalam hasil. Contoh modal tetap :
mesin, bangunan, alat-alat pertanian.
ü Modal
bergerak adalah barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi dan
habis terpakai dalam proses produksi. Contoh modal bergerak: pupuk, bahan
bakar, bahan mentah.
Berdasarkan
sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal
sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya
setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang
bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.
Berdasarkan
bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret
adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnya
mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal
abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai
bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek.
Berdasarkan
pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal
individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi
sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang
disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal
masyarakat adalah
modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.
modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.
Terakhir,
Modal sebagai salah satu faktor produksi bisa dibedakan kedalam: modal tetap
dan modal lancar (variabel). Modal tetap
terkait dengan modal yang tidak bisa diubah dalam jangka pendek, diantaranya
tanah (sudah dibahas tersendiri diatas), alat-alat pertanian, bangunan dan
sebagainya. Sedangkan modal lancar (variabel) adalah modal yang bisa diubah
dalam jangka pendek seperti bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan sebagainya. Pelaksanaan usahatani
memerlukan modal sehingga tidak terlepas dari masalah pendanaan dan
pengelolaaan (manajemen) keuangan.
Sumber
pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman (kredit dari bank,
dari koperasi dari tetangga atau famili), warisan, dari usaha lain dan kontrak
sewa. Modal dari kontrak sewa diatur menurut jangka waktu tertentu, sampai
peminjam dapat mengembalikan, sehingga angsuran (biasanya tanah, rumah dll)
menjadi dan dikuasai pemilik modal.
d. Faktor Produksi Manajemen
Pengelolaan
usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir,
mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang
dikuasai/dimiliknya sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan.
Modernisasi dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan
agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen usaha yang
profesional. Oleh sebab itu, kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu
didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan
potensi pasar, serta pemupukan modal/
investasi.
investasi.
2.3
Proses Pemasaran Produk
Dalam
kaitan dengan agribisnis padi, ada dua tahap pemasaran yang dilakukan oleh
masyarakat, yaitu: (1) pemasaran gabah dari petani yang pada umumnya bermuara
di penggilingan, (2) pemasaran beras dari penggilingan yang bermuara pada
konsumen (rumah tangga) terutama di kawasan timur Indonesia (KTI) dan
perusahaan yang mengolah beras menjadi produk lain. Ada sejumlah petani yang
volume produksinya cukup besar yang mampu menjual langsung gabahnya ke
penggilingan baik secara bebas, atau karena ada ikatan yang sudah terbentuk
sebelumnya (kontrak jual-beli tidak tertulis, atau ikatan utang piutang). Ada
juga petani yang menjual gabahnya kepada pedagang pengumpul yang melakukan
operasi pembelian gabah dari desa ke desa. Operasi pembelian gabah ini
kadang-kadang dilakukannya sendiri, kadang-kadang juga lewat pengumpul lain
yang lebih kecil dan bersedia menjadi agen untuknya. Bahkan bisa juga terjadi,
agen terakhir ini tidak bertransaksi membeli gabah petani, tapi sekedar
mempertemukan petani dengan pedagang pengumpul gabah. Kemudian setelah
pembelian gabah dari petani mencapai volume tertentu, ia akan mengantarkan dan
menjual gabah itu ke penggilingan pilihannya sendiri. Seorang pedangan
pengumpul gabah bisa jadi mempunyai langganan lebih dari satu penggilingan yang
mungkin juga terletak di luar kabupaten tempat ia berdomisili dan beroperasi.
Pemasaran adalah salah satu
kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi.
Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting
dalam
menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi
dan konsumsi.
menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi
dan konsumsi.
Selain itu pemasaran adalah aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui
pedagang perantara ke konsumen. Definisi lain menyatakan bahwa pemasaran
adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu/kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Pemasaran
melibatkan banyak kegiatan yang berbeda yang menambah nilai produk pada saat
produk bergerak melalui sistem tersebut.
Kegiatan-kegiatan dalam usaha pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan barang/jasa
dari tangan produsen ke tangan konsumen saja dengan sistem penjualan, tetapi
banyak kegiatan lain yang juga dijalankan dalam kegiatan pemasaran. Penjualan
hanyalah salah satu dari berbagai fungsi pemasaran. Apabila pemasar melakukan
pekerjaan dengan baik untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen, mengembangkan
produk dan menetapkan harga yang tepat, mendistribusikan dan mempromosikannya
secara efektif, maka akan sangat mudah menjual barang-barang tersebut.
Konsep
paling pokok yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Dengan adanya perkembangan jaman, kebutuhan
berkembang menjadi suatu keinginan mengkonsumsi suatu produk dengan ciri khas
tertentu. Munculnya keinginan akan menciptakan permintaan spesifik
terhadap suatu jenis produk. Seseorang dalam menentukan keputusan
pembelian akan mempertimbangkan nilai dan kepuasan yang akan didapat dari
mengkonsumsi suatu produk. Apabila
konsumen yakin akan nilai dan kepuasan yang akan didapat, maka konsumen akan
melalukan pertukaran dan transaksi juall beli barang dan jasa. Hal inilah
yang mendasari terjadinya pasar.
Strategi
pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dimana strategi
pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Hal ini
juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan
besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk
mencapai tujuannya. Sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya diperlukan
adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya. Karena pada saat kondisi
kritis justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan terhadap
pendapatan masyarakat. Pemasaran menurut W. Y. Stanton pemasaran adalah sesuatu
yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan
dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang
dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
Menurut Anonim3, dalam pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan
dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu: konsep produksi,
konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran sosial, dan
konsep pemasaran global.
1. Konsep
produksi
Konsep produksi
berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dimana-mana dan
harganya murah. Konsep ini berorientasi pada produksi dengan mengerahkan
segenap upaya untuk mencapai efesiensi produk tinggi dan distribusi yang luas.
Disini tugas manajemen adalah memproduksi barang sebanyak mungkin, karena
konsumen dianggap akan menerima produk yang tersedia secara luas dengan daya
beli mereka.
2. Konsep
produk
Konsep
produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu,
performansi dan ciri-ciri yang terbaik. Tugas manajemen disini adalah membuat
produk berkualitas, karena konsumen dianggap menyukai produk berkualitas tinggi
dalam penampilan dengan ciri – ciri terbaik
3. Konsep
penjualan
Konsep penjualan
berpendapat bahwa konsumen, dengan dibiarkan begitu saja, organisasi harus
melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif.
4. Konsep
pemasaran
Konsep
pemasaran mengatakan bahwa kunsi untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang
diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.
5. Konsep
pemasaran sosial
Konsep
pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas organisasi adalah menentukan
kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan
yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripasda para
pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan
masyarakat.
6. Konsep
Pemasaran Global
Pada konsep pemasaran
global ini, manajer eksekutif berupaya memahami semua faktor- faktor lingkungan
yang mempengaruhi pemasaran melalui manajemen strategis yang mantap. tujuan
akhirnya adalah berupaya untuk memenuhi keinginan semua pihak yang terlibat
dalam perusahaan.
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI
3.1. Kondisi
Geografis
Desa Aeng Batu-batu termasuk dalam wilayah Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Kabupaten
Takalar Terletak di bagian Selatan Sulawesi Selatan dengan posisi antara 5P˚P3’ – 5P˚P38’ Lintang
Selatan dan 119P˚P22’ – 119P˚P39’ Bujur Timur, mempunyai
batas-batas sebagai berikut :
*
Sebelah Utara :
Kota Makassar dan Kabupaten Gowa
* Sebelah Selatan :
Laut Flores
*
Sebelah Timur :
Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Gowa
*
Sebelah Barat :
Selat Makassar
Ibukota
Kabupaten Takalar adalah Pattallassang, terletak 29 km arah selatan dari Kota Makassar ibukota
Propinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kabupaten Takalar adalah sekitar 566.51
km, dimana 240.88 km diantaranya merupakan wilayah pesisir dengan panjang garis
pantai sekitar 73 km.
Secara
administrasi pemerintah wilayah Kabupaten Takalar tahun 2012
terdiri dari 9 kecamatan dan 83 wilayah desa/kelurahan. 6 kecamatan merupakan daerah
pesisir, yaitu Kecamatan Mangarabombang
dengan luas 100,50 km2
terdiri dari 12 desa/kelurahan.
Kecamatan Mappakasunggu dengan luas wilayah 45,27 km2 terdiri dari 6 desa/kelurahan. Kecamatan
Sanrebone dengan luas wilayah 45,27km2 terdiri dari 5 desa. Kecamatan Galesong Selatan
dengan luas wilayah 24,71 km2
dan terdiri dari 9 desa. Kecamatan Galesong dengan luas
25,93 km2 dan
terdiri dari 12 desa. Kecamatan Galesong Utara dengan luas
15,11 km2
terdiri dari 8 desa. Tiga kecamatan lainnya adalah Kecamatan Polongbangkeng
Selatan dengan Luas 88,07 km2
terdiri dari 8
desa/kelurahan. Kecamatan Polongbangkeng Utara dengan luas 212,25 km2 terdiri dari 15 desa/ kelurahan, dan Kecamatan Pattallassang dengan luas 25,31 km2 terdiri dari 8 kelurahan.
desa/kelurahan. Kecamatan Polongbangkeng Utara dengan luas 212,25 km2 terdiri dari 15 desa/ kelurahan, dan Kecamatan Pattallassang dengan luas 25,31 km2 terdiri dari 8 kelurahan.
Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Takalar Menurut Kecamatan dan jumlah
desa/kelurahan:
No
|
Kecamatan
|
Desa/kelurahan
|
Luas
Area (km2)
|
1.
|
Mangarabombang
|
12
|
100,50
|
2.
|
Mappakasunggu
|
6
|
45,27
|
3.
|
Sanrobone
|
5
|
29,36
|
4.
|
Polongbangkeng Selatan
|
8
|
88,07
|
5.
|
Pattalassang
|
8
|
25,31
|
6.
|
Polongbangkeng Utara
|
15
|
212,25
|
7.
|
Galesong Selatan
|
9
|
24,7
|
8.
|
Galesong
|
12
|
25,93
|
9.
|
Galesong Utara
|
8
|
15,11
|
10.
|
Kabupaten
Takalar
|
83
|
566,51
|
Sumber : Data Sekunder, 2012
Topologi wilayah
Kabupaten Takalar terdiri dari daerah pantai, dataran dan perbukitan. Di bagian
barat adalah daerah pantai dan dataran rendah dengan kemiringan antara 0-3 derajat sedang
ketinggian ruang bervariasi antara 0-25, dengan batuan penyusun geomorfologi
dataran didominasi endapan alluvial, endapan rawa pantai, batu gemping, terumbu
dan tula serta beberapa tempat batuan lelehan basal.
Secara
hidrologis Takalar beriklim tropis dengan dua musim hujan dan musim kemarau.
Musim hujan biasanya
terjadi antara bulan November hingga bulan Juni, tetapi
karena faktor alam antara musim penghujan dan musim kemarau sudah tak pasti.
3.2 Keadaan
Penduduk
3.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Keadaan
penduduk di Kecamatan Galesong Utara, pada data yang diperoleh menunjukkan
bahwa jumlah penduduk
berjenis kelamin perempuan adalah lebih banyak dibanding yang berjenis kelamin
laki-laki. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2.
Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, di Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Jenis Kelamin
|
Kecamatan Galesong
Utara
|
Persentase
|
Laki – laki
|
11.377
|
46.7%
|
Perempuan
|
12.975
|
53.3%
|
Jumlah
|
24.352
|
100%
|
Sumber ; Data Sekunder, 2012
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah total penduduk di Kecamatan Galesong Utara adalah sebesar 24.352 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 11.377 jiwa
(46,7%), dan jumlah
penduduk perempuan sebesar 12.975 jiwa
(53.3%). Jumlah penduduk yang
demikian itu dapat menjadi sebuah potensi bagi Desa tersebut, utamanya dalam
hal tersedianya tenaga kerja. Namun yang merupakan keumuman di masyarakat bahwa
tenaga kerja laki-laki adalah lebih besar penilaiannya dibanding tenaga kerja
perempuan.
Akan tetapi meskipun menghadapi kenyataan yang demikian, masing-masing
mempunyai spesialisasi dalam pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soekartawi (2003), bahwa kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Dalam hal ini baik pria maupun wanita pastinya memiliki kemampuan
secara fisik maupun mental yang berbeda-beda sehingga kualitas kerjanyanya pun
juga mengarah pada suatu perbedaan, makanya kebanyakan pekerjaan pria lebih
banyak mempunyai kualitas kerja yang baik dan bisa dikatakan lebih produktif
dibandingkan pekerja wanita.
3.2.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Keadaan penduduk Kecamatan Galesong Utara, ketika
ditinjau dari segi mata pencaharian, maka data yang diperoleh menunjukkan
keadaan yang cukup beragam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3. Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Pekerjaan
|
Kecamatan Galesong Utara
|
Persentase
|
PNS
|
5
|
4.59%
|
TNI/POLRI
|
3
|
2.75%
|
Guru
|
8
|
7.34%
|
Petani
|
10
|
9.17%
|
Nelayan
|
55
|
50.46%
|
Buruh
|
15
|
13.76%
|
Wiraswasta
|
13
|
11.93%
|
Jumlah
|
109
|
100%
|
Sumber ; Data Sekunder, 2012
Tabel 3 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Kecamatan Galesong Utara relatif bervariasi, dimana jumlah total angkatan kerja
di Desa tersebut adalah sebanyak 109 jiwa. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian
sebagai nelayan yaitu 55 jiwa (50.46%), dan
sebagian kecil bermata pencaharian sebagai petani yaitu 10 jiwa (9.17%). Sebagai petani masyarakat sekitar memanfaatkan lahan
untuk usahatani padi, jagung, kacang
tanah, ubi kayu,dan lain-lain dengan menggunakan sistem tadah hujan sehingga
produksi yang mereka peroleh hanya setahun sekali. Hal inilah yang
menyebabkan sebagian besar
penduduk setempat memiliki
mata pencaharian lebih dari satu, jadi selain berusahatani mereka juga
memanfaatkan waktu untuk mencari penghasilan di bidang lain seperti nelayan, wiraswasta, buruh dan lain-lain. Sesuai dengan pendapat Nainjolan (2005),
bahwa sumber perekonomian dapat menentukan tingkat dari kemakmuran serta taraf
hidup suatu masyarakat dan juga dapat menentukan kedudukan/status dari penduduk
itu sendiri.
3.2.3 Penduduk
Berdasarkan Umur
Umur
seseorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas petani dalam mengelolah
usahataninya, dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berpikir.
Makin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam
mengelola usahataninya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya
tua. Selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung
resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan usahataninya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kisaran umur peternak adalah umur 14 – 54 tahun. Berdasarkan
klasifikasi umur, dimana umur 14 – 54 tahun dikatakan sebagai umur produktif
sehingga sangat potensial dalam
mengembangkan usahataninya.
Perlu kita ketahui bahwa
petani kita di indonesia 80% adalah petani tua rata-rata petani Indonesia diatas 50 tahun usianya, 15% usia diantara 40-50
tahun, itu termasuk usia tua juga.
Sedang petani muda hanya 5%
saja. Petani indonesia rata-rata
hidup miskin karena hasil pertanian dihargai tidaklah semestinya. Hasil panen dengan pengeluaran
tidak seimbang, lebih banyak pengeluaranya dari pada hasil panenya karena hasil
panennya dihargai sangatlah murah ditambah petani indonesia banyak yang sudah
tua sehingga pengusaha atau spekulan sangat merajalela dengan seenaknya mereka membeli hasil
panen dengan harga sangat murah, malah ada juga yang
melakukan monopoli
dengan dalih dapat bantuan/subsidi buntut-buntutnya hanya ingin menguasai dan
memonopoli
pertanian Indonesia. Maka
itu ayolah pemuda Indonesia
sudah saatnya menjadi petani muda, sudah waktunya regenerasi pertanian
indonesia, jika
tidak ada regenerasi dibidang pertanian niscaya lambat laun Indonesia semakin terpuruk
sebab satu-satunya perekonomian di Indonesia
yang belum di kuasai oleh orang asing seperti cina adalah dibidang pertanian, pertanian Indonesia jangan sampai
dikuasai oleh orang asing jika ini terjadi indonesia semakin terpuruk, dibidang pertanian, kita
bisa berbuat banyak untuk memajukan Indonesia. Inilah peluang bagi pemuda
untuk berbisnis dibidang pertanian membantu
para petani untuk menjual hasil panenya langsung kepada home industri makanan
seperti UKM, agar
pendapatan petani lebih untung sebab petani kita adalah pribumi, UKM kita juga
rata-rata pribumi ini agar orang asing seperti cina tidak mendominasi
perekonomian Indonesia.
3.2.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat kesejahteraan hidup orang tersebut. Hal ini disebabkan oleh tingginya
penghargaan masyarakat terhadap orang yang mengenyam pendidikan tinggi, dan dalam
dunia usaha, penghargaan tersebut diwujudkan dalam bentuk upah yang biasanya
lebih besar dibanding orang yang hanya berpendidikan rendah. Sejalan dengan hal
ini, Soekartawi (2003:10) menyatakan bahwa: “mereka yang berpendidikan dan
berketerampilan tinggi mendapatkan upah yang relatif lebih tinggi dan begitu
pula sebaliknya.”
Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para petani merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya. Walaupun seseorang memiliki
kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan pengetahuan maka
usaha yang dikelola tidak akan mengalami peningkatan, di mana makin tinggi
tingkat pendidikan petani maka makin banyak pula informasi-informasi yang dapat
dicerna sehubungan dengan peningkatan produksi usahataninya. Adapun pendidikan yang
dimaksud di sini adalah pendidikan
formal maupun nonformal.
Pendidikan formal diperoleh
melalui sekolah, sedangkan pendidikan nonformal melalui
pengalaman, informasi masyarakat atau media massa dan sebagainya (Soekartawi, 2003).
Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Galesong Utara dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012
Pendidikan
|
Kecamatan Galesong Utara
|
Persentase
(%) |
Tidak sekolah
|
25
|
29.41
|
SD
|
27
|
31.76
|
SLTP
|
20
|
23.53
|
SLTA
|
10
|
11.77
|
PTN/PTS
|
3
|
3.53
|
Jumlah
|
85
|
100%
|
Sumber ; Data Sekunder, 2012
Berdasarkan
tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah total penduduk yang sedang mengenyam
pendidikan di Kecamatan Galesong Utara adalah sebesar 85 jiwa. Kondisi penduduk pada Kecamatan ini,
ketika ditinjau dari penduduknya yang sedang mengenyam pendidikan,
mengindikasikan bahwa di desa ini minat untuk mendapatkan pendidikan tergolong rendah. Jenis
pendidikan yang memiliki jumlah penduduk yang tertinggi dan terbanyak adalah
SD/sederajat sebanyak 27 jiwa (31,76 %), dan jenis pendidikan yang memiliki jumlah penduduk
yang terendah dan terkecil yaitu PTN/PTS sebanyak
3 jiwa (3,53 %).
Hal ini
sesuai
dengan pendapat Hidayat (2007) bahwa pendidikan seseorang pada
umumnya mempengaruhi cara berpikir dan bertindak orang tersebut. Pendidikan
dapat membuat seseorang bisa menjaga cara mereka bekerja dan sikap mereka.
Maka, untuk petani sendiri, pendidikan
juga mempengaruhi cara berfikir petani, pendidikan yang relatif tinggi dan umur
yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Pendidikan yang diperoleh petani dapat melalui
pendidikan yang formal dan non formal. Bisa dari sekolah maupun dari ajaran orang lain atau
pengalaman yang telah didapatkan.
3.3
Keadaan Sarana
dan Prasarana
Sarana
adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi
sebagai alat utama dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga kepentingan yang
berhubungan dengan organisasi kerja. Sarana dan prasaran aadalah alat penunjang
keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik,
karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan
tidakakan dapat mencapa ihasil yang diharapkan sesuaidengan rencana (Munir, 2010).
3.3.1 Sarana
Pendidikan
Jumlah
sarana pendidikan yang ada di Desa Aeng Batu-Batu dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5. Jumlah Sarana Pendidikan di
Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong
Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
NO
|
Jenis Sarana Pendidikan
|
Jumlah (Unit)
|
1
|
TK
|
1
|
2
|
Sekolah Dasar (SD)
|
3
|
3
|
SMP
|
1
|
4
|
SMA
|
-
|
Jumlah
|
5
|
Sumber: Data Sekunder, 2012.
Berdasarkan tabel 5,
menunjukkan bahwa sarana pendidikan khususnya untuk Taman Kanak-kanak dan SMP
hanya ada satu.Sedangkan untuk TK berjumlah tiga. Walaupun fasilitas
yang tersedia masih sangat minim tetapi penduduk dianjurkan untuk menyelesaikan
sekolahnya.
Tingkat pendidikan petani dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam
penerapan ide-ide baru yang didapat. Petani yang berpendidikan, umumnya lebih
mudah menerima inovasi dibanding dengan petani yang tidak berpendidikan
walaupun ini tidak mutlak terjadi pada setiap petani. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soekartawi (2003), bahwa petani yang berpendidikan, lebih cepat
mengerti dan dapat memahami penggunaan teknologi baru. Dengan demikian
penerapan konsep dalam mengelola usahataninya lebih baik dan dapat tercapai
sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu
penanggulangan
masalah-masalah yang timbul
dalam usahatani lebih muda dikendalikan.
Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh dalam penentuan dan pengambilan
keputusan yang tepat untuk pengembangan usaha taninya.
3.3.2 Sarana
Transportasi
Transportasi
merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan
terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat tak terkecuali di
daerah perdesaan. Sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan
pelayanan mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung
terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah perdesaan. Dengan adanya transportasi
harapannya dapat menghilangkan isolasi dan memberi stimulan ke arah
perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan, industri maupun
sektor lainnya di daerah perdesaan.
Dengan
dibangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi masyarakat, pemberdayaan
masyarakat, khususnya dalam pembangunan perdesaan pada kawasan yang mempunyai
potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah dikembangkan. Kegiatan ekonomi
masyarakat perdesaan ini akan berkembang apabila mempunyai prasarana untuk
pemasaran. Pemasaran yang baik dan inovasi teknologi hanya bisa diperoleh
apabila akses ke daerah tersebut baik. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan
penduduk Kecamatan Galesong Utara dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel
6. Jumlah Sarana Transportasi Darat Di Desa
AengBatu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan,
2012.
Sarana
|
Jumlah
|
Mobil
|
24
|
Motor
|
301
|
Sepeda
|
97
|
Truk
|
5
|
Mikrolet
|
4
|
Ojek
|
8
|
Becak
|
2
|
Total
|
441
|
Sumber: Data Sekunder, 2012
Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa sarana transportasi dapat
digolongkan menjadi dua yaitu sarana pribadi dan sarana umum, sarana pribadi
antara lain mobil, motor, dan sepeda. Sedangkan untuk sarana umum antara lain
truk, mikrolet, ojek dan becak. Sarana pribadi di Desa Aeng Batu-Batu lebih banyak dibandingkan dengan sarana
transportasi umum. Hal ini dapat dilihat dari total jumlah sarana pribadi
berupa mobil, motor dan sepeda sebanyak 422 unit. Sedangkan saran transportasi
umum berupa truk, mikrolet, ojek dan becak berjumlah 19 unit. Hal ini
disebabkan karena mayoritas penduduk di Desa Aeng Batu-
Batu memiliki mata pencaharian ganda sehingga penghasilan yang diperoleh juga cukup memuaskan dan mampu untuk membeli
kendaraan pribadi.
Batu memiliki mata pencaharian ganda sehingga penghasilan yang diperoleh juga cukup memuaskan dan mampu untuk membeli
kendaraan pribadi.
Hal ini sesuai dengan (Anonim4, 2012), transportasi
sangat penting bagi daerah pedesaan di negara-negara yang sedang berkembang,
karena menyediakan akses bagi masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan barang
dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Akses
terhadap informasi, pasar, dan jasa masyarakat dan lokasi tertentu, serta
peluang-peluang baru kesemuanya merupakan kebutuhan yang penting dalam proses
pembangunan.
Selain
sarana transportasi darat di Desa Aeng Batu-batu,
Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar juga terdapat sarana transportasi
laut. Hal tersebut di dukung karena Desa Aeng Batu-batu merupakan daerah pesisir
pantai yang aktivitas masyarakatnya lebih banyak dilakukan di laut. Untuk lebih
jelasnya mengenai sarana transportasi laut di Desa Aeng Batu-batu perhatikan data tabel 7 berikut:
Tabel
7. Jumlah Sarana Transportasi Laut Di Desa
AengBatu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan,
2012.
Sarana Transportasi
Laut
|
Jumlah
|
Kapal Motor
|
154
|
Motor Tempel
|
520
|
Perahu Layar
|
19
|
Sampan
|
154
|
Total
|
847
|
Sumber:
Data Sekunder, 2012
Tabel 7 menunjukkan jumlah sarana
transportasi laut yang ada di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten
Takalar. Sarana transportasi laut ada 4 jenis yaitu kapal motor, motor temple,
perahu layar, dan sampan. Jumlah kapal motor adalah 154 unit, motor tempel
berjumlah 520 unit, perahu layar berjumlah 19 unit, dan sampan berjumlah 154
unit. Jumlah sarana transportasi laut yang paling banyak di gunakan adalah
motor tempel, karena mayoritas penduduk di Desa Aeng Batu-batu merupakan nelayan
pencari ikan yang menggunakannya untuk menangkap ikan di laut. Sedangkan jumlah
sarana transportasi laut yang paling sedikit di gunakan adalah perahu layar,
karena masyarakat di Desa Aeng Batu-batu
lebih suka dan lebih efektif jika menggunakan perahu yang sudah memiliki mesin
pendorong di banding dengan menggunkan perahu layar yang masih memerlukan
kekuatan angin untuk mendorong perahu ke tengah laut untuk mencari ikan.
Jika
di bandingkan dengan transportasi darat, sarana transportasi laut lebih banyak
di gunakan, karena sebagian besar waktu masyarakat nelayan Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong
Utara, Kabupaten takalar, lebih banyak di habiskan di tengah laut untuk mencari
ikan sebagai nelayan untuk menghidupi keluarganya.
Transportasi laut yang merupakan salah satu bagian
dari Sistem Transportasi Nasional memegang peranan penting dan strategis dalam
mobilitas penumpang, barang dan jasa baik di dalam negeri maupun ke dan dari
luar negeri, disamping itu sebagai urat nadi kehidupan bidang ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan serta sebagai sarana untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan peranan tersebut, sudah selayaknya
apabila bangsa Indonesia memiliki sarana dan prasarana transportasi laut yang
tangguh dan potensial agar peranannya dapat berfungsi secara optimal.
3.3.3
SaranaKesehatan
Sarana kesehatan menurut Menurut Undang-undang No.23
Tahun 1992 adalah
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan sedangkan kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Tabel
8. Jumlah Sarana Kesehatan Di Desa Aeng
Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
SaranaKesehatan
|
Jumlah
|
Puskesmas/Pustu
|
1
|
Posyandu
|
6
|
Total
|
7
|
Sumber:
Data Sekunder, 2012
Berdasarkan
tabel 8, menunjukkan bahwa sarana
kesehatan di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar,
masih sangat minim. Sarana kesehatan yang ada di Desa tersebut hanya
terdiri dari 1 unit Pustu dan 6 unit sarana Posyandu. Sarana tersebut belum cukup untuk masyarakat Desa Aeng Batu-Batu yang memiliki jumlah penduduk ribuan jiwa.
terdiri dari 1 unit Pustu dan 6 unit sarana Posyandu. Sarana tersebut belum cukup untuk masyarakat Desa Aeng Batu-Batu yang memiliki jumlah penduduk ribuan jiwa.
Pembangunan
di bidang kesehatan bertujuan agar
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung
jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan
seluruh masyarakat Indonesia pemerintahan.
3.3.4 Sarana Peribadatan
Sarana
peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang
perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai
peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang
bersangkutan. Sarana
peribadatan di Desa Aeng Batu-batu
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 9. Jumlah Sarana Peribadatan di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong
Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Sarana Peribadatan
|
Jumlah
|
Masjid
|
7
|
Langgar
|
2
|
Total
|
9
|
Sumber: Data
Sekunder, 2012
Dari
Tabel 9 diatas
menunjukkan bahwa jumlah
sarana peribadatan di Desa Aeng Batu-batu
cenderung sedikit macamnya, akan tetapi dari jumlahnya sudah cukup dan memadai. Jumlah
mesjid yang tersedia di Desa Aeng
Batu-Batu sebanyak 7 Unit dan Langgar 2 unit. Langgar
merupakan tempat untuk melakukan upacara-upacara adat. Ini dapat membuktikan bahwa penduduk di Desa Aeng Batu-batu mayoritas memiliki agama Islam.
merupakan tempat untuk melakukan upacara-upacara adat. Ini dapat membuktikan bahwa penduduk di Desa Aeng Batu-batu mayoritas memiliki agama Islam.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Profil Petani Responden
Identitas
seseorang menggambarkan kondisi atau keadaan serta status orang tersebut.
Identitas seorang petani penting untuk diketahui agar dapat diketahui sudah
berapa lama ia bekerja dalam bidang pertanian. Identitas responden meliputi
umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, tanggungan keluarga, luas dan
status lahan garapan, dan pola penggunaan tenaga kerja dalam usahatani.
Identitas seorang informan dapat memberikan informasi tentang keadaan
usahataninya, terutama dalam peningkatan produksi serta pendapatan yang mereka
peroleh.
Menurut
Amri Marsali, Petani
adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata
pencaharian utamanya. Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu
petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan, dan
buruh tani. Secara umum, petani bertempat tinggal di pedesaan dan sebagian
besar di antaranya, terutama yang tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk
di asia Tenggara, hidup di bawah garis kemiskinan.
Dalam menjalankan
kegiatan usahatani, petani mempunyai peranan yaitu sebagai penggerak dan
manajer. Petani inilah yang mengatur dan memelihara pertumbuhan
tanaman dalam usahanya mulai dari pengolahan lahan sampai panen. Namun, petani mempunyai kemampuan
yang berbeda antara petani yang satu dengan petani yang lain. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor-faktor sifat umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan
keluarga, dan pendapatan. Faktor-faktor tersebut menjadi tolak ukur dalam
mengidentifikasi petani dalam upaya penyebaran informasi dan inovasi kepada
petani. Dengan adanya identitas
petani responden maka akan memudahkan dalam menganalisis usahataninya (Mosher, 2008).
Adapun
data petani responden yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Tabel
10.
Nama Petani Responden di Desa Aeng
Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan,
2012.
Nama
|
Umur (thn)
|
J.Tnggngn Keluarga
|
Pendidikan
|
Sumber Penghasilan
|
Pendapatan Perpanen (Rp)
|
||
Utama
|
Sampingan
|
Utama
|
Sampingan
|
||||
Bapak Abu
|
43 tahun
|
5 orang
|
SMA
|
Petani
|
Buruh Bangunan
|
2.925.000
|
7.200.000
|
Daeng Sugi
|
55 Tahun
|
3 Orang
|
SD
|
Petani
|
-
|
3.640.000
|
-
|
Hamdan dg. Tawang
|
56 tahun
|
3 0rang
|
SD
|
Petani
|
Buruh Bangunan
|
1.950.000
|
8.000.000
|
Sumber: Data
Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan tabel
10, Responden pertama bernama Bapak Abu, sekarang beliau berumur 43 tahun dan
memiliki seorang istri yang bernama Ibu Sumariah. Mereka telah menikah selama
23 tahun. Semenjak menjadi seorang kepala keluarga, Bapak Abu banting tulang
untuk membiayai keluarganya yang jumlahnya 5 orang yaitu istri dan empat orang
anaknya. Setiap hari Bapak Abu harus berangkat ke lahan yang digarapnya dan
pulang menjelang petang. Kegiatan ini setiap hari beliau lakukan pada masa
panen. Akan tetapi pada masa beliau tidak beraktifitas di lahan yang digarapnya,
beliau bekerja sebagai buruh bangunan yang menjadi pekerjaan sampingannya. Dari
pekerjaannya sebagai petani dan buruh bangunan beliau dapat membiayai
pendidikan anak-anaknya dan juga memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Dari luas lahan yang digarapnya seluas 40 are beliau memperoleh pendapatan tiap
panen Rp. 2.925.000,-. Sedangkan pekerjaannya sebagai buruh bangunan pada 6
bulan terakhir beliau dapatkan sekitar Rp. 7.200.000,-. Hasil dari pendapatan
tersebut beliau berikan kepada istrinya untuk dia kelola dan simpan untuk
persediaan 6 bulan kedepannya. Pendidikan terakhir Bapak Abu yaitu Sekolah
Menengah Atas (SMA). Tetapi, sempat meneruskan pendidikannya ke jenjang
perguruan tinggi selama empat bulan tapi karena orang tuanya meninggal, jadi
beliau tidak mampu membiayai kuliahnya dan akhirnya beliau tidak meneruskan
pendidikannya.
Berdasarkan
tabel 10, responden kedua adalah Ibu Daeng Sugi. Beliau lahir pada tahun 1957
dan saat ini telah berumur 55 tahun. Beliau memiliki seorang suami yang bernama
Bapak Idris Daeng Sika. Beliau telah menikah selama 30 tahun. Saat ini Ibu
Daeng Sugi harus bekerja membantu suaminya yang berprofesi sebagai petani dan
menggarap lahan yang luasnya 40 are bersama dengan suaminya. Dalam memenuhi
kebutuhan pendidikan anak-anaknya beliau harus bekerja keras untuk
menyekolahkannya. Meski berpikir pendidikan adalah hal yang paling utama bagi
anaknya, akan tetapi kedua anaknya hanya bisa bersekolah sampai pada tahap
Sekolah Dasar (SD) sama dengan pendidikan dengan kedua orang tuanya. Dalam
memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya, Ibu Daeng Sugi tidak mampu lagi
membiayai pendidikannya. Kedua anaknya, sehingga mereka berdua juga harus
membantu kedua orang tuanya mencari nafkah. Anak yang pertama Daeng Sugi
bernama Romlah yang saat ini bekerja sebagai cleaning service di GTC sedang
anak yang keduanya bernama Supriadi yang saat ini bekerja sebagai tukang batu.
Jadi kedua anaknya tersebut saat ini telah membantu kehidupan sehari-hari orang
tuanya. Mereka tidak lagi mengandalkan pendapatan yang di dapat oleh orang tua
mereka, akan tetapi mereka dapat mengandalkan gaji mereka sendiri.
Berdasarkan
tabel 10, responden yang ketiga bernama Hamdan Daeng Tawan. Beliau sekarang
berumur 56 tahun yang memiliki tanggungan 3 orang dalam keluarganya. Pendidikan
terakhir beliau hanya sampai pada jenjang SD saja, karena keluarganya pada saat
itu tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkan beliau. Pekerjaaan pokok Hamdan
Daeng Tawan adalah seorang petani yang beliau kelolah bersama dengan
anak-anaknya. Namun penghasilan dari hasil bertani tersebut tidak memenuhi
kebutuhan keluarganya sehingga Hamdan Daeng tawan harus bekerja sebagai buruh
bangunan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan keluarga beliau. Produktivitas
lahan yang bapak Hamdan kelolah setiap kali panen yaitu Rp 1.950.000,-.
Sedangkan untuk
pekerjaan sampingannya yakni sebagai buruh bangunan beliau memperoleh pendapatan Rp. 8.000.000,- selama 6 bulan. Hasil dari pekerjaannya tersebut beliau manfaatkan untuk kebutuhan sehari-harinya.
pekerjaan sampingannya yakni sebagai buruh bangunan beliau memperoleh pendapatan Rp. 8.000.000,- selama 6 bulan. Hasil dari pekerjaannya tersebut beliau manfaatkan untuk kebutuhan sehari-harinya.
Adapun ,
responden yang kami pilih untuk menjadi pusat informasi kelompok kami adalah Daeng Sugi, dengan identitas sebagai berikut :
Tabel
11.
Identitas Petani Responden di Desa Aeng
Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan,
2012.
Nama
|
Umur (thn)
|
J.Tnggngn Keluarga
|
Pendidikan
|
Sumber Penghasilan
|
Pendapatan Pertahun (Rp)
|
||
|
Utama
|
Sampingan
|
Utama
|
Sampingan
|
|||
Daeng Sugi
|
55 tahun
|
3
|
SD
|
Petani Padi
|
-
|
3.640.000
|
-
|
Sumber: Data Primer, 2012.
Nama responden yang menjadi pusat informasi
adalah Ibu Daeng Sugi. Beliau lahir pada tahun 1957. Tepatnya pada tanggal 17 Desember
1957. Beliau telah melalui kehidupan di dunia ini sekitar 55 tahun bersama
dengan keluarga yang selalu setia menerima dan mendukungnya dari belakang.
Baginya keluarga merupakan sumber kehidupan yang tak akan tergantikan oleh
apapun. Karena sejak beliau berkeluarga sekitar 30 tahun yang lalu, beliau
memiliki kehidupan yang nyata dan lengkap. Ditemani oleh suaminya yang bernama
Bapak Idris Daeng Sika mereka melewati suka duka kehidupan ini. Bapak Idris
tidak pernah mengenyam pendidikan, karena pada waktu itu tidak banyak sekolah
yang tersedia dan orang tua dari Bapak Idris Daeng Sika tidak memiliki cukup
biaya untuk membiayai pendidikan Bapak Idris Daeng Sika. Sedangkan Ibu Daeng
Sugi hanya bisa mengenyam pendidikan sampai tamat Sekolah Dasar karena
terkendala dengan biaya.
Ibu
Daeng Sugi memiliki 2 orang anak, yang pertama bernama Romlah, yang telah
berumur 25 tahun, yang saat ini telah bekerja di GTC sebagai salah satu
karyawan Cleaning Servis. Biasanya Romlah di upah dengan gaji Rp.
1.200.000,-/bulan. Anak yang kedua Ibu Daeng Sugi bernama Supriadi, yang telah
berumur 20 tahun. Saat ini beliau bekerja sebagai tukang batu. Supriadi ini
telah bekerja selama 6 tahun sebagai tukang batu, beliau hanya menamatkan
pendidikannya sampai Sekolah
Dasar di salah satu desa tempat tinggalnya. Beliau tidak melanjutkan pendidikannya karena ingin membantu kedua orang tuanya, apalagi dia adalah anak laki-laki di keluargnya.
Dasar di salah satu desa tempat tinggalnya. Beliau tidak melanjutkan pendidikannya karena ingin membantu kedua orang tuanya, apalagi dia adalah anak laki-laki di keluargnya.
Ibu
Daeng Sugi adalah penduduk asli dari Desa Aeng Batu-batu. Beliau sejak kecil
dan tumbuh besar di desa ini, karena orang tua beliau juga merupakan warga asli
dari desa ini. Sejak menikah dengan Bapak Idris Daeng Sika, beliau bekerja
sebagai petani penggarap membantu suaminya. Beliau tidak memiliki lahan sawah
yang dapat ia garap sehingga beliau hanya menggarap sawah milik tetangganya.
Beliau biasa menggarap sawah yang luasnya sekitar 40 are. Beliau dapat
menghasilkan beras sekitar 30 karung. Akan tetapi, karena beliau hanya
menggarap sawah milik orang lain, maka hasil dari 30 karung tersebut dibagi
dengan pemilik lahan. Misalnya beliau mendapatkan 20 karung dan pemilik lahan
mendapatkan 10 karung. Sistem bagi hasil ini diterapkan antara pemilik lahan
dan penggarap ketika telah ada persetujuan antara kedua belah pihak sebelumnya.
Hasil panen beliau, biasanya dikonsumsi sendiri akan tetapi untuk memenuhi
kebutuhan lain-lainnya. Beliau juga biasa menjual ketetangganya. Akan tetapi,
sistem pemasarannya tidak sampai ke pasar, hanya dirumah mereka melakukan
transaksi jual beli, yang dijualnya seharga Rp. 5000/kilo. Dalam karung yang dihasilkan terdapat 45 kilo
beras. Jika Ibu Daeng Sugi menjualnya dengan harga Rp. 5000/kilo, maka dalam 1
karung, beliau memperoleh hasil sebanyak Rp. 225.000/karung. Karena beliau
memperoleh hasil sebanyak 20 karung, maka hasil pendapatan tiap panennya adalah
Rp. 4.500.000. Selain untuk djual, beras hasil produksinya juga beliau konsumsi
untuk dirinya dan keluarganya. Biasanya beliau menjual 5-8 karung tiap panen,
selebihnya beliau konsumsi sendiri. Dari hasil penjualan padinya, beliau
biasanya memperoleh Rp.1.125.000-1.800.000 yang beliau gunakan untuk membeli
keperluan sehari-harinya.
a.
Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun
diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
Umur sangat berpengaruh
terhadap produktivitas tenaga kerja. Dalam batas-batas tertentu, semakin
bertambah umur seseorang maka tenaga kerja yang dimiliki akan semakin
produktif, dan setelah umur tertentu produktivitas tersebut akan menurun. Umur
petani juga terkait dengan proses transfer dan adopsi inovasi teknologi, dimana
petani-petani muda cenderung bersifat lebih progresif dalam proses transfer
inovasi-inovai baru, sehingga mampu mempercepat proses alih teknologi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Soekartawi (2003),
bahwa petani-petani yang lebih muda lebih miskin pengalaman dan keterampilan
dari petani-petani tua, tetapi memiliki sikap yang lebih progresif terhadap
inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi baru akan cenderung membentuk
perilaku petani muda usia untuk lebih berani mengambil keputusan dalam
berusahatani.
Berdasarkan
data tabel 11, Responden yang bernama Daeng Sugi berumur 55 tahun. Umur tersebut
tidak termasuk golongan umur yang tergolong produktif. Tetapi karena semangat
hidup beliau yang tinggi ditambah kesehatan beliau yang alhamdulillah masih
bisa bekerja sampai sekarang beliau tetap bertani untuk mendapatkan rezeki yang
diberikan oleh Tuhan. Beliau masih mau memberikan penghidupan bagi anak-anak
dan suaminya. Sesuai dengan pendapat Soehardjo dan Patong
mengelompokkan umur berdasarkan produktif dan non produktif yaitu kisaran 15-54 tahun termasuk usia produktif sedangkan usia di atas 54 tahun tergolong non produktif.
mengelompokkan umur berdasarkan produktif dan non produktif yaitu kisaran 15-54 tahun termasuk usia produktif sedangkan usia di atas 54 tahun tergolong non produktif.
Dalam usianya yang tergolong non produktif Daeng
Sugi sangat tekun dan
terlihat kuat dalam bekerja untuk menghidupi keluarganya. Tentu saja Daeng Sugi
bekerja untuk mendapatkan upah agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tua
mudanya usia seseorang berpengaruh pada kemampuannya dalam bekerja. Jika
seseorang memiliki usia produktif maka akan mempengaruhi pendapatan yang
diperoleh karena semakin muda usia seseorang maka tingkat kemampuan dalam
bekerja akan baik, dan jika kemampuan dalam bekerja baik maka pendapatan yang
diperoleh pun juga akan sesuai dengan kualitas dalam bekerja. Petani
yang berumur muda lebih fleksibel dalam usahataninya dan juga petani yang
berumur muda dengan tingkat pendidikan yang lebih baik akan berusaha untuk
meningkatkan usahataninya. Sebaliknya petani yang berumur tua berusaha
mempertahankan sistem pertanian yang turun temurun dan masih bersifat
tradisional dan menerapkan cara yang didapat dari orang tua dan nenek moyangnya.
b. Pendidikan
Menurut Kementerian Pendidikan
Republik Indonesia, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Semakin
tinggi tingkat pendidikan penduduk/masyarakat, maka akan semakin tinggi pula
kualitas penduduk (sumber daya manusia). Tingkat pendidikan sangat terkait
dengan tingkat kemampuan mengadopsi inovasi teknologi. Diharapkan semakin
tinggi tingkat pendidikan maka proses alih teknologi akan berjalan lebih cepat
dan lebih baik.
Responden
pada tabel 11 yaitu Daeng Sugi hanya menyelesaikan pendidikan hingga tamat
Sekolah Dasar (SD), dimana tingkat pendidikan yang dialami oleh responden masih
rendah. Tetapi tingkat pendidikan tidak membuat Ibu Daeng Sugi berhenti
bekerja, malah sebaliknya beliau giat bekerja sebagai petani agar dapat
menghidupi keluarganya sehari-
hari. Sekolah tinggi tidak diperlukan oleh Ibu Daeng Sugi karena menurut beliau orang yang sekolah tinggi akan mencari pekerjaan pula pada akhirnya.
hari. Sekolah tinggi tidak diperlukan oleh Ibu Daeng Sugi karena menurut beliau orang yang sekolah tinggi akan mencari pekerjaan pula pada akhirnya.
Meskipun pendidikan Daeng Sugi sebatas SD namun pengalaman yang dimilikinya tidak serendah
pendidikannya. Pengalaman yang dimiliki Daeng Sugi diperoleh dari bapak Daeng Sugi yang juga
berprofesi sebagai petani. Tentu saja pengalaman yang diperoleh Daeng Sugi sangat membantu dalam kegiatan usaha taninya.
Sesuai dengan pendapat Patong (2006) bahwa pendidikan dan pengalaman pada umumnya akan
mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan petani yang relatif tinggi
menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan
adanya pendidikan yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan
petugas penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani
akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh para penyuluh.
Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah yaitu pendidikan formal, non
formal dan informal. Pendidikan formal dapat diperoleh melalui bangku sekolah,
informal melalui kursus-kursus dan nonformal melalui pengalaman-pengalaman dari
masyarakat.
Namun demikian, pendidikan
masih merupakan konsep yang belum jelas, bahkan masih terus diperdebatkan di
kalangan para orang tua di Desa Aeng Batu-batu yang sebagian besar
bermatapencaharian sebagai petani. Sebagian besar dari mereka memiliki
pandangan bahwa pendidikan di sekolah belum atau tidak mampu menjamin kehidupan
yang akan datang. Di lain
pihak berpendapat bahwa pendidikan tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk
mempertahankan tradisi bertani yang mereka jalani. Pandangan terakhir selalu
beranggapan bahwa informasi tentang pendidikan sangat mahal harganya, sehingga
masyarakat yang kehidupan sehari-harinya bertani sulit untuk mencapainya.
c. Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah
aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit,
istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam
pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Pekerjaaan adalah hal yang terkecil
dari sebuah tanggung jawab. Ada
yang lebih besar lagi yaitu tanggung jawab di keluarga dan di masyarakat yang
lebih kejam. Kita akan
kerdil apabila lari dari pekerjaan yang di berikan kepada kita dan tanggung
jawab tesebut.
Pada prinsipnya untuk
mendapatkan sebuah keberhasilan tidak ada yang mudah. Untuk mendapatkan
pekerjaan yang benar-benar
kita cintai atau impikan, kita harus mempersiapkan diri semaksimal dan harus
bersaing dengan orang-orang
yang memiliki minat yang sama. Tidak ada pilihan lain kecuali kita mesti
terus melatih diri kita, mempersiapkan diri untuk mendapatkan jenis
pekerjaan atau profesi yang sungguh sungguh kita dambakan tersebut.
Namun sementara itu belum kita dapatkan kita harus bekerja semaksimal
terhadap pekerjaan yang saat ini kita dapatkan. Bekerja apa saja jauh lebih
baik dari pada menganggur.
Adapun
pekerjaan dari responden pada tabel 11 yaitu Daeng Sugi adalah seorang petani.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pekerjaan petani merupakan pekerjaan yang
paling banyak digeluti oleh masyarakat Indonesia. Hal ini sesuai dengan
pendapat Patong (2006) yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara agraris di
mana sebagian besar masyarakatnya hidup dari mata pencaharian sebagai petani
yang bercocok tanam atau bertani.
Ibu
Daeng Sugi sangat bahagia dengan pekerjaannya sebagai
petani. Daeng Sugi sangat menekuni
pekerjaannya tersebut. Hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha taninya tidak
mengecewakan meskipun tidak sebanyak dengan penghasilan yang diperoleh petani
yang mempunyai luas lahan yang lebih. Namun hal tersebut sangat disyukuri.
Kerja
atau usaha
adalah suatu upaya untuk mempertahankan memenuhi kebutuhan hidup baik untuk
diri sendiri maupun untuk orang lain. Dengan melaksanakan kerja ini, maka kita
mempunyai harapan untuk mencapai keinginan kita dalam hidup ini. Kerja
merupakan sebab mutlak yang menyebabkan hasil. Kerja dan hasil memiliki
hubungan, namun dipengaruhi oleh faktor ke-3 yaitu rahmat Tuhan sebagai penentu
akhir.
d. Jumlah
Tanggungan Keluarga
Keluarga
merupakan semua orang yang tinggal dalam satu rumah tangga atau berada di luar
rumah tetapi menjadi tanggungan keluarga. Pada dasarnya tanggungan keluarga
dapat mempengaruhi besar kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga petani
dapat membantu kelancaran usahataninya terutama dalam hal penggunaan tenaga
kerja. Banyaknya anggota keluarga
dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan
makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak
pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup
banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan
kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak.
Petani responden kami yakni Ibu Daeng Sugi harus
memenuhi kebutuhan keluarganya yang berjumlah 3 orang, dimana diantaranya adalah
2 orang anak dan 1 orang suami yang tinggal bersama di rumah beliau. Tanggungan keluarga dapat mempengaruhi proses pengelolaan
usahataninya, dalam hal ini mengenai pendapatan petani. Semakin besar jumlah
tanggungannya maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap pendapatan petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (2003), jumlah
tanggungan keluarga sangat mempengaruhi responden dalam mengolah usahataninya,
yaitu selain karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya juga
karena anggota keluarga tersebut dapat membantu dalam mengambil keputusan dan
dalam mengelola usahataninya berupa bantuan kerja.
Pendapatan yang
diperoleh dari Daeng Sugi
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang relatif sedikit yaitu
berjumlah 3 orang. Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan
seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota
dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak pula sehingga kebutuhan
semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk
meningkatkan produksi usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga
lebih banyak. Sejalan dengan hal tersebut Moenandir
(2004), bahwa
besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga akan menentukan perilaku petani dalam
usahataninya. Makin besar jumlah
tanggungan keluarganya maka makin dinamis pula dalam usahataninya, karena ia
terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya. Tanggungan keluarga ini
sangatlah berpengaruh pada kondisi atau kegiatan keseharian petani. Kondisi
dimana petani harus bertanggung jawab langsung pada kesejahteraan orang-orang
yang tinggal dengannya. Pemenuhan kebutuhan baik sandang, pangan maupun papan
sangatlah harus diperhatikan. Seorang kepala keluarga dalam hal ini responden
sangat memahami maksud dimana keluarga yang tinggal dengannya harus dipenuhi
kebutuhannya.
e. Pendapatan
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan
nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan
mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula.
Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap
konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
Pendapatan
merupakan hasil yang diperoleh dari usaha atau pekerjaan dalam berproduksi
dengan tujuan dapat memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pendapatan yang diperoleh tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan,
sehingga untuk memenuhi semua kebutuhan yang berbeda maka perlu usaha yang
besar pada petani untuk memperoleh hasil yang banyak pula.
Penghasilan atau pendapatan yang tinggi sangat berpengaruh dalam kehidupan keluarga petani terlebih lagi jika keluarga petani cukup besar dimana masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda.
Penghasilan atau pendapatan yang tinggi sangat berpengaruh dalam kehidupan keluarga petani terlebih lagi jika keluarga petani cukup besar dimana masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda.
Penghasilan
yang diperoleh dari Ibu Daeng Sugi berasal dari pekerjaan beliau sebagai petani
penggarap. Penghasilan beliau dari pekerjaannya sebagai petani yaitu sebesar Rp 3.640.000,-
per panen Dengan penghasilan yang
diperoleh Daeng Sugi
dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tingkat kesejahteraan seseorang dapat
diperoleh dengan terpenuhinya seluruh kebutuhan keluarga.
Menurut Soekartawi
(2003) pendapatan usahatani memerlukan keterangan pokok sebanyak
dua yaitu penerimaan dan keadaan pengeluaran dalam jangka waktu yang
ditetapkan. Analisa tingkat produksi
pendapatan usahatani sangat berguna bagi petani karena dengan menghitung
pendapatan yang diperoleh seorang petani responden dapat mengetahui dan
menentukan apakah cabang usahatani yang dilaksanakan itu layak atau tidak layak
diusahakan.
4.2
Deskripsi
Kegiatan Usaha Responden
Ibu Daeng Sugi adalah salah satu petani penggarap, beliau biasa menggarap sawah yang
luasnya sekitar 40 are. Beliau dapat menghasilkan beras sekitar 30 karung. Akan
tetapi, karena beliau hanya menggarap sawah milik orang lain, maka hasil dari
30 karung tersebut dibagi dengan pemilik lahan. Misalnya beliau mendapatkan 20
karung dan pemilik lahan mendapatkan 10 karung. Sistem bagi hasil ini
diterapkan antara pemilik lahan dan penggarap ketika telah ada persetujuan
antara kedua belah pihak sebelumnya. Hasil panen beliau, biasanya dikonsumsi
sendiri akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan lain-lainnya beliau juga biasa menjual ke tetangganya. Akan tetapi,
sistem pemasarannya tidak sampai ke pasar, hanya dirumah mereka melakukan
transaksi jual beli, yang dijualnya seharga Rp. 5000/kilo. Dalam karung yang dihasilkan terdapat 45 kilo
beras. Jika Ibu Daeng Sugi menjualnya dengan harga Rp. 5000/kilo, maka dalam 1
karung, beliau memperoleh hasil sebanyak Rp. 225.000/karung. Karena beliau
memperoleh hasil sebanyak 20 karung, maka hasil pendapatan tiap panennya adalah
Rp. 4.500.000. Selain
untuk djual, beras hasil produksinya juga beliau konsumsi untuk dirinya dan
keluarganya. Biasanya beliau menjual 5-8 karung tiap panen, selebihnya beliau
konsumsi sendiri. Dari hasil penjualan padinya, beliau biasanya memperoleh Rp.1.125.000-1.800.000 yang
beliau gunakan untuk membeli keperluan sehari-harinya.
Dalam
mengelola lahan yang digarapnya, beliau membutuhkan modal awal sebesar Rp. 860.000. Modal tersebut digunakan
untuk membeli pupuk, pestisida, serta untuk menyewa traktor. Untuk membeli 2
pupuk urea yang harganya Rp.
115.000/karung dibutuhkan dana sebanyak Rp. 230.000, sedangkan untuk membeli
pupuk ZA yang harganya Rp. 90.000 sebanyak 2 karung dibutuhkan dana sebanyak Rp.
180.000. Lain halnya untuk membeli pestisida yakni pestisida prima, pestisida
spoktan serta pestisida lindomin seharga Rp. 45.000/karung, dibutuhkan dana
sebesar Rp. 135.000. sedangkan untuk menyewa traktor seluas 40 are dibutuhkan
dana sebanyak Rp. 280.000.
Serta untuk nilai Penyusutan barang senilai Rp. 35.000,-.
Modal tersebut biasanya dia pinjam dari saudaranya yang
bernama Daeng Upe. Setelah panen barulah beliau bayar hutang tersebut.
Dalam
proses pengolahan sawahnya, beliau biasanya menggunakan pupuk Urea dan ZA.
Pupuk tersebut beliau dapatkan di salah satu tetangganya yang bernama H. Jihat,
yang harus dibayar dengan kontan seharga Rp. 90.000/karung untuk pupuk ZA. Sedangkan
untuk pupuk Urea, harganya lebih mahal sedikit dibanding dengan pupuk ZA, yaitu
Rp. 115.000/karung. Selain menggunakan pupuk, beliau juga menggunakan pestisida untuk
memberantas hama yang menyerang padinya. Biasanya hama yang menyerang padinya
adalah hama tikus, wereng, ulat dan siput. Untuk pemberantasan hama tikus, wereng dan
siput, biasanya beliau menggunakan pestisida, akan tetapi untuk menanggulangi hama ulat beliau hanya menggunakan cara tradisional, yaitu diambil hama ulatnya dengan tangan.
siput, biasanya beliau menggunakan pestisida, akan tetapi untuk menanggulangi hama ulat beliau hanya menggunakan cara tradisional, yaitu diambil hama ulatnya dengan tangan.
Dalam proses produksi, pada
awalnya kita menyiapkan benih yang akan digunakan untuk menjadi bibit. Biasanya
beliau memperoleh benih gratis dari pemerintah setempat. Akan tetapi, benih
tersebut biasanya tidaklah cukup untuk luas lahannya. Sehingga beliau biasanya
membeli benih tersebut. Setelah
memperoleh benih dilakukanlah penyemaian. Proses penyemaian ini ada 2, yang
pertama benih yang akan digunakan langsung ditabur di lahan persawahan, dan
yang kedua adalah benih yang akan digunakan disemaikan dulu atau ditanam di
pinggir sawah. Proses penyemaian yang pertama sudah jarang dilakukan oleh
masyarakat petani Aeng Batu-batu. Mereka beralih ke penyemaian yang kedua.
Karena proses penyemaian yang kedua memiliki keunggulan tersendiri dibanding
yang pertama yaitu kita dapat memprediksi berapa benih yang tumbuh menjadi
bibit, sedangkan jika langsung ditabur kita tidak dapat memprediksikan berapa
persen bibit yang tumbuh.
Setelah
disemaiakan selama kurang lebih 20-30 hari. Bibit yang tumbuh kemudian
dipindahkan ke sawah dan diatur jarak tanamnya. Beliau biasanya menanam/menabur
secara manual, dengan menggunakan tangan yang ditanamnya dengan jarak sekitar
15-20 cm tiap anakan. Beliau memang tidak langsung menghitung tiap jarak
anakan, akan tetapi karena kebiasaan menanam padi beliau dapat menanam padi
dengan jarak yang hampir sama dan rapi.
Setelah
ditanam, pada bulan pertama dilakukan pemupukan yang pertama. Pemupukan pertama
ini dilakukan sebagai pemberian nutrisi pada proses pertumbuhan anakan. Agar
anakannya tumbuh dengan subur. Setelah dilakukan proses pemupukan, dilanjutkan
dengan proses penyiangan. Proses penyiangan ini dilakukan dengan cara mencabuti
gulma atau rumput-rumput yang berada di sekitar benih yang tumbuh. Hal ini
dilakukan agar anakan dapat tumbuh bebas, tidak diganggu dengan gulma.
Setelah
padi berumur sekitar 3 bulan, dilakukanlah pemupukan yang kedua. Pemupukan yang
kedua ini bertujuan untuk memberikan nutrisi pada buah padi agar bulir-bulir
padi tersebut berisi dan menghasilkan padi yang banyak. Setelah ditanam sekitar
3-4 bulan, padi kemudian di panen.
Analisis usaha tani dari seorang petani responden yaitu Daeng Sugi adalah sebagai berikut:
a. Sumber
Daya
Sumber
daya dapat digolongkan menjadi 2, yaitu sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Sumber daya alam adalah segala
sesuatu yang muncul secara alami
yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia
pada umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik,
seperti hewan,
tumbuhan,
dan mikroorganisme,
tetapi juga komponen abiotik,
seperti minyak
bumi, gas
alam, berbagai jenis logam,
air,
dan tanah.
Inovasi teknologi,
kemajuan peradaban dan populasi
manusia, serta revolusi
industri telah membawa manusia pada era
eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara
signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini adalah kemampuan terpadu
dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya
ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya
dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
b. Sumber
Daya Peralatan
Sumberdaya peralatan merupakan alat
yang membantu dalam menjalankan aktifitas manusia. Sumber daya peralatan dalam
pertanian sendiri merupakan penunjang
dari berjalannya usaha tani. Fungsi perlatan tersebut sangat membantu
dalam proses pertanian, seperti traktor untuk membajak sawah, cangkul, sabit
maupun alat – alat yang lainnya, yang digunakan petani untuk mengolah sawah.
Untuk lebih jelasnya sumber daya peralatan yang dimiliki petani responden dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Sumber Daya Peralatan Petani Responden, Desa. Aeng Batu-batu, Kec. Galesong
Utara, Kab. Takalar, 2012.
No
|
Nama
Alat
|
Jumlah
Unit
|
Nilai
Baru (Rp)
|
Lama (Rp.)
|
Umur
Alat (thn)
|
Nilai Penyusutan
(Rp.)
|
1.
2.
3.
|
Cangkul
Sabit
Parang
|
3
2
1
|
Rp. 60.000
Rp. 25.000
Rp. 30.000
|
Rp. 35.000
Rp. 15.000
Rp. 10.000
|
3
4
4
|
Rp. 25.000
Rp. 5.000
Rp. 5.000
|
Total
|
Rp. 35.000
|
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan
tabel diatas maka diperoleh data sebagai berikut jumlah cangkul yang dimiliki
oleh responden sebanyak 3 buah dengan nilai baru cangkul Rp 60.000 dengan harga
lama Rp 35.000 umur alat 3 tahun dan NPA sebesar Rp 25.000.
Responden memiliki 2 buah sabit dengan nilai baru dari sabit sebesar Rp 25.000
dengan harga lama alat Rp 15.000,
umur alat 4 tahun dengan NPA sebesar Rp 5.000. Parang memiliki nilai baru Rp
30.000 dengan harga lama alat Rp 10.000, umur alat 4 tahun dan NPA sebesar Rp
5.000. Hal ini sejalan dengan pendapat Budian (2006) bahwa suatu barang akan
semakin berkurang nilainya jika barang tersebut telah lama digunakan dan
mempunyai umur yang lama.
c.
Sumber
Daya Manusia (Tenaga Kerja)
Sumber daya
manusia dapat diartikan sebagai kemampuan fisik dan psikis manusia secara
potensial dan dapat digunakan untuk tujuan produktif. Sumber daya manusia
tercermin dari berap jumlah tenaga kerja yang ada dan merupakan aspek utama
dalam segala proses/kehidupan. Sumber daya manusia yang produktif adalah
penduduk yang merupakan tenaga kerja dan golongan angkatan kerja yang tidak
menganggur (Hanafie, 2010).
Tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah orang atau
pegawai yang bekerja dan sebagai sumber bantuan utama dalam sebuah proses produksi
yang sedang berlangsung. Tenaga kerja dan sumber daya manusia yang digunakan
oleh Daeng Sugi dalam mengolah sawah yang ia garap tidak ada, sebab seluruh
keluarganya ikut membantu dalam
proses pengerjaan dan pengolahan sawah tersebut. Sebab dengan adanya tenaga kerja yang cukup dan memadai maka proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan baik pula.
proses pengerjaan dan pengolahan sawah tersebut. Sebab dengan adanya tenaga kerja yang cukup dan memadai maka proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan baik pula.
d. Sumber
Daya Finansial
Sumber
daya finansial adalah sumber daya yang berhubungan dengan pendanaan usahatani.
Dalam hal ini, aktivitas finansial menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan
dan keuntungan jangka panjang. Pada dasarnya dalam proses usahatani yang
dilakukan oleh petani pada umumnya berkaitan juga dengan proses pengelolaan
anggaran atau finansial untuk mengetahui banyaknya dana yang telah digunakan
atau hasil kerja berupa upah yang akan diperoleh pada akhir produksi dan agar
petani dapat mengetahui dalam jangka waktu tertentu jumlah biaya dan rugi-laba
yang dialami (Suratiyah, 2008). Pendapatan usahatani tersebut ditunjukkan pada
tabel berikut:
Tabel 13. Pendapatan Usahatani yang dimiliki Petani Responden di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong
Utara, Kabupaten Takalar, 2012.
No
|
Uraian
|
Jumlah
Satuan
|
Harga
(Rp)
|
Jumlah
Nilai (Rp)
|
1
|
Penerimaan Usahatani
|
900 kg
|
Rp
5.000
|
Rp 4.500.000
|
2
|
Biaya:
Biaya Variabel
1.
Pupuk
-Urea
-ZA
3. Pestisida
Total Biaya
Variabel
Biaya Tetap
1. NPA
2. Sewa traktor
Total
Biaya Tetap
|
2 karung
2 karung
3 karung
40 are
|
Rp.115.000/karung
Rp. 90.000/karung
Rp. 45.000/karung
Rp. 7.000/are
|
Rp. 230.000
Rp. 180.000
Rp. 135.000
Rp. 545.000
Rp. 35.000
Rp. 280.000
Rp. 315.000
|
3
|
Total
Biaya
|
|
|
Rp. 860.000
|
4
|
Pendapatan
Bersih
|
Rp. 4.500.000 - Rp.860.000 = Rp. 3.640.000
|
Sumber:
Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 13 di atas luas lahan yang dimiliki
oleh responden sebesar 40 are. Penerimaan usahatani yang diperoleh oleh
responden sebesar Rp. 4.500.000,-. Penerimaan usahatani meliputi total
penjualan atau nilai barang yang telah diproduksi. Biaya variabel atau biaya
yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi akan tetapi biaya ini dapat
berubah sesuai dengan kebutuhan, total biaya variabel responden sebesar Rp. 545.000,-.
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan secara rutin setiap kali melakukan
proses produksi, biaya tetap yang dikeluarkan oleh responden sebesar Rp. 315.000,-.
Pendapatan bersih yang diperoleh responden yaitu sebesar Rp. 3.640.000,-.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawati (2003) bahwa
semakin luas lahan yang dimiliki seorang petani, maka semakin besar pula
produksi yang diperoleh dalam berusahatani. Penganeka ragaman jenis usahatani
pun dapat dilakukan, sehingga akan terjadi dibersifikasi hasil pertanian.
Dengan demikian sumber daya keuangan bagi petani dapat bertambah.
4.3
Analisis
Masalah yang Dihadapi Responden
Dalam proses produksi
pertanian di Desa
Aeng Batu-batu ini, para petani biasanya memiliki masalah-masalah dalam proses
produksinya. Misalnya saja yang paling dikeluhkan masyarakat petani setempat
adalah belum berfungsinya Koperasi Simpan Pinjam di Desa ini. Yang
hingga saat ini belum mewadahi masyarakat petani Aeng
Batu-batu dalam proses simpan pinjam uang.
Selain masalah Koperasi yang belum berjalan,
masyarakat juga mengeluhkan masalah penyuluhan di desa ini. Karena penyuluhan
tidak dilakukan secara rutin dan berkala. Selain itu, penyuluh tidak turun
langsung ke lahan. Mereka hanya menyampaikan inovasi-inovasi tanpa di dukung
dengan bukti-bukti yang para petani lihat secara langsung.
Seandainya saja para penyuluh menyampaikan inovasi diikuti dengan kerja nyata dan turun langsung ke lahan. Para petani mungkin langsung menerapkan inovasi-inovasi yang disampaikan oleh para penyuluh.
Seandainya saja para penyuluh menyampaikan inovasi diikuti dengan kerja nyata dan turun langsung ke lahan. Para petani mungkin langsung menerapkan inovasi-inovasi yang disampaikan oleh para penyuluh.
Masalah lain adalah
pengairan di desa Aeng Batu-batu ini yang masih menggunakan sistem tadah hujan.
Masyarakat petaninya belum menggunakan sistem irigasi dalam pegairan sawah
mereka. Karena tidak adanya modal yang tersedia untuk membeli pompa yang digunakan
dalam sistem irigasi. Selain terkendala oleh masalah dana, pembuatan irigasi
ini juga terkendala dengan masalah komunikasi antar para petani. Mereka belum
pernah duduk membicarakan dengan seksama masalah irigasi ini.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Desa Aeng
Batu-batu ini sudah sejak lama terjadi. Mereka pernah duduk membicarakan
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat petani bersama dengan Kepala
Desa, namun sampai saat ini tindak lanjut dari masalah-masalah tersebut belum
terealisasi. Ini disebabkan karena kurangnya kerjasama dari masyarakat karena
tidak ada yang ingin memulai memperbaiki masalah-masalah tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari
praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
·
Sumber daya alam di Desa
Aeng Batu-batu sangat melimpah, utamanya dalam hal perairan, masyarakat di desa
ini kebanyakan berprofesi sebagai nelayan.
·
Teknologi telah mampu
mengubah perilaku dari suatu desa yang dulunya bersifat tradisional menjadi
modern. Dengan adanya teknologi yang diterapkan di Desa Aeng Batu-batu, maka
akan mempermudah masyarakat dalam hal mengolah sistem produksi pertaniannya.
·
Ada 2 sistem pemasaran
yang dilakukan masyarakat Desa Aeng Batu-batu yaitu : (a) pemasaran
gabah dari petani yang pada umumnya bermuara di penggilingan, (b) pemasaran beras dari
penggilingan yang bermuara pada konsumen (rumah tangga) terutama di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan
perusahaan yang mengolah beras menjadi produk lain.
·
Ada beberapa masalah
yang dihadapi oleh petani Desa Aeng Batu-batu antara lain, belum berfungsinya
Koperasi Simpan Pinjam, Penyuluhan yang tidak rutin dan berkala serta belum
adanya sistem irigasi di desa ini.
5.2
Saran
Pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih kepada
para petani. Dengan melihat bagaimana dan apa yang dibutuhkan oleh para petani.
Tidak hanya menyokong dalam hal pemberian bibit saja. Melainkan juga dalam hal
turut langsung membantu dan mencari tahu apa kendala pada masa proses usaha
tani.
Untuk meningkatkan
pendapatan petani
pihak pemerintah, maupun swasta harus membantu petani dalam hal permodalan dan teknologi baik itu
kualitas maupun kuantitasnya. Selain itu, para
petani sebaiknya membuat wadah Koperasi Simpan Pinjam yang nantinya akan
mewadahi masyarakat dalam hal Simpan Pinjam uang. Karena kendala yang paling
membuat masyarakat resah adalah tidak adanya Koperasi Simpan Pinjam yang
berfungsi.
jangan langsung copas ya... like dulu ok gan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar