Kamis, 10 April 2014

dasar dasar komunikasi dan penyuluhan


I. PENDAHULUAN
1.1       Latar  Belakang
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi dan menjalin sebuah hubungan. Karena dengan adanya komunikasi kita akan mengetahui tentang sesuatu hal masing-masing antara satu dengan yang lainnya. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat.
Di dalam kelompok atau organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Istilah komunikasi, yaitu Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Komunikasi yaitu suatu pernyataan antarmanusia, baik secara perorangan maupun berkelompok yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti, maka tampak bahwa dengan perkembangan objek tertentu akan memerlukan komunikasi yang lebih spesifik.
Komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antarmanusia yang berkaitan dengan kegiatan dibidang pertanian, baik secara perorangan maupun secara berkelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan pertanian.
Tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:
1.    Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2.    Mempengaruhi perilaku seseorang
3.    Mengungkapkan perasaan
4.    Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5.    Berhubungan dengan orang lain
6.    Menyelesaian sebuah masalah
7.    Mencapai sebuah tujuan
8.    Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9.    Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan  orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal ( bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).
Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari:




1.    Komunikasi Verbal dengan Kata-kata
a.    Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b.    Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c.    Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d.    Humor, dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.    Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f.     Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
2.    Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal :


a.    Ekspresi Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b.    Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.
c.    Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d.    Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e.    Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f.     Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.



1.2       Rumusan masalah
Ada pun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan komunikasi kelompok, massa, dan gender?
2.    Apa perbedaan antara komunikasi kelompok dengan massa dan gender?
3.    Bagaimana dinamika komunikasi kelompok dengan massa dan kaitannya dengan gender?
1.3       Tujuan dan kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1   Tujuan
Tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1.        Untuk memperluas wawasan berfikir dan menambah pengetahuan tentang komunikasi massa, kelompok, dan gender.
2.        Untuk mengetahui perbedaan komunikasi kelompok, massa, dan gender.
3.        Untuk mengetahui dinamika diantara ketiga jenis komunikasi, yaitu komunikasi kelompok, dan massa, serta kaitannya gender.
1.3.2   Kegunaan
Adapun kegunaan makalah ini adalah sebagai referensi bagi mahasiswa dalam pembuatan makalah selanjutnya, serta sebagai bahan informasi bagi penyuluh dan pemerintah tentang komunikasi massa, kelompok, dan gender ,terutama yang berkaitan langsung dengan komunikasi dalam masyarakat pertanian.



II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. (Deddy Mulyana, 2005).
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara  dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. (Wiryanto, 2005).
Karena pada prinsipnya menusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya interaksi sosial dengan masyarakat di sekitarnya, aka kounikasi kelompok pun tidak dapat dihindarakan setiap inividu anggota masyarakat. Pada masyarakat yang lebih modern banyak di jumpai komunikasi kelompok yanh lebih bermanfaat secara efektif, karena adanya kompleksnya ciri masyarakat, disamping karena tingkat pengetahuan masyarakat yang sudah relatif tinggi. (Wiryanto, 2005).
Sebaliknya untuk masyarakat di pedesaan komunikasi kelompok sudah memegang peran penting, hanya saja pesan yang disampaikan perlu dikemukakan secara mudah dan sederhana (Soekartawi, 2005).

2.1.2   Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya.
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok (Anonim1).
1.      Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut: (Anonim1).
a.    Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b.    Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
c.    Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
d.    Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
e.    Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
  1. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap (Anonim1).
  1. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya (Anonim1).
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer (Anonim1).


2.1.3 Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
1.    Konformitas.
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga (Anonim1).
2.      Fasilitasi sosial.
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu (Anonim1).


3.      Polarisasi.
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras (Anonim1). 
2.2       Komunikasi Massa
Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan. Massa artinya “orang banyak” atau “sekumpulan orang” –kelompok, kerumunan, publik. Jadi,  Komunikasi Massa adalah (ringkasan dari) komunikasi melalui media massa (communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa.
(Wiryanto, 2005).
Ciri-ciri komunikasi massa (Anonim2):
  1. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
  2. Komunikator memiliki keahlian tertentu
  3. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
  4. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
  5. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
  6. Ada pengaruh yang dikehendaki
  7. Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya.
  8. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi.
  9. Menggunakan media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
  10. Komunikator memiliki keahlian tertentu
  11. Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
  12. Khalayak yang dituju heterogen dan anonim
  13. Kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan
  14. Ada pengaruh yang dikehendaki
  15. Dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya.
  16. Hubungan antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya) tidak bersifat pribadi.
Karakteristik Media Massa:
1.    Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2.    Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3.    Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
4.     Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
5.    Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik. Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:
1.    Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2.    Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
3.    Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
2.3    Komunikasi Gender
Robin Lakoff mencoba mengklasifikasikan keberaturan pembicaraan perempuan, dan membedakan antara woman talk dari man talk. Ia mengklaim bahwa percakapan perempuan mempunyai karakter sebagai berikut (Griffin, 2003): 
  1. Ditandai apologis.
  2. Pernyataan tidak langsung.
  3. Pertanyaan yang minta persetujuan
  4. Mengkualifikasikan.
  5. Perintah yang sopan.
  6. Menggunakan istilah color.
  7. Cenderung menghindari bahasa vulgar.
  8. Sedikit berbicara, banyak mendengarkan.
Sementara itu, penelitian Griffin (2003), yang berdasarkan pada refleksi personal, menemukan tiga pola perbedaan antara perempuan dan laki-laki sebagai berikut:
a) ada lebih banyak persamaan antara laki-laki dan perempuan dari pada perbedaannya.
b) ada variabilitas yang besar berkenaan gaya komunikasi antara laki dan perempuan. Feminis vs maskulinitas.
c) sex adalah fakta, gender sebagai gagasan.
Dalam pembahasan mengenai gender dan komunikasi, Griffin menyadur tiga buah pemikiran sebagai berikut: Genderlect Styles (dari Deborah Tannen); Standpoint Theory (dari Sandra Harding dan Julia Wood); dan Muted Group Theory  (Anonim3).
  1. Genderlect Styles (dari Deborah Tannen).
Deborah Tannent mendiskripsikan ketidakmengertian (misunderstanding) antara laki-laki dan perempuan berkenaan dengan fakta bahwa fokus pembicaraan perempuan adalah koneksitas, sementara laki-laki pada pelayanan status dan kemandiriannya. Genderlect Styles membicarakan gaya bercakap-cakap- bukan apa yang dikatakan tetapi bagaimana menyatakannya. Tanent meyakini bahwa terdapat gap antara laki-laki dan perempuan, dikarenakan masing-masing berada pada posisi lintas budaya (cross culture), untuk itu perlu mengantisipasi berkenaan dengan gap itu. Kegagalan mengamati perbedaan gaya bercakap dapat membawa masalah yang besar (Anonim3).
Perbedaan-perbedaan itu terletak pada:
·         Kecenderungan feminis versus maskulin, hal ini harus dipandang sebagai dua dialek yang berbeda: antara superior dan inverior dalam pembicaraan. Komunitas feminis – untuk membangun relationship; menunjukkan responsif. Komunitas maskulin – menyelesaikan tugas; menyatakan diri; mendapatkan kekuasaan.
·         Perempuan berhasrat pada koneksi versus laki-laki berhasrat untuk status. Koneksi berhubungan erat dengan kedekatan, status berhubungan erat dengan kekuasaan (power).
·         Raport talk versus report talk. Perbedaan budaya linguistik berperan dalam menstruktur kontak verbal antara laki-laki dan perempuan. Raport talk adalah istilah yang digunakan untuk menilai obrolan perempuan yang cenderung terkesan simpatik. Report talk adalah istilah yang digunakan menilai obrolan laki-laki yang cenderung apa adanya, pokoknya sampai. Berkenaan dengan kedua nilai ini, Tanent menemukan temuan-temuan yang terkategorikan sebagai berikut:
a. Publik speaking versus private speaking, dalam kategori ini diketemukan bahwa perempuan lebih banyak bicara pada pembicaraan pribadi. Sedangkan laki-laki lebih banyak terlibat pembicaraan publik, laki-laki menggunakan pembicaraan sebagai pernyataan fungsi perintah; menyampaikan informasi; meminta persetujuan.
b. Telling story, cerita-cerita menggambarkan harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, dan nilai-nilai si pencerita. Pada kategori ini laki-laki lebih banyak bercerita dibanding perempuan-khususnya tentang guyonan. Cerita guyonan merupakan suatu cara maskulin menegoisasikan status.
c. Listening, perempuan cenderung menjaga pandangan, sering manggut, berguman sebagai penanda ia mendengarkan dan menyatakan kebersamaannya. Laki-laki dalam hal mendengarkan berusaha mengaburkan kesan itu- sebagai upaya menjaga statusnya.
d. Asking questions, ketika ingin bicara untuk menyela pembicara, perempuan terlebih dahulu mengungkapkan persetujuan. Tanent menyebutnya sebagai kooperatif-sebuah tanda raport simpatik daripada kompetitif. Pada laki-laki, interupsi dipandang oleh Tanent sebagai power-kekuasaan untuk mengendalikan pembicaraan. Dengan kata lain, pertanyaan dipakai oleh perempuan untuk memantapkan hubungan, juga untuk memperhalus ketidaksetujuan dengan pembicara, sedangkan laki-laki memakai kesempatan bertanya sebagai upaya untuk menjadikan pembicara jadi lemah.
e. Conflict, perempuan memandang konflik sebagai ancaman dan perlu dihindari. Laki-laki biasanya memulai konflik namun kurang suka memeliharanya.
2.            Standpoint Theory (dari Sandra Harding dan Julia Wood).
Sandra harding dan Julia Wood sepakat bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai perspektif terpisah, dan mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang setara. Lokasi-lokasi yang berbeda dalam hirarkhi sosial mempengaruhi apa yang dilihat. Mereka beranggapan bahwa perempuan dan minoritas yang lainnya mempersepsi dunia secara berbeda daripada kelompok yang berkuasa. Standpoint merupakan tempat dari mana melihat pemandangan dunia, apapun sudut pandangnya. Sinonim dari istilah ini adalah perspektif; view point, out look; dsb (Anonim3).
Dasar filosopi teori ini adalah perjuangan klas- seperti filsafati kaum proletar karya Karl Marx dan Friederich Engels. Sandra harding dan Julia Wood menganjurkan harus ada perjuangan terhadap diskriminasi gender. Mereka tidak mencirikan perbedaan gender pada insting atau biologis atau intuisi, tetapi perbedaan itu sebagai hasil harapan-harapan budaya dan perlakuan kelompok dalam hal menerima kelompok yang lain. Budaya tidak dialami secara identik, budaya adalah aturan hirarkhi sehingga kelompok yang punya posisi cenderung menawarkan kekuasaan, kesempatan pada anggota-anggotanya (Anonim3).
Dalam hal ini teori ini menyatakan bahwa perempuan terposisikan pada hirarkhi yang rendah dibanding posisi laki-laki.
Gender adalah sistem makna, sudut pandang melalui posisi dimana kebanyakan laki-laki dan perempuan dipisahkan secara lingkungan, material, simbolis (Anonim3).
3.            Muted Group Theory 
Berdasarkan analisis feminis, Cheris Kramarae memandang pembicaraan laki-laki dan perempuan sebagai pertukaran yang tidak setara antara mereka yang mempunyai kekuasaan di masyarakat dan yang tidak. Ia meyakini bahwa kurang bisanya mengartikulasikan diri/memperjuangkan diri dibanding laki-laki di sector public- sebab kata dalam bahasa dan norma-norma yang mereka gunakan itu telah dikendalikan laki-laki. Sepanjang pembicaraan perempuan sebagai tentatif dan sepele, posisi dominan laki-laki aman. Kramarae yakin bahwa kebisuan perempuan itu cenderung menipis, kontrol mereka dalam kehidupan kita akan meningkat.
Cheris Kramarae mengemukakan asumsi-asumsi dasar dari teori ini sebagai berikut (Anonim3). :
  • Perempuan menanggapi dunia secara berbeda dari laki-laki karena pengalaman dan aktivitasnya berbeda yang berakar pada pembagian kerja.
  • Karena dominasi politiknya, sistem persepsi laki-laki menjadi lebih dominan, menghambat ekspresi bebas bagi pemikiran alternatif perempuan.
  • Untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, perempuan harus mengubah perspektif mereka ke dalam sistem ekspresi yang dapat diterima laki-laki.
Kramarae mengemukakan sejumlah hipotesis mengenai komunikasi perempuan berdasarkan beberapa temuan penelitian.
a) Perempuan lebih banyak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dibanding laki-laki.
b) Perempuan lebih mudah memahami makna laki-laki daripada laki-laki memahami makna perempuan.
c) Perempuan telah menciptakan cara-cara ekspresinya sendiri di luar sistem laki-laki yang dominan.
d) Perempuan cenderung untuk mengekspresikan lebih banyak ketidakpuasan tentang komunikasi dibanding laki-laki.
e) Perempuan seringkali berusaha untuk mengubah aturan-aturan komunikasi yang dominan dalam rangka menghindari atau menentang aturan-aturan konvensional.
f) Secara tradisional perempuan kurang menghasilkan kata-kata baru yang populer dalam masyarakat luas; konsekuensinya, mereka merasa tidak dianggap memiliki kontribusi terhadap bahasa.
g) Perempuan memiliki konsepsi humoris yang berbeda dari pada laki-laki.



















III. PEMBAHASAN
3.1       Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya.  Komunikasi kelompok sebagai interaksi secara  dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat (Wiryanto, 2005). Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Proses komunikasi dalam kelompok selalu bersifat dinamis karena interaksi yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kepribadian anggota, jumlah anggota, kepemimpinan, keterampilan berkomunikasi, maksud dan tujuan kelompok. Partisipasi anggota kelompok menghasilkan suatu daftar peranan anggota yang disusun dalam tiga kategori utama yaitu peranan tugas kelompok berhubungan dengan tugas yang sedang dikerjakan kelompok, peranan pembentukan dan pemeliharaan kelompok berhubungan dengan cara kelompok menunaikan tugasnya, serta peranan perorangan berhubungan dengan pemuasan kebutuhan perorangan.
3.1.1     Sifat-Sifat Komunikasi Kelompok
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut: 
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.





3.1.2    Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut, yaitu :
Elemen pertama adalah interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain
Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompk untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.
3.1.3    Klasifikasi Kelompok Dan Karakteristik Komunikasinya
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya dua klasifikasi kelompok. Yaitu:
1.      Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
1.      Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2.      Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
3.      Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
4.      Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
5.      Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
6.      Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
2.      Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.


3.1.4   Fungsi Komunikasi Kelompok
1.    Hubungan sosial
Dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan sktivitas yang informal, santai dan menghibur.
2.      Pendidikan.
Dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan msing-masing anggota, mustahil fungai edukasi ini akan tercapai.
3.      Fungsi persuasi
Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.
4.    Fungsi keompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya
untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan.
Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahn masalah menghasilkan materi atu bahan untuk pembuatan keputusan.
5.    Terapi


Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnhya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalh membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.
3.2         Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan pada komunikan atau massa yang jumlahnya relatif banyak. Karena jumlahnya yang banyak maka latar belakang pengetahuan dan tingkat pendidikan juga beragam dalam tingkatan yang tinggi. Oleh karena itu biasanya
komunikasi massa dimaksudkan untuk menggugah emosi atau untuk memberikan pengertian kepada massa yang jumlahnya banyak dalam waktu yang relatif singkat.
Surat kabar, majalah, radio, dan televisi merupakan media yang paling murah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Walaupun demikian, perlu diamati pengaruhnya sebelum diputuskan penggunaannya dalam penyuluhan. Banyak perbedaan pendapat mengenai jangkauan media massa dalam mempengaruhi pikiran dan tindakan manusia.
Petani kelompok lokalit cenderung tinggi perilaku komunikasi interpersonalnya dalam menerima pesan penyuluhan dan menyebarkannya di antara sesama petani. Petani lokalit termasuk dalam kategori kelompok tani belum maju atau noncosmopolite, yakni petani yang belum terdedah media massa dan jarang atau tidak pernah bepergian ke luar sistem sosialnya (ke luar desa atau ke kota), dan berorientasi subsisten, yakni bertipe tradisional yang berproduksi hanya untuk konsumsi sendiri, tidak untuk dijual (Saleh A, 2006). Kegiatan yang dikategorikan sebagai komunikasi massa adalah kegiatan jurnalistik, publik relations, promosi dan sebagainya.
3.2.1     Ciri-ciri  Komunikasi Massa
Ciri utama komunikasi massa terletak pada beberapa hal sebagai berikut:
a.         Komunikator Terlembaga
Ciri ini adalah komunikator (penyampai pesan), dalam komunikasi massa komunikator bukanlah personal. Namun, lembaga yang menyampaikan pesan tersebut. Lembaga penyampai pesan komunikasi massa ini adalah media massa itu sendiri, seperti televisi, surat kabar dan radio. Semua media itu bekerja terlembaga. Misalnya, sebuah program tayangan televisi seperti Sergap di RCTI maka terjadinya proses kerja lembaga dalam proses penyajian program tersebut kepda masyarakat. Program itu berawal dari rancangan liputan yang di lakukan oleh wartawan, kemudia wartawan mengirimkan atau menyetorkan hasil liputannya kepada redaktur media tersebut. Redaktur akan mengedit kembali gambar dan tata bahasa yang di gunakan wartawannya. Setelah semuanya berlangsung sesuai prosedur, berita tersebut akan di serahkan ke bagian teknisi untuk di tampilkan ke layar televisi. Skrip berita itu tentunya akan di berikan kepada pembaca berita (presenter). Seluruh proses itu bukan di lakukan secara personal, namun di lakukan oleh tim atau banyak orang. Sehingga di sebutlah komunikator dalam komunikasi massa terlembaga.
b.         Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa bersifat terbuka. Hal ini di karenakan, komunikan tersebar di berbegai tempat. Selain itu, pesan bersifat umum maksudnya adalah pesan-pesan yang di sampaikan oleh komunikator di tujukan oleh masyarakat luas atau masyarakat umum. Tidak ada klasifikasi pesan, misalnya di khususkan untuk masyarakat di Pulau Jawa dan lain sebagainya. Meskipun demikian, pesan yang di sampaikan melalui komunikasi massa harus melalui tahap seleksi terlebih dahulu. Pesan itu sendiri dapat berupa peristiwa, fakta dan opini. Namun, tidak semua pesan dapat di tayangkan atau di tampilkan melalui komunikasi massa. Tolak ukur pesan dalam komunikasi massa adalah adanya nilai (value) penting dan menarik di dalamnya. Bagi jurnalis atau wartawan ini di sebut sebagai nilai-nilai berita. Nilai penting dan menarik itu sendiri sangat relatif. Semua itu tergantung bagaimana peristiwa, opini dan fakta tersebut penting di ketahui oleh masyarakat. Sehingga masyarakt tertarik untuk menonton tayangan tersebut. Pada akhirnya, masyarakat tidak akan meninggalkan saluran media komunikasi massa tersebut dan berpindah ke saluran (channel) lainnya.
c.         Komunikan Heterogen
Komunikan atau penerima informasi dalam komunikasi massa bersifat heterogen. Hal ini di karenakan, komunikasi massa menyampaikan pesan secara umum pada seluruh masyarakat, tanpa
membedakan suku, ras dan usia. Masyarakat yang menerima pesan ini beragam karakter psikologi, usia, tempat tinggal, adat budaya, strata sosial dan agamanya.
d.         Media Massa bersifat  Keserempakan
Komunikasi massa bersifat keserempakan. Dalam hal ini, keserempakan yang di maksud adalah tayangan atau program siaran di sampaikan secara serempak. Misalnya, sinetron Bawang Merah dan Bawang Putih di RCTI di terima secara serempak oleh seluruh masyarakat Indonesia.
e.         Pesan yang di sampaikan satu arah
Dalam komunikasi massa pesan yang di sampaikan oleh komunikator bersifat satu arah. Tidak terjadi interaksi antara komunikator dan komunikan dalam sebuah program siaran. Dewasa ini, sifat satu arah ini lebih dominan dari pada sifat interaksi. Meskipun, pada program khusus, kemungkinan interaksi masih terbuka bebas. Misalnya, program Talk Show, bedah editorial Media Indonesia di Metro TV dan lain sebagainya. 
f.          Umpan Balik Tertunda (Delayed feed back)
Umpan balik merupakan wujud respon komunikan dari pesan yang di sampaikan oleh komunikator. Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda, dalam arti umpan balik yang di sampaikan oleh komunikan tidak langsung di terima oleh komunikator. Misalnya, sebuah tayangan kekerasan di siarkan oleh salah satu stasiun televisi di Indonesia. Dalam psikologi di sebutkan, respon yang di terima masyarakat terdiri dari mendukung atau menolak tayangan tersebut. Pro dan kontra ini tidak dapat di sampaikan secara langsung saat program tayangan kekerasan tersebut sedang di siarkan. Butuh waktu untuk menyampaikan pesan. Penyampaian pesan ini dapat berupa kritik terhadap tayangan tersebut melalui surat pembaca di media massa dan lain sebagainya.

3.2.2     Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa awalnya di cetuskan oleh Laswell pada tahun 1948. Tokoh ilmu Komunikasi yang mendalami Komunikasi Politik ini menyebutkan, fungsi komunikasi massa secara umum adalah untuk  pengawasan lingkungan hidup, pertalian dan transmisi warisan sosial.
Fungsi komunikasi massa berguna untuk menghibur. Mandelson berpendapat lain, dia menyebutkan fungsi komunikasi massa dalam hal untuk menghibur akan berpengaruh terhadap trasmisi budaya dan menjauhkan kerapuhan masyarakat. Media massa memiliki nilai edukasi sebagai salah satu fungsinya.
Dari dasar ide dan gagasan para ahli di atas, serangkaian fungsi komunikasi massa untuk masyarakat terdiri sebagai berikut:
a.     Informasi
Fungsi informasi yaitu menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam amsyarakat dan dunia, menunjukkan hubungan kekuasaan, memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.
b.     Korelasi
Fungsi korelasi yaitu menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna dan informasi, menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan, melakukan sosialisasi, mengkoordinasikan beberapa kegiatan, membentuk kesepakatan, menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif
c.      Kesinambungan
Fungsi kesinambungan yaitu mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru, meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai
d.     Hiburan
Fungsi hiburan yaitu menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksi, meredakan ketegangan sosial
e.     Mobilisasi
Fungsi mobilisasi yaitu mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan kadang kala juga dalam bidang agama.
Fungsi lain dari media massa juga di tinjau dari sudut pandang kepuasan indovidual. Hal ini menyangkut tentang kepuasaan individu terhadap tayangan yang di sajikan oleh media massa. Teori tentang kepuasaan atau di sebut dengan fungsionalisme individual ini di sebut Mc Quail sebagai salah satu fungsi media untuk kepentingan pribadi.
Mc Quail menyebutkan fungsi media massa atau komunikasi massa untuk kepentingan pribadi sebagai berikut:
a.      Informasi
Diantaranya yaitu mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, mencari bimbingan menyangkut berbagai masalahpraktis, pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum, belajar atau pendidikan diri sendiri, memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan
b.      Indentitas Pribadi
Diantaranya yaitu menentukan penunjangan nilai-nilai priba, menemukan model prilaku, mengindentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media, meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri)
c.      Integrasi dan Interaksi Sosial
Diantaranya yaitu memperoleh pengetahuan tentang diri orang lain atau empati social, mengindentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memilik, menemukan bahan percakapan dalam interaksi sosial, memperoleh teman selain dari manusia, membantu menjalankan peran social, memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-keluarga, teman dan masyarakat
d.      Hiburan
Diantaranya yaitu melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis, mengisi waktu, penyaluran emosi, membangkitkan gairah seks.
3.2.3     Teori Komunikasi Massa
Efek komunikasi massa telah lama di perbincangkan dalam khasanah kajian Ilmu Komunikasi. Bahkan, efek ini di kaji secara ilmiah oleh para pemikir atau ilmuan komunikasi. Salah satunya yang membahas tentang efek media adalah wilbur Schraam. Schraam mencetuskan teori Jarum Hipodermik (hypodermic needle theory) dalam istilah indonesia teori ini di kenal dengan teori peluru atau teori tolak peluru. Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan di anggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Pesan-pesan komunikasi massa yang di sampaikan kepada khalayak yang heterogen dapat di terima secara langsung tanpa memiliki filter sama sekali. Artinya, komunikan sangat terbius oleh suntikan pesan yang di sampaikan media massa. Suntikan pesan ini masuk ke dalam saraf dan otak serta melakukan tindakan sesuai dengan pesan komunikasi massa tersebut. Pendapatn Schramm di dukung oleh Paul Lazarzfeld dan Raymond Bauer.
Teori lain yang berbicara tentang efek media massa terhadap publik atau khayaknya adalah teori agenda setting (teori penataan agenda). Teori milik Mc. Combs dan D.L. Shaw menyebutkan jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media tersebut akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jika melihat argumen yang di kemukakan oleh dua pakar komunikasi ini maka, media cendrung membuat agenda tayangannya terhadap publik. Ini yang kemudian di kenal sebagai istilah manajemen media massa. Manajemen media massa sendiri terdiri dari bagaimana mengatur program siaran, proses membuat program tersebut dan lain sebagainya. Media di Indonesia tampaknya memang menganut teori yang satu ini. Dimana dalam kasus Tayangan Kekerasan semua media memiliki tayangan jenis ini dengan nama yang berbeda. Bukan hanya tayangan kekerasan berita yang di tampilkan seperti Patroli, Sergap, Sidik dan lain sebagainya. Namun, tayangan kekerasan lainnya seperti Smack Down dan tayangan sinetron berbau kekerasan turut  mendapat tempat di hati publik. Sinetron yang termasuk dalam tayangan kekerasan adalah Sinetron Anak Ajaib yang di perankan oleh Joshua.
Menyangkut terhadap perubahan budaya, media juga berperan penting. Sudah menjadi rahasia umum, media memiliki kemampuan yang luar biasa untuk merubah, menciptakan atau bahkan menghilangkan budaya. Budaya yang telah berkembang di tengah komunitas tertentu secara perlahan akibat terjangan media akan hilang dengan sendirinya. Ini yang tengah terjadi di Indonesia. Teori yang membahas masalah ini yaitu Teori Norma Budaya (cultural norms theory). Dalam teori yang di perkenalkan oleh Melvin DeFleur ini menyebutkan media massa melalui program tertentu dapat menguatkan budaya atau bahkan sebaliknya media massa menciptakan budaya baru dengan caranya sendiri. Penekanan media pada program siaran tertentu akan membuat masyarakat menganggap penting dan mengikuti tindakan-tindakan seperti yang di tampilkan di media tersebut. Contoh yang terjadi di Indonesia adalah kasus Ny. Lia Marfiandi. Ibu muda ini terkejut saat melihat anaknya yang berusia delapan tahun memecahkan piring dan gelas secara tiba-tiba. Bahkan, sang anak tidak merajuk atau lain sebagainya. Sang anak ini mengaku melihat tampilan Joshua dalam sinetron Anak Ajaib. Sehingga, dia melakukan pemecahan piring, gelas dan pas bunga sambil tertawa terbahak-bahak.
3.2.4     Hubungan Media Massa dan Masyarakat
Hubungan media massa dengan masyarakat telah di bahas dengan berbagai pendekatan yang berbeda. Pertama, hubungan tersebut merupakan bagian dari sejarah perkembangan setiap media massa dalam masyarakat sendiri. Pola hubungan tersebut merupakan hasil refleksi sejarah yang di perkirakan turut berperan dalam perkembangan sejarah itu tersendiri. Terlepas dari adanya persamaan dari beberapa institusi media pada semua masyarakat, pada awalnya media juga menerapkan kegiatan dan konvensi sebagaimana yang diterapkan oleh institutasi nasional lainnya. Hal itu tampak dalam isi media. Mediapun memenuhi harapan khalayaknya. Media mencerminkan, menyajikan dan kadangkala berperan serta secara aktif untuk memenuhi kepentingan nasional yang di tentukan oleh para aktor dan isntitusi lain yang lebih kuat.
Kedua, gambaran media sebagai institusi mediasi, yang menghubungkan para anggota masyarakat biasa dengan peristiwa dunia yang sulit di jangkau oleh penguasa, merupakan ide yang mengandung konsep hubungan yang terjadi setidak-tidaknya karena adanya arus informasi yang berkesinambungan. Ketiga,  sebagai suatu institusi yang di perlukan bagi kesinambungan sistem sosial masyarakat industri (informasi) modern yang berskala besar. Hubungan lainnya, dapat di lihat dari sisi normatif. Dalam sisi normatif ini di sebutkan harapan masyarakat terhadap media dan peran yang seharusnya di mainkan oleh media. Hal ini di karenakan, dalam fungsi media telah di sebutkan media massa berperan untuk membuat rasa nyaman terhdap publik atau komunikannya. Jika, masyarakat mulai tidak suka terhadap tayangan yang di tampilkan oleh televisi maka televisi tersebut dengan sendirinya akan mengalami “miskin” pendapatan. Pendapatan televisi terbesar di peroleh dari iklan. Para pemasang iklan akan melihat rating tayangan tertentu jika memasang iklan di televisi tersebut. Sebut saja misalnya, sebuah perusahaan akan mengiklankan produknya di salah satu stasiun televisi. Jika rating program yang di tayangkan sangat sedikit penontonnya, maka si pemilik perusahaan akan memilih program lain atau stasiun televisi lainnya yang memiliki penonton dengan jumlah besar.



3.3      Komunikasi Gender
Budaya maskulin dan feminin dan individu umumnya berbeda dalam bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh, feminin cenderung mengungkapkan diri lebih sering daripada orang-orang yang maskulin, dan lebih bersifat pribadi.
Feminin cenderung berkomunikasi lebih kasih sayang, dan dengan keakraban dan kepercayaan yang lebih besar daripada orang-orang yang maskulin. Secara umum, orang berkomunikasi lebih feminin dan memprioritaskan komunikasi lebih dari maskulin. Secara tradisional, maskulin dan feminin orang berkomunikasi dengan orang-orang dari gender mereka sendiri dengan cara yang berbeda.
Masculine membentuk persahabatan dengan orang-orang maskulin lain berdasarkan kepentingan bersama, sementara feminin membangun persahabatan dengan orang-orang feminin lain berdasarkan saling mendukung. Kedua jenis kelamin yang berlawanan gender memulai persahabatan didasarkan pada faktor-faktor yang sama. Faktor-faktor ini meliputi kedekatan, penerimaan, usaha, komunikasi, kepentingan umum, kasih sayang dan kebaruan.
Sesama feminin, mereka lebih sering mengungkapkan cerita, ide, masalah dalam berbagai hal, dalam pertemanan. Sedangkan maskulin cenderung membicaraka hal-hal yang bersifat umum dan tidak mendetail. Jika dalam hubungan, antara masuklin dengan feminin tidak terjalin komunikasi yang baik, maka hubungan tersebut tidak dapat dipertahankan.Konteks sangat penting saat menentukan cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Yang penting untuk memahami pendekatan apa yang tepat untuk digunakan dalam masing-masing hubungan.
Secara khusus, pemahaman betapa kasih sayang dikomunikasikan dalam konteks tertentu sangat penting. Misalnya, maskulin orang mengharapkan kompetisi dalam persahabatan mereka. Mereka menghindari berkomunikasi tentang kelemahan dan kerentanan serta menghindari berkomunikasi tentang keprihatinan pribadi dan emosional. Masculine cenderung untuk berkomunikasi kasih sayang oleh termasuk teman-teman mereka dalam kegiatan-kegiatan dan bertukar hobi, berkomunikasi satu sama lain bahu-ke-bahu (yaitu menonton acara olahraga di televisi).
Feminin tidak keberatan berkomunikasi kelemahan dan kerentanan. Pada kenyataannya, mereka mencari persahabatan yang lebih dalam dari hal tersebut. Untuk alasan ini, feminin sering merasa lebih dekat dengan teman-teman mereka daripada maskulin. Feminin cenderung untuk menghargai teman-teman mereka untuk mendengarkan dan berkomunikasi non-kritis, berkomunikasi dukungan, perasaan berkomunikasi meningkatkan harga diri, berkomunikasi validasi, menawarkan kenyamanan dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan pribadi. Selain itu feminin juga cenderung untuk berkomunikasi satu sama lain secara tatap muka (yaitu pertemuan bersama untuk berbicara sambil makan siang).
Berkomunikasi dengan teman lawan jenis sering sulit karena dasarnya berbeda dari skrip yang maskulin dan feminin orang orang menggunakan dalam persahabatan mereka. Tantangan lain dalam hubungan ini adalah bahwa orang mengasosiasikan maskulin kontak fisik dengan berkomunikasi hasrat seksual lebih dari orang feminin. Maskulin juga berkeinginan seks dalam hubungan gender yang berlawanan lebih dari feminin. Hal ini menyajikan tantangan serius dalam persahabatan lintas-gender komunikasi. Untuk mengatasi tantangan ini, kedua belah pihak harus berkomunikasi secara terbuka tentang batas-batas hubungan.
3.3.1   Komunikasi dan Gender Budaya
Budaya komunikasi adalah sekelompok orang dengan seperangkat norma yang ada tentang bagaimana mereka berkomunikasi satu sama lain. Budaya ini dapat dikategorikan sebagai maskulin atau feminin. Budaya komunikasi lain termasuk Afrika-Amerika, orang tua, asli Indian Amerika, pria gay, lesbian, dan orang-orang cacat. Gender budaya terutama diciptakan dan dipertahankan oleh interaksi dengan orang lain.Melalui komunikasi kita belajar tentang sifat-sifat dan kegiatan apa budaya mereka dan menentukan seks mereka. Meskipun umumnya percaya bahwa seks mereka adalah akar sumber perbedaan dan bagaimana berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, itu sebenarnya jenis kelamin yang memainkan peran yang lebih besar.
Seluruh kebudayaan dapat dipecah menjadi maskulin dan feminin, masing-masing berbeda dalam cara mereka bergaul dengan orang lain melalui gaya komunikasi yang berbeda. Julia T. Wood ‘s studi menjelaskan bahwa “komunikasi memproduksi dan mereproduksi definisi budaya maskulinitas dan feminitas.”
Maskulin dan feminin budaya berbeda secara dramatis dalam kapan, bagaimana dan mengapa mereka menggunakan komunikasi. Dalam rangka untuk berkomunikasi secara efektif di seluruh budaya dan jenis kelamin, kita harus menjembatani kesenjangan komunikasi ini.
3.3.2   Gaya Komunikasi Gender
Masculine cenderung untuk berbicara lebih banyak daripada di muka umum, tapi feminin cenderung untuk berbicara lebih banyak daripada maskulin di rumah. Feminin lebih cenderung untuk saling berhadapan dan melakukan kontak mata ketika berbicara, sementara orang-orang maskulin lebih mungkin untuk berpaling dari satu sama lain. Masculine cenderung untuk melompat dari topik ke topik, tapi feminin cenderung untuk berbicara panjang lebar tentang satu topik.
Saat mendengarkan, perempuan membuat lebih banyak suara-suara seperti “mm-hmm” dan “eh-eh”, sedangkan orang-orang maskulin lebih cenderung diam-diam mendengarkan. Feminin cenderung untuk menyatakan persetujuan dan dukungan, sementara orang maskulin lebih cenderung untuk perdebatan.
Julia T. Wood menjelaskan cara “perbedaan antara budaya menanamkan gender komunikasi.”Perbedaan ini dimulai pada masa kanak-kanak. Penelitian Maltz dan Borker menunjukkan bahwa permainan anak-anak bermain membantu anak-anak bersosialisasi ke dalam budaya maskulin dan feminin. Sebagai contoh, anak-anak bermain rumah-rumahan mempromosikan hubungan pribadi, dan bermain rumah-rumahan tidak perlu memiliki aturan tetap atau tujuan. Anak laki-laki, bagaimanapun, cenderung untuk bermain olahraga tim yang lebih kompetitif dengan tujuan dan strategi yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini sebagai anak-anak membuat orang feminin beroperasi dari asumsi tentang komunikasi dan menggunakan aturan untuk komunikasi yang berbeda secara signifikan dari yang didukung oleh sebagian besar orang maskulin.
3.3.3   Teori Tentang Komunikasi Gender
Kesalahpahaman berasal dari gaya interaksi yang berbeda. Maskulin dan feminin memiliki cara yang berbeda untuk menunjukkan dukungan, perhatian dan kepedulian. Maskulin dan feminin sering melihat pesan yang sama dengan cara yang berbeda.
Feminin cenderung untuk melihat komunikasi lebih sebagai cara untuk menghubungkan dan meningkatkan rasa kedekatan dalam hubungan. Sedangkan Masculine melihat komunikasi lebih sebagai cara untuk mencapai tujuan.
Feminin memberikan lebih banyak isyarat tanggapan dan isyarat nonverbal untuk menunjukkan minat dan membangun hubungan. Masculine menggunakan sinyal umpan balik kepada kesepakatan aktual dan ketidaksepakatan. Untuk orang-orang yang maskulin, tanggapan yang sama ini menunjukkan kesepakatan atau ketidaksepakatan dengan apa yang sedang dikomunikasikan.

Untuk orang-orang feminin, berbicara adalah cara utama untuk menjadi lebih dekat kepada orang lain. Untuk orang-orang yang maskulin, tujuan bersama dan penyelesaian tugas adalah cara utama untuk menjadi dekat dengan orang lain. Masculine lebih cenderung untuk mengekspresikan peduli dengan melakukan sesuatu yang konkret untuk atau melakukan sesuatu bersama-sama dengan orang lain. Feminin dapat menghindari disakiti oleh orang maskulin dengan menyadari betapa maskulin orang berkomunikasi peduli. Masculine dapat menghindari disakiti oleh orang feminin dengan menyadari bagaimana orang berkomunikasi feminin peduli.
Feminin mengekspresikan kepedulian untuk maskulin orang dapat melakukannya secara lebih efektif dengan melakukan sesuatu untuk mereka atau melakukan sesuatu dengan mereka. Masculine mengekspresikan peduli untuk feminindapat melakukannya secara lebih efektif dengan berkomunikasi secara lisan bahwa mereka peduli.
Masculine menekankan kemerdekaan dan untuk itu kecil kemungkinannya untuk meminta bantuan dalam mencapai objektif. Masculine sangat kecil kemungkinannya untuk menanyakan arah ketika mereka kehilangan daripada orang feminin. Masculine keinginan untuk mempertahankan otonomi dan tidak tampak lemah atau tidak kompeten.
Feminin mengembangkan hubungan dalam lebih dari orang maskulin. Feminin orang mencari dan menyambut hubungan dengan orang lain lebih dari orang maskulin. Masculine orang cenderung berpikir bahwa hubungan membahayakan kemerdekaan mereka Untuk orang-orang feminin, hubungan sumber konstan minat, perhatian dan komunikasi. Untuk orang-orang yang maskulin, hubungan bukan sebagai
pusat. Masculine orang merasa bahwa tidak perlu berbicara tentang hubungan yang berjalan baik. Feminin merasa bahwa sebuah hubungan berjalan baik selama mereka berbicara tentang hal itu.

Feminin dapat menghindari disakiti maskulin dengan menyadari bahwa orang tidak selalu merasa perlu berbicara tentang hubungan yang berjalan baik. Masculine dapat membantu memperbaiki komunikasi dalam suatu hubungan dengan menerapkan aturan komunikasi feminin. Feminin dapat membantu memperbaiki komunikasi dalam suatu hubungan dengan menerapkan aturan komunikasi maskulin.
3.3.4   Cara Berkomunikasi dengan Lawan Jenis
1.    Individu harus menangguhkan penilaian.
Ketika seseorang menemukan nya sendiri bingung dalam percakapan lintas-gender, ia harus menahan kecenderungan untuk menghakimi dan bukannya mengeksplorasi apa yang terjadi dan bagaimana orang itu dan pasangan mereka mungkin lebih memahami satu sama lain.
2.    Mengenali validitas gaya komunikasi yang berbeda.
Feminin kecenderungan untuk menekankan hubungan, perasaan
dan responsif tidak mencerminkan ketidakmampuan untuk mematuhi aturan-aturan maskulin untuk bersaing lebih dari maskulin stres pada hasil instrumental adalah kegagalan untuk mengikuti peraturan feminin kepekaan terhadap orang lain.Wood mengatakan bahwa tidak sepantasnya untuk menerapkan satu kriteria – baik maskulin atau feminin – untuk kedua jenis kelamin ‘komunikasi. Sebaliknya, orang harus menyadari bahwa tujuan yang berbeda, prioritas dan standar yang berkaitan dengan masing-masing.
3.     Memberikan petunjuk terjemahan.
Mengikuti saran sebelumnya membantu orang menyadari bahwa orang-orang maskulin dan feminin cenderung untuk mempelajari aturan yang berbeda untuk interaksi dan yang masuk akal untuk berpikir tentang membantu yang lainnya menerjemahkan gender komunikasi
Anda. Hal ini terutama penting karena tidak ada alasan mengapa salah satu jenis kelamin harus secara otomatis memahami aturan-aturan yang bukan bagian dari gender nya budaya.
4.      Carilah isyarat terjemahan.
Interaksi juga dapat ditingkatkan dengan mencari terjemahan isyarat dari orang lain. Mengambil pendekatan konstruktif untuk interaksi dapat membantu meningkatkan lawan jenis reaksi budaya.
5.      Memperbesar gaya komunikasi Anda sendiri.
Dengan mempelajari budaya lain komunikasi kita tidak hanya belajar tentang budaya lain, tetapi juga tentang diri kita sendiri. Bersikap terbuka untuk belajar dan tumbuh dapat memperbesar seseorang keterampilan komunikasi sendiri dengan memasukkan aspek-aspek komunikasi yang ditekankan dalam kebudayaan lain. Menurut Wood, individu disosialisasikan ke maskulinitas bisa belajar banyak dari budaya feminin tentang bagaimana dukungan teman-teman. Demikian pula, budaya feminin dapat memperluas cara mereka mengalami keintiman dengan menghargai “kedekatan dalam melakukan” itu adalah khusus maskulin.
6.      Wood mengulangi lagi, sebagai saran keenam
Bahwa individu harus menangguhkan penilaian. Konsep ini sangat penting karena penilaian adalah suatu bagian dari budaya Barat yang tidak sulit untuk mengevaluasi dan kritik orang lain dan mempertahankan posisi kita sendiri. Sementara budaya jender sibuk menghakimi gender lain budaya dan membela diri mereka sendiri, mereka tidak membuat kemajuan dalam berkomunikasi secara efektif. Jadi, menangguhkan penilaian adalah pertama dan terakhir prinsip efektif komunikasi lintas gender.




IV. PENUTUP
5.1      Kesimpulan
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya.  Komunikasi kelompok sebagai interaksi secara  dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan pada komunikan atau massa yang jumlahnya relatif banyak. Karena jumlahnya yang banyak maka latar belakang pengetahuan dan tingkat pendidikan juga beragam dalam tingkatan yang tinggi. Dalam komunikasi gender, Budaya maskulin dan feminin dan individu umumnya berbeda dalam bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh, feminin cenderung mengungkapkan diri lebih sering daripada orang-orang yang maskulin, dan lebih bersifat pribadi.
5.2       Saran
Mahasiswa harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik, baik berkomunikasi dalam kelompok, massa maupun gender. Penyuluh harus mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan para petani agar informasi yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh para petani.








Tidak ada komentar: