Kamis, 10 April 2014

dasar dasar ilmu tanah (laporan profil tanah)


I. PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan atau horison-horison yang berkembang secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah atau perkembangan horison dapat dilihat sebagai penambahaan, pengurangan, perubahan atau traslokasi. Dengan demikian, di dalam tanah terdapat empat komponen utama, yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah.
            Keberadaan tanah di muka bumi ini memberikan banyak fungsi dan manfaat bagi setiap makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Tanah itu pada mulanya hanya digunakan sebagai tempat untuk berpijak dari umat manusia dan sebagai sumber air yang juga merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Lalu tanah tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah lahan yang digunakan sebagai media tanam, utamanya untuk lahan pertanian. Hingga saat ini, tanah tersebut telah mempunyai fungsi sebagai lahan pembangunan yang saat ini marak dilakukan.
            Meskipun tanah bersifat multifungsional, tetapi tanah ini juga mempunyai variasi-variasi sehingga tanah tersebut juga diklasifikasikan. Untuk mengklasifikasi tanah tersebut, hal yang perlu diperhatikan ialah profil dari tanah tersebut.
            Pengenalan tanah di lapangan dilakukan dengan mengamati dan menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Profil tanah tersebut dapat dipelajari dan diamati dengan mengenali tanah dengan dinding lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Berdasarkan uraian diatas, pengamatan pengenalan profil tanah perlu untuk dilakukan. Untuk mengetahui sifat fisik, kimia dan biologi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.2      Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari pengamatan ini, yaitu untuk mengetahui perbedaan antara sampel tanah utuh dan sampel tanah terganggu, sifat-sifat dari tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta untuk mengamati profil tanah secara langsung.
Adapun kegunaan dari pengamatan ini praktikan atau peserta di lapangan dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan mengenai tanah, utamanya dalam membedakan sampel tanah utuh dengan tanah terganggu, sifat-sifat tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan melakukan pengamatan secara langsung. Masyarakat dapat memperoleh pengetahuan umum tentang tanah melalui kegiatan ini.




II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1      Proses Pembentukan Tanah
Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran     hasil      pelapukan      batuan,      bahan     organik, bahan anorganik,    air     dan     udara    yang    menempati    bagian paling   atas litosfer. (Rahmat dan Yani, 2007)
Tanah terbentuk dari pencampuran komponen penyusun tanah yang bersifat heterogen dan beraneka. terdapat 4 komponen utama penyusun tanah mineral yang tidak dapat dipisahkan dengan pengamatan
yang hanya menggunakan mata telanjang. (Sutanto, 2005) Komponen tanah tersebut dipilahkan menjadi 3 fase penyusun tanah, yakni:
1.    Fase padat    : bahan mineral dan bahan organik
2.    Fase cair        : lengas tanah dan air tanah
3.    Fase gas        : udara tanah
Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang agar lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim. (Anonim 1, 2012)
Pelapukan digolongkan dalam tiga bentuk :
1.  Pelapukan fisik
2.  Pelapukan kimia
3.  Pelapukan biologis
Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tidak ada pembentukan mineral baru. Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru. Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan tanaman dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam proses pemecahan batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme. Bakteri autotrof dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi kehidupan organisme yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan aktivitas akar-akarnya masuk dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya. (Anonim 1, 2012)
Tanah terbentuk melalui proses pelapukan dan pengendapan batu-batuan (bahan organik dan bahan anorganik) di bawah iklim tropika basah sehingga tanah-tanah di Indonesia umumnya memiliki kedalaman tanah yang tebal. Kepulauan Indonesia yang dulunya merupakan wilayah laut dengan endapan sedimen dan juga daerah yang kaya dengan gunung api. Dengan demikian, tanah di indonesia banyak yang berasal dari batuan sedimen yang mengalami pengangkatan dan bahan gunung api diikuti pengerjaan oleh tenaga endogen dan eksogen seperti tenaga air (aquatis). (Khosim dan Lubis, 2007)
2.2      Faktor-Faktor Pembentukan Tanah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain:
1.  Iklim
2.  Organisme
3.  Batuan Induk
4.  Vegetasi
5.  Relief (tinggi rendahnya permukaan)
6.  Waktu
Iklim ini terbagi menjadi dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat. Sedangkan, curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah). (Anonim 1, 2012)
Pengaruh suhu terhadap pembentukan tanah dapat terjadi dalam dua cara, yakni memperbesar evapotranspirasi (penguapan tanah) sehingga mempengaruhi tingkat kelembaban tanah dan mempercepat reaksi kimia dalam tanah. Dalam pembentukan tanah, yang berpengaruh adalah kandungan jumlah air dalam tanah. Suhu udara dan curah hujan yang    tinggi    dapat    melakukan    proses   pelapukan   dan   pencucian
yang    berlangsung   cepat.    Akibatnya,    banyak    yang    mengalami pelapukan lanjut sehingga kadar unsur haranya rendah dan bereaksi asam. (Hartono, 2007)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
1.  Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
2.  Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3.  Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
4.  Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara   akan memberi   unsur-unsur  kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah yang ada di bawah pohon jati. (Anonim 1, 2012)
            Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah. (Anonim 1, 2012)



Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
1.  Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
2.  Sistem drainase
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
         Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. (Anonim 1, 2012)
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah  berlangsung  lebih
lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit). (Anonim 1, 2012)
            Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan   waktu   100 tahun     untuk   membentuk   tanah  muda   dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda. (Anonim 1, 2012)









III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1    Letak Astronomis dan Geografis
Adapun astronomis dari lokasi pengamatan profil tanah adalah 5o, 4’. 54,1’’ LS dan 119o, 37’ 40,1’’ BT. Letak geografis dari lokasi pengamatan profil tanah ini yaitu:
          Sebelah Utara            : Kampus Politeknik Negeri Makassar
          Sebelah Timur           : Area Ex-Farm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
          Sebelah Selatan        : Areal pemukiman warga
          Sebelah Barat            : Kebun percobaan proteksi
3.2    Letak Administratif
Adapun letak administratif dari tempat pengamatn profil tanah, yaitu:
1. Iklim
Keadaan iklim sangat berpengaruh pada saat pengambilan profil, dimana curah hujannya berkisar antara 800-2500mm/tahun. Keadaan curah hujan  yang demikian termasuk dalam kategori tipe C2-SF menurut tipe iklim Koppen.
            2. Topografi
            Topografi lokasi pengamatan profil tanah berada pada ketinggian 10-20 meter diatas permukaan laut dan bentuk wilayahnya datar sampai berombak 0-3 %.
            3. Vegetasi
   Keadaan vegetasi pada daerah pengambilan profil tanah itu terdapat vegetasi yang dominan adalah jagung. Namun selain itu juga vegetasi lain, seperti pisang, ubi jalar dan singkong.
4.Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan tempat pengamatan profil merupakan tanah perkebunan untuk tanaman pangan. Lahan ini juga digunakan sebagai kebun percontohan.









IV. METODOLOGI
4.1      Tempat dan Waktu
Kegiatan pengamatan profil tanah dilakukan di Ex-farm (kebun percobaan) Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin pada hari Sabtu, 24 Maret 2012 pukul 08.00-12.00 WITA, Makassar.
4.2      Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan profil tanah ini, yaitu: meteran, meteran bar, cutter, Daftar Isian Profil (DIP), linggis, ring sampel, sekop dan cangkul. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan profil tanah ini, yaitu: kantong kresek atau kantong gula, kertas label, spidol dan air.
4.3      Prosedur Kerja
Dalam pengamatan ini, terdapat dua prosedur yang dilakukan untuk mengambil dua sampel tanah yang berbeda, yaitu prosedur kerja pengambilan sampel tanah utuh dan prosedur kerja pengambilan tanah terganggu.
4.3.1   Prosedur Kerja Pengambilan Sampel Tanah Utuh
Adapun prosedur kerja pengambilan sampel tanah utuh, yaitu:
1.  Ratakan dan bersihkan lapisan yang diambil, kemudian letakkan ring sampel tegak lurus.
2.  Tekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
3.  Letakkan ring sampel lain tepat di atas ring sampel pertamam kemudian letakkan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam tanah (  10 cm).
4.  Ring sampel beserta tanah di dalamnya digali dengan sekop atau linggis.
5.  Pisahkan ring kedua dari ring pertama dengan hati-hati kemudian potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan tanah dan bawah ring sampel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel
6.  Tutuplah ring sampel dengan plastik, lalu simpan dalam tempat yang aman.
4.3.2   Prosedur Kerja Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
Adapun prosedur kerja pengambilan sampel tanah terganggu, antara lain:
1.  Ambil tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil mulailah dengan lapisan yang paling bawah.
2.  Masukkan dalam kantong plastik yang telah diberi label.






V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1      Hasil
Adapun hasil dari praktikum pengamatan profil tanah tersebut, yaitu:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Profil Tanah
Parameter Pengamatan                                              Lapisan
                                                                         I                             II
Kedalaman lapisan (cm)                              0-39 cm               39-60 cm
Batasan Lapisan                                           Tegas                Berangsur
Topografi Batas Lapisan                          Tidak teratur         Tidak Teratur
Tekstur                                                           Liat                Lempung berliat
Struktur                                                       Sedang                    Sedang
Konsistensi                                                 Lembab            Lembab gembur
Karatan                                                     Fe dan Mn                    Mn
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
5.2      Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh untuk parameter pengamatan tanah, kedalaman lapisan I berkisar dari 0- 39 cm dan kedalaman lapisan II yang berkisar antara 39-60 cm. Pada lapisan I, batasan lapisannya itu tegas, sedangkan pada lapisan II batasan lapisannya itu berangsur. Adapun keadaan topografi tanah batas lapisan antara lapisan I dengan lapisan II ini tidak teratur. Pada lokasi ini, lapisan I mempunyai tekstur tanah yang berbeda dengan lapisan II. Lapisan I mempunyai tekstur tanah yaitu liat, sedangkan pada lapisan II mempunyai tekstur tanah yaitu lempung berliat. Lapisan I dan Lapisan II ini mempunyai struktur tanah yang sama yaitu sedang. Konsistensi pada lapisan I dan lapisan II ini berbeda. Pada lapisan I mempunyai konsistensi lembab sedangkan pada lapisan II mempunyai konsistensi lembab gembur. Selain itu, pada lapisan I juga terdapat unsur besi (Fe) dan Mangan (Mn). Namun, pada lapisan II hanya terdapat unsur Mangan (Mn).
Tekstur tanah yang berliat itu terdiri atas mineral halus. Lapisan I mempunyai tekstur tanah yang halus dan elastis serta akan mengeras bila dikeringkan dan dipanaskan. Oleh karena pada lapisan I ini mempunyai tekstur berliat sesuai dengan pendapat Kertasapoetra (1987) mengatakan bahwa bahan alami terutama liat terdiri dari mineral halus. Penyusunnya sebagian besar terdiri dari mineral tanah liat, suatu subtipe mineral phyllosilicate, yang membuat elastis dan mengeras bila dipanaskan atau kering. Lapisan II juga mempunyai tekstur lempung berliat karena jika menggunakan metode feeling, tanah pada lapisan II ini agak kasar dan lekat. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuswandi (2005) yang mengatakan bahwa tanah yang lempung berliat itu mempunyai tekstur yang agak kasar dan lekat , membentuk bola yang bila kering agak keras, dapat dibuat pita tapi mudah patah dan lekat.



Pada lapisan I dan II, struktur tanahnya sedang. Penentuan struktur tanah dilakukan dengan cara mengambil segumpal tanah (agregat) kemudian tanah tersebut diberikan tekanan secara perlahan-lahan sehingga membentuk ukuran yang kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo dan Dexter (1982) menyatakan bahwa retakan terjadi karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat.
Pada tanah dalam, lapisan I terdapat karatan yaitu Fe dan Mn, sedangkan pada lapisan II hanya terdapat unsur Fe. Kandungan karatan tersebut akan mempengaruhi warna tanah karena warna tanah pada lokasi pengamatan yaitu coklat kemerahan dan kehitam-hitaman. Apabila tanah mengandung Fe atau Mn akan berwarna merah kekuning-kuningan. Hal ini sesuai pendapat Buckman dan Brady (1982), bahwa proses oksidasi dapat terjadi karena adanya kandungan Mn, Al, dan Fe akan berpengaruh pada warna lapisan tersebut. Pada lapisan II yang hanya mengandung Mn, warna dari tanahnya yaitu coklat kehitaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foth (2001) yang mengatakan bahwa  karatan merupakan hasil pelapukan batuan tanah yang dipengaruhi oleh adhesi dan kohesi. Karatan berwarna hitam mengandung banyak mangan (Mn) sedangkan berwarna merah mengandung banyak besi (Fe).



VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1      Kesimpulan
Pada pengamatan profil tanah ini, kedalaman tanah yang diamati itu 0-39 cm untuk lapisan I dan 39-60 cm untuk lapisan II dengan batas lapisan tegas untuk lapisan I dan berangsur untuk batas lapisan II. Adapun keadaan topografi dari kedua lapisan tersebut tidak teratur. Untuk lapisan I, tekstur tanahnya yaitu liat dan lapisan II tekstur tanahnya lempung berliat dengan struktur tanah yang sama yaitu sedang. Konsistensi dari tanah pada lapisan I itu gembur sedangkan konsistensi tanah pada lapisan II itu lembab gembur. Lapisan I mengandung unsur Fe dan Mn di dalamnya namun lapisan II hanya mengandung unsur Mn di dalam tanah tersebut.
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanaman, antara lain: iklim (suhu dan curah hujan), batuan induk, organisme, topografi dan waktu.
6.2      Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan mengenai pengamatan profil tanah ini yaitu pengamatan profil tanah harus dilakukan lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam pengolahan datanya. Kondisi lapangan juga harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi hasil pengamatan dan akhirnya juga mempengaruhi hasil klasifikasi tanah pada profil tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2012. Defenisi dan Pengertian Tanah. Diakses dari http://pengertian-definisi.blogspot.com pada 28 Maret 2012 pukul 21:40 WITA, Makassar.
Hartono. 2007. Geografi : Jelajah Bumi dan Alam Semesta. CV Citra Praya: Bandung.
Khosim, Amir dan Kun Marlina Lubis. 2007. Geografi SMA/MA Kls X (Diknas) . PT Grasindo: Jakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Kanisius : Yogyakarta.
Yani, Ahmad dan Mamat Rahmat. 2007. Geografi : Menyingkap Fenomena Geosfer.PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Tidak ada komentar: