KEMAHASISWAAN
Seseorang
yang dikatakan mahasiswa adalah yang mendaftarkan dan terdaftar namanya dalam
perguruan tinggi atau universitas.
Peran
Mahasiswa
Mahasiswa
Sebagai “Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa
diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak
mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya
mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak
dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir,
yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda,
oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan
kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak
dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa
berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya
adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan
tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu
berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut
karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut
haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.
Mahasiswa Sebagai “Agent of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. Artinya adalah
mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul,
“Kenapa harus ada perubahan ???”. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita
pandang kondisi bangsa saat ini. Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh
sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat
yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga
bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah
kita melakukan terhadap hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita harus
melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak
dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara tidak sadar
kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya perubahan
yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.
Fungsi Mahasiswa
Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan
M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat yang
- Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan
masyarakat
- Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan
ilmu pengetahuan
- Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat
Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut, dapat kita
sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang
selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri.
Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis,
dan selalu mengembangkan dirinya.
Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka
dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal
ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu,
yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu
tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi
dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
Sejarah
Pergerakan Mahasiswa
Peranan
dalam Menumbangkan Rejim Soekarno
Ada yang bilang bahwa gerakan mahasiswa lahir karena
momentum. Dimasa demokrasi liberal atau orde lama dibawah kepemimpinan Soekarno
mahasiswa sebenarnya kurang memberi pendidikan politik yang berarti bagi
mahasiswa setelah masa transisi pada momentum pra dan pasca kemerdekaan. Pada
masa itu pemuda dan laskar-laskar pelajar banyak berperan penting dalam
perlawanan menghadapi sekutu dan pelucutan senjata tentara Jepang. Dalam
demokrasi liberal mahasiswa mempunyai momentum yaitu pemilu ditahun 1955,
banyak berdiri organisasi-organisasi mahasiswa yang berafiliasi ke partai
politik, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berafilsi
dibawah PNI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GMS/GERMASOS) dengan PSI,
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, Concentrasi Gerakan Mahasiawa
Indonesia (CGMI) dengan PKI.
Keterlibatan organisasi kemahasiswaan praktis terseret
dalam politik praktis yang banyak mempunyai hubungan-hubungan khusus dengan
administrator pemerintah khususnya pihak militer, jadi tidaklah heran jika
kolaborasi mereka sangat dekat. Puncaknya adalah ketika aksi-aksi mahasiswa
menentang dan menumbangkan rejim Soekarno.
Dalam masa ini orientasi gerakan mahasiswa sudah mulai
membaik dalam mengugat hubungan sosial kapitalisme, fasisme, imperialisme, dan
sisa-sisa feodalisme dikalahkah oleh kesiapan militer (yang masuk dalam gerakan
pemuda mahasiswa dan partai-partai sayap kanan). Jadi Gerakan Mahasiswa periode
66 dapat dikatakan Gerakan Mahasiswa yang tidak sepenuhnya berpihak pada
rakyat.
Munculnya
Orde Baru
Kolaborasi dengan militer (Angkatan Darat) dalam
menggulingkan orde lama dengan harapan orde baru dapat memperbaiki keadaan
ternyata salah besar dan sebelum tahun 1970, beberapa aktivis yang sadar akan
kekeliruan ini antara lain Soe Hok Gie dan Ahmad Wahib karena terpisah dari
kekuatan rakyat tapi lebih tergabung dalam kekuatan-kekuatan militer pada waktu
itu. Terang saja orde baru, di bawah kepemimpinan jenderal Soeharto yang
militeristik itu mengeluarkan UU pertama yaitu UU PMA yang notabene menjadi
pintu masuk pemodal asing dan saat itu juga Indonesia resmi menjadi Negara yang
bermahzab liberalisme/kapitalisme, yang di bawah Soeharto disamarkan dengan
kata pembangunanisme (developmentalism).
Namun kesadaran dari para aktivis-aktivis itu ternyata
masih belum bisa menjadi pelajaran dan bertindak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh mereka. Gerakan dan aksi-aksi mereka cenderung lebih reaksioner
dan selalu mengalami kegagalan, yang disatu sisi orde baru telah menjadi
kekuatan yang represif dalam menindak aksi-aksi mahasiswa. Jadi pada periode
74-78 dapat dikatakan Gerakan Mahasiswa mengalami kegagalan karena gerakan
tersebut kurang berinteraksi dengan massa rakyat dan terkesan reaksioner.
Pasca peristiwa Malari (Malapetaka Januari), orde baru
yang sadar akan potensi mahasiswa dengan gerakannya ditahun 1974 langsung
mengeluarkan UU NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus)
melalui Menteri Pendidikan waktu itu Moch Daud Jususf. Praktis gerakan-gerakan
mahasiswa dan segala aktivitas mendapat pengawasan dan kekangan yang luar biasa
dari pemerintah yang tak segan-segan menangkap dan merepresif mereka
Aksi-aksi
bawah tanah dan keluar dari kampus mau tidak mau harus mereka lakukan dengan
meninggalkan bangku-bangku kuliah mereka untuk menghindari represifitas aparat
yang semakin menjadi-jadi.
Tahun 1980an menjadi titik balik kebangkitan gerakan
mahasiswa dalam menggalang lagi budaya diskusi dan kritis menyikapi kebijakan
pemerintah yang terkadang sewenang-wenang dan tidak ada yang berani mengkritisi
karena tekanan militer yang siap menggasak siapapun yang dianggap mengganggu
stabilitas pembangunan. Tawaran belajar ke luar negeri beberapa tokoh-tokoh
mahasiswa karena alasan untuk menyiapkan teknokrat-teknokrat yang diharapkan
menjadi pendukung paham pembangunan orde baru ternyata membawa dampak yang
sebaliknya menyuburkan budaya diskusi, penelitian masyarakat dan aksi-aksi
sosial kedermawanan bagi orde baru itu.
Puncaknya adalah aksi turun ke jalan besar-besaran di
Ujung Pandang dengan aksi jalan (long march) dan massa yang lumayan besar
menentang kebijakan-kebijakan peraturan lalu lintas, judi, dan ekspresi
kesulitan ekonomi. Aksi dapat dihentikan dengan membawa korban jiwa hasil dari represitas
aparat. Meski dapat dihentikan, Ujung Pandang secara tidak langsung telah
memberikan semacam trend baru dengan aksi2 turun ke jalan sebaga bentuk protes
mereka walaupun mereka harus berhadapan langsung dengan aparat. Alhasil dalam
kurun tahun 1987 sampai akhir tahun 1997/98, banyak aktivis yang terbunuh dan
hilang diculik sampai sekarang.
Momentum krisis ekonomi yang melanda Asia Tenggara, dan
pembayaran hutang luar negeri yang jatuh tempo telah membuat perekonomian
Indonesia berguncang yang mengakibatkan kondisi tidak stabil. Momentum inilah
kemudian menjadikan kontradiksi di rakyat yang secara langsung mengalami
kesulitan-kesulitan. Sedangkan gerakan-gerakan mahasiswa yang sebelumnya sudah
tergabung dengan kekuatan rakyat semakin hari hari semakin berani dengan
aksi-aksi mereka meski terkadang jatuh korban jiwa akibat represifitas
penembakan-penembakan yang dilakukan aparat.geliat mahasiswa juga sedang
bangkit-bangkitnya hampir di setiap pojok kampus mahasiswa pasti membicarakan
keadaan Indonesia, kondisi yang dahulu apatis dan apolitis menjadi berubah
secara frontal.
Puncaknya adalah ketika terjadi peristiwa Trisakti yang
mengakibatkan tiga mahasiswanya tewas akibat terjangan peluru aparat. Peristiwa
itu menimbulkan reaksi yang luar biasa dari rakyat dan berujung dengan
kerusuhan di beberapa kota khusunya di Jakarta yang berakhir dengan penjarahan,
pembakaran dan pemerkaosan di kota-kota besar. Semakin menemukan titik ternag
bahwa Soeharto sebagai public enemy membuat gerakan-gerakan mahasiswa yang sudah
terlanjur bergabung dengan potensi-potensi rakyat tak terbendung dan pada
tanggal 21 Mei Soeharto tak kuasa untuk bertahan dan akhirnya mundur, yang
disambut dengan gegap gempita rakyat dan mahasiswa di seluruh negeri.
BELAJAR KA KODONG JADI MAAF KALAU BELUM PAS.. NAMANYA JUGA TUGAS RESUME
Tidak ada komentar:
Posting Komentar