Jumat, 04 Mei 2012

dasar ilmu tanah laporan lengkap


I.       PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Tanah  sebagai media pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari komposisi berat atau satuan volume fase padat tanah. Komposisi ini dikenal sebagai berat jenis tanah. Dan sebagai sistem tiga fase yaitu fase padat, cair, dan gas. Di antara fase itu sekitar 50% volume tanah yang sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnya merupakan bahan organik, ditempati fase padat tanah. Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang ditempati sebagian oleh fase cair dan gas.
Sifat fisik tanah tergantung pada jumlah ukuran dan komposisi mineral dari partikel tanah, penting diketahui untuk memeperlancar penentuan Bulk Density (BD). Dalam tanah terdapat sejumlah pori-pori. Ruang pori ini diisi oleh air dan udara, air dan udara juga bergerak melalui ruang pori ini. Jadi penyediaan air dan udara untuk pertumbuhan tanaman berkaitan erat dengan jumlah dan ukuran pori. Oleh karena berat tanah berhubungan dengan jumlah dan ukuran pori, maka hubungan ruang pori tanah perlu diketahui dalam analisis bulk density.
Berat isi berguna untuk menghitung berat tanah di lapangan. Bulk Density penting untuk menghitung tiap-tiap hektar tanah yang didasarkan pada berat tanah per hektar. Bulk Density merupakan berat suatu massa tanah per satuan volume tertentu. Tanah yang lebih padat mempunyai nilai Bulk Density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat.
Nilai Bulk Density dapat menggambarkan adanya lapisan pada tanah, pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineralnya, porositas, daya memegang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus oleh akar.
1.2         Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum bulk density adalah untuk mengetahui nilai bulk density tanah  utuh pada sempel tanah.
 Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah dan jenis tanah apa yang cocok untuk lahan pertanian sehubungan dengan tingkat Bulk Density.


II.          TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Bulk Density
Kerapatan suatu tanah adalah cara lain dalam menyatakan berat tanah. Disini seluruh ruang tanah (ruang yang diduduki oleh butir padat dan pori tanah), masuk dalam perhitungan. Kerapatan massa diukur sebagai massa suatu kesatuan masa tanah kering. Kerapatan massa ditentukan baik oleh banyaknya pori maupun oleh butiran tanah padat. Jadi tanah yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan volume rendah dan tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya. (Buckman dan Brady, 1982).
Bulk Density merupakan petunjuk kerapatan tanah, makin padat suatu tanah maka makin sulit meneruskan air dan penetrasi akar makin sulit. Bulk density sangat penting pada pertumbuhan tanaman karena kita dapat mengetahui kebutuhan pupuk atau air pada tiap-tiap pada tiap-tiap hektar tanah didasarkan pada berat tanah. (Harjowigeno, 2003).
Berat isi merupakan berat (massa) satu satuan volume tanah kering, umumnya dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik. Volume tanah termasuk butiran padat dan ruang pori. Berat isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah. Bahan organik memperkecil berat isi tanah, karena bahan organik jauh lebih ringan dibandingkan dengan bahan mineral (Pairunan A.K. dkk, 1997).


III.             BAHAN DAN METODE
3.1.            Waktu dan Tempat
Praktikum bulk density dilaksanakan pada hari Kamis, 13 april 2012, Pukul 11.00 WITA sampai selesai di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2.            Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ring sampel, penggaris, timbangan dan gelas ukur.
            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel tanah utuh dan air.
3.3.            Prosedur kerja
Prosedur kerja dari praktikum bulk density adalah  :
1.       Contoh tanah dari pengamatan profil yaitu contoh tanah utuh yang diambil dengan ring sampel, dimasukkan ke dalam 2 hari sebelum praktikum.
2.       Setelah diovenkan, contoh tanah tadi dimasukkan dalam desikator untuk didinginkan kemudian ditimbang tanah beserta ring sampelnya. Selanjutnya keluarkan tanahnya kemudian timbang ring sampelnya.
3.         Menghitung bulk density dengan persamaan:

IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.            Hasil
Berdasarkan hasil pegamatan yang telah dilakukan pada praktikum Bulk Density maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Perhitungan Bulk Density Tanah Mollisols
Lapisan
Gram/cm3
Lapisan 1
1
Lapisan 2
1,3
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2012.
4.2.            Pembahasan
Dari hasil praktikum, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa lapisan I memiliki tingkat bulk density sebesar 1 gr/cm 3 dan lapisan 2 tingkat bulk density  memiliki 1,3grm/cm3 nilai bulk density yang cukup rendah. Hal ini terjadi karena pada lapisan I dan II mengandung tekstur yang liat dan dipengaruhi pula oleh struktur tanah dimana tanah lapisan ini mempunyai struktur yang kokoh dan pori-pori makro yang sedikit. Struktur yang kokoh mempunyai nilai bulk density yang rendah jika dibandingkan dengan lapisan lainnya. Struktur yang kokoh mempunyai pori-pori makro yang sedikit artinya bahwa kerapatannya semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan dkk (1997), bahwa tanah berpori-pori renggang mempunyai bobot kecil per satuan volume dan tanah yang padat berbobot tinggi per satuan volume.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density adalah stuktur, kadar air, bahan organik dan tekstur. Tanah bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot antara 1,0-1,3 g/cm³, sedangkan yang bertekstur kasar bobotnya antara 1,3-1,8 g/cm³,bahan organik mempunyai berat isi dari tanah karena bahan ini lebih  ringan dari pada mineral, kemudian bahan organik juga turut memperbesar pori. Kadar air dalam pori-pori yang luas sangat sulit memegang tanah.



V.               KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.            Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum penetapan nilai Bulk Density, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.    Bulk Density merupakan petunjuk kerapatan tanah, makin padat suatu tanah maka makin sulit meneruskan air dan penetrasi akar makin sulit. Nilai bulk density adalah 1,35 gram/cm3
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai bulk density adalah bahan kandungan organik, tekstur, dan struktur tanah.
5.2.            Saran
Sebaiknya asisten memberikan soal tugas pendahuluan tidak terlalu banyak dan diberikan 3-5 hari sebelum praktikum agar tugas tersebut bisa dipelajari dengan baik sehingga tidak ada lagi yang gagal respon.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1, 2011. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Anonim 2, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bulk Density. Diakses dari http://strukturtanah.blogspot.com/pada 19 Mei 2011. Makassar.
  Foth, Henry D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Yogakarta.
  Hakim, Nurhajati, M. Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B.Hong, H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
   Hardjowigeno. S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
  Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.







I.            PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Tanah adalah suatu sistem yang kompleks tersusun atas padatan, cairan dan gas, bagian padat terdiri dari bahan organik dan anorganik.Bagian cairan terdiri dari air dan tanah yang mengisi sebagian dan seluruh pori-pori yang terdapat antara butir-butir tanah, merupakan larutan dari berbagai garam dan senyawa yang larut dalam air.Bagian gas merupakan udara yang mengisi pori-pori tanah yang tidak ditempatioleh air.
Tanah dengan struktur remah umumnya mempunyai porositas yang besar.Pengolahan tanah dapat memperbesar porositas, namun dalam waktu lama dapat menyebabkan porositas menurun.Oleh karena itu memperbesar porositas tanah dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik atau melakukan pengolahan tanah minimum.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum porositas tanah mengingat perlunya bagi kita untuk mengetahui nilai porositas tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai porositas adalah nilai bulk density dan nilai partikel density pada tanah.Selain itu, porositas tanah juga dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan tekstur tanah. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melakukan percobaan porositas untuk mengetahui porositas pada tanah.


1.2.       Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukan praktikum porositas adalah untuk mengetahui besarnya porositas tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
            Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi dalam mengolah tanah untuk menghindari rusaknya struktur tanah, dan mengetahui cara menentukan porositas tanah, serta hubungan porositas dengan kesuburan tanah


II.         TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Porositas        
Porositas merupakan total pori tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati air dan udara. Pada keadaan basa seluruh pori tanah baik mikro, makro, dan meso terisi air. Pada keadaan kering pori tersebut berisi udara (Pairunan,1997).
Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air).Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (macro pore) dan pori-pori halus (mikro pore). Pori-pori kasar berisi udara dan air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi dari tanah pasir (Hardjowigeno, 2003).
            Pori-pori tanah mempunyai ukuran dan fungsi bagi tanaman yang berbeda-beda. Pori-pori tanah yang ukurannya bermacam-macam dapat dibedakan  kedalam pori berguna dan pori yang tidak berguna bagi tanaman. Pori yang tidak berguna adalah pori yang mengandung air sehingga akar tanaman tidak dapat menyerapnya, sedangkan pori berguna adalah berukuran lebih dari 0,2 µ yang terdiri dari pori diisi oleh air dan udara, atau keadaan jenuh seluruhnya diisi oleh drainase untuk pembuangan (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
            Pori-pori tanah dibagi dua macam, yaitu pori-pori kasar/besar (makropere) merupakan pori-pori yang berisi udara dan air gravitasi(air yang rendah hilang), pori ini tidak menahan air dengan gaya kapiler sehingga sering disebut sebagai pori aerasi atau pori non kapiler. Jenis pori yang kedua adalah pori halus (mikro pere) merupakan pori yang berisi udara dan air kapiler sehingga disebut juga pori kapiler. Pori ini dapat menahan air dalam tanah. Tanah yang baik adalah tanah yang seimbang antara aerasi dan pori kapilernya. (Hakim, dkk, 1986).
            Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati oleh butiran padat. Pori ditempati oleh udara dan air yang pada umumnya pori-pori makro (besar) berisi udara sedangkan pori-pori mikro (kecil) berisi air (Pairunan,dkk, 1997).
            Untuk menentukan porositas tanah, sampel tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh yang kemudian cores ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh dan cores yang kering oven merupakan volume ruang pori untuk tanah kondisi jenuh. Persentase ruang pori dalam tanah dapat dihitung dari kerapatan isi dan kerapatan zarah jika keduanya ditetapkan dalam pengukuran yang sama.  (Foth, H.D, 1994).
Tanah bertekstur halus akan mempunyai persentase ruang pori tanah yang lebih tinggi daripada tanah bertekstur kasar, walaupun ukuran pori dari tanah bertekstur halus lebih banyak dan lebih kecil. Porositas total sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran pori dalam tanah yang merupakan suatu sifat penting (Syarief, S., 1985).
            Ruang pori-pori total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebahagian dari pori-pori itu terdiri dari pori-pori yang besar dan sangat efisien dalam lalu lintas air maupun udara. Persentase volume yang ditempati oleh pori-pori kecil, dalam tanah-tanah berpasir adalah rendah, yang menunjukkan kapasitas memegang air yang rendah. Sebaliknya, pada top-soil bertekstur halus memiliki lebih banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri dari pori-pori kecil. Hasilnya adalah tanah dengan kapasitas memegang air yang besar (Hakim, 1986).
            Air dan udara bergerak melalui tanah dengan sukar karena hanya sedikit saja terdapat pori-pori berukuran besar. Jadi dapat kita lihat bahwa ukuran ruang pori-pori itu dalam tanah sama pentingnya dengan jumlah ruang pori-pori total (Foth, H.D, 1994).
Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi air kapiler atau udara. Porositas tinggi apabila bahan organik juga tinggi. Tanah-tanah yang bertekstur granuler atau rendah mempunyai porositas yang tinggi daripada tanah-tanah yang bertekstur pasir. (Syarief, S. 1985).
Nilai porositas dapat diperoleh dari nilai BD dan PD. Semakin rendah nilai BD dan PD maka makin tinggi nilai porositasnya, sebaliknya semakin tinggi nilai BD dan PD maka semakin rendah porositasnya (Hardjowigeno, 2003)








III.           BAHAN DAN METODE
3.1.            Waktu dan Tempat
Praktikum porositas dilaksanakan pada hari Kamis, 13 April 2012 pukul 11.00 WITA di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2.            Alat dan Bahan
Alat                                                                          Bahan
1.ring sampel,                                                           1. Sempel tanah
2.timbangan,                                                            2. aquades
3.cawan petridish,
4.oven, desikator,
5.gelas ukur 100 ml,
 6.pengaduk.
3.3.            Prosedur kerja
1.      Hitung nilai density dan particle density contoh tanah.
2.      Hitung nilai porositas dengan persamaan sebagai berikut:
            Porositas          =  x 100%




IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.            Hasil
Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang dilakukan pada percobaan ini maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil perhitungan porositas          
Lapisan
Porositas (%)
I
55
II
45
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012
4.2.            Pembahasan
Berdasarkan tabel hasilpengamatan  di atas, dapat dilihat bahwa nilai porositas yang dimiliki oleh tanah Mollisols lapisan I adalah  55% dan lapisan II 45%. Nilai porositas ini diperoleh dari nilai Bulk Density dan Particle Density yang rendah pada percobaan sebelumnya.Pada lapisan I, nilai persentase porositasnya cukup tinggi. Ini disebabkan pada lapisan I banyak terdapat bahan organik sehingga memperbesar porositasnya serta adanya struktur tanah berupa remah atau granular juga akan memperbesar porositas tanah. Dan lapisan II sama dengan lapisan I beda sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hakim (1986), bahwa jika butir padat tersusun dalam agregat-agregat yang menggumpal seperti yang terjadi pada tanah yang sedang dengan kandungan bahan organik besar maka ruang pori persatuan volume juga akan tinggi.
           
V.               KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.            Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum porositas tanah, maka dapat dikesimpulkanbahwa:
1.      Pada Tanah Mollisols lapisan I nilai Porositasnya 55 % dan lapisan II 45%.
  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi porositas adalah kandungan bahan organik, sturktur tanah, tekstur, BD dan PD.
5.2.            Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan prosedur kerja, asisten turut mendampingi para praktikan agar bisa mengoreksi apabila terjadi kesalahan prosedur. Dan tidakmelakukan asisitensi diluar jam atau pada saat kulaih praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1 2012. Sifat Fisik Batuan Reservor .www.migasnet02wulan8011.blogspot.com
Anonim 2, 2012.Faktor-faktor yang mempengaruhi Porositas. Diakses dari http://porositas.blogspot.com/pada 19 april 2012.Makassar.
Foth.H.D, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Hakim N,M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.G.Nugroho, M.R.Saul, M.A.Dhina, G.B.Hong, H.Baley, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung .Lampung.
Hardjowigeno.S, 2003.Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta
Pairunan A.K, J.L.Nanere, Arifin, Solo S.R.S, Romualdus. T, J.R. Lalopua, Bachrul I, Hariadji.A, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Badan kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur, Makassar.
Sutedjo Mulyani dan Kartasopoetra, 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Syarief. H. F., Saifuddin. Dr.Ir., 1985, Fisika Kimia Tanah Pertanian. CV Pustaka Buana :Bandung.



 I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Salah satu cara mengutarakan berat tanah adalah yang disebut dengan Partikel Density. Partikel Density didefinisikan sebagai berat suatu volume kepadatan tanah. Jelasnya yang dimaksud dengan tanah disini adalah volume tanah saja, jadi tidak termasuk volume ruang-ruang yang terdapat diantara partikel tanah.
Besarnya ukuran dan cara teraturnya partikel tanah tidak terpengaruh kepada partikel density, akan tetapi kandungan bahan organik memberi pengaruh pada partikel density. Ini salah satu penyebab tanah lapisan atas mempunyai nilai partikel density yang lebih rendah jika dibandingkan dengan lapisan bawahnya karena lapisan atas mempunyai kandungan bahan organik yang banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi partikel density adalah bulk density yang secara tidak langsung berhubungan dengan kandungan bahan organik tanah, tekstur, dan struktur tanah.
Kecepatan zarah tanah dapat ditentukan dengan memperhatikan partikel tanah, jadi kecepatan partikel tanah yaitu konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah antara partikel tanah. Kerapatan tanah dapat ditentukan dengan menunjukkan partikel tanah. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan percobaan mengenai partikel density agar kita mengetahui tentang partikel density pada tiap-tiap lapisan tanah.


1.2     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum tentang partikel density adalah untuk mengetahui tingkat partikel density yang mengutarakan tentang berat tanah.
Kegunaan diadakannya praktikum tentang partikel density adalah untuk mengetahui tinggi atau rendahnya tingkat partikel density pada tanah untuk disesuaikan dengan keadaan dan pertumbuhan tanaman.
















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Particle Density
Partikel density adalah berat tanah kering persatuan volume partikel-partikel tanah (jadi tidak termasuk pori-pori tanah). Tanah mineral mempunyai partikel density yaitu 2,65 gr/cm3. Dengan mengetahui besarnya nilai partikel density dan bulk density, maka dapat dihitung banyaknya persentase (%) pori-pori tanah. Kandungan bahan organik memberikan pengaruh pada partikel density (Hardjowigeno, 2003).
Untuk menentukan kepadatan partikel tanah, pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang kuat. Oleh karena itu, kerapatan partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Hal ini didefinisikan sebagai massa tiap unit volume partikel tanah dan sering kali dinyatakan dalam gram/cm3. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gram/cm3 (Foth, 1994).
Kerapatan partikel (bobot partikel) adalah bobot massa partikel padat persatuan volume tanah, biasanya tanah memiliki kerapatan partikel 2,6 gr/cm3. Kerapatan partikel erat hubungannya dengan kerapatan massa. Hubungan kerapatan partikel dan kerapatan massa dapat menentukan pori-pori pada tanah (Hanafiah, 2006).
Partikel density dinyatakan dalam berat (gram tanah persatuan volume cm3) tanah. Jadi bila 1 cm3 padatan tanah beratnya 2,6 gram, maka partikel density tanah tersebut adalah 2,6 gr/cm3 (Pairunan,1985).
Pada kisaran partikel density tanah – tanah mineral kecil adalah 2,6-2,93 gr/cm3. Hal ini disebabkan mineral kwarsa, feldspart dan silikat koloida yang merupakan komponen tanah sekitar angka tersebut. Jika dalam tanah terdapat mineral berat sepereti magnetik, garmet, sirkom, tourmaline dan hornblende, partikel  density dapat melebihi 2,75 gr/cm3. besar ukuran dan cara teraturnya partikel tanah tidak dapat berpengaruh dengan partikel density ( Hakim, 1986).


































III. METODOLOGI
3.1     Waktu dan Tempat
Praktikum Particle Density dilaksanakan pada hari kamis, 13 april 2012 pada pukul 11.00 WITA – selesai, di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2     Alat dan Bahan
Alat                                         Bahan
 1.gelas ukur dan                     1. Sempel tanah
2. pengaduk.                           2. tissu
                                    3. air
3.3     Prosedur Kerja
1.        Masukkan tanah hasil analisa bulk density sebanyak 40 gram kedalam gelas ukur 100 ml yang telah diberi air sebanyak 50 ml dan aduk dengan baik untuk melepaskan udaranya.
2.        Membilas gelas pengaduk pada dinding silinder dengan jumlah air (kurang lebih 10 ml).
3.        Membiarkan campuran selama 5 menit untuk melepaskan udaranya dan catat volume air dalam gelas ukur, ingat bahwa pada tanah terdapat udara dan air.
4.        Menghitung Partikel Densitynya
PD  =    gr/cm3
SVol partikel padat  =  (Vol air dan tanah)–(Vol gelas ukur+Vol air pembilas) cm3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.  Hasil Pengamatan particle Density:
tanah
Gram/cm3
Lapisan 1
2.22
Lapisan 2
2.35
Sumber : Data Primer diolah, 2012
4.2     Pembahasan
Pada tabel di atas, nilai particle density lapisan 1 ialah 2.22 gr/cm3 ,dan lapisan 2, 2,35 gr/cm3. dikarenakan tanah ini cukup banyak mengandung bahan organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth H.D. (1998) bahwa kerapatan partikel dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan tekstur tanah, tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai partikel density (kerapatan jenis) yang lebih rendah.
Bahan organik dikatakan menjadi faktor penting karena pada lapisan vertisol mempunyai bahan organik yang tinggi tetapi bahan organik tersebut mengalami pencucian oleh air hujan maka secara otomatis bahan organik tersebut bergerak ke lapisan di bawahnya sehingga bahan organik menjadi berkurang dan Particle Density-nya pun menjadi rendah. Hal ini sesuai pendapat Hardjowigeno (2003), bahwa lapisan atas mengalami pencucian oleh air hujan dimana bahan organiknya menjadi rendah maka Particle Density-nya pun ikut menjadi rendah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1     Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan Partikel Density pada tanah kering oven dapat disimpulkan :
1.             Tanah tersebut memiliki partikel density sebesar 2,22 dan 2,35 gr/cm3, sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah jenis ini memilliki banyak mineral kecil seperti mineral kwarsa, feldspart dan silikat koloida.
2.              Faktor- faktor yang mempengaruhi partikel density adalah bulk density secara tidak langsung berhubungan dengan kandungan bahan organik, tekstur dan struktur tanah.
5.2     Saran
Untuk kelancaran praktikum selanjutnya, sebaiknya bahan dan alat praktikum harus tersedia lengkap . Dengan adanya ketersedian bahan dan alat praktikum yang lengkap, akan mempermudah dan membantu para praktikan dalam melakukan percobaan.







DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Makassar
Foth H.D. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Makassar.
Hakim N.M, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Hanafiah, 2006. Partikel Density. Makassar
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akadeika Presindo.
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Makassar
Pairun, dkk. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKPTN Indonesia Bagian Timur. Makassar


PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
pH tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah sebuah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Biasanya tanah pada daerah basah bersifat masam dan tanah pada daerah kering bersifat basa (alkali).
Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi kepekatan / konsentrasi (H+) dalam tanah, makin rendah pH tanah dan sebaliknya, makin rendah konsentrasi (H+) maka makin tinggi pH tanah. Sehubungan dengan nilai pH dijumpai 3 kemungkinan, yaitu : masam, netral dan basa (alkali).
Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif disababkan oleh ion H+ dan Al3+ yang terjerap pada kompleks jerapan.
Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral, atau alkalin. Pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam larutan tanah, bila dalam tanah ditemukan ion H lebih banyak dari OH, maka disebut masam. Bila ion H sama dengan OH disebut netral, dan bila ion OH lebih banyak dari pada ion H disebut ion alkalin.
Peranan pH tanah meliputi:
a.       Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman.
b.      Mempengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah.
c.       Mempengaruhi keterikatan unsur P.
d.      Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.
e.      Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus.
                                                                                                 
               
1.2   Tujuan dan kegunaan
1.       Menetapkan pH tanah dengan menggunakan indikator universal.
2.       Mengetahui cara menetapkan pH tanah dengan menggunakan digital pH.
3.       Mengetahui hasil perbandingan pH tanah dengan menggunakan indikator  dan lakmus


























TINJAUAN PUSTAKA
1.1  PH TANAH
Air bersifat netral karena konsentrasi H+ dan OH+ yang sama. Pada keadaan nbetral, pH adalah 7. Suatu ukuran skala pH digunakan untuk memudahkan menyatakan konsentrasi H+ yang sangat kecil di dalam air maupun di dalam berbagai system hayati penting. Kation-kation yang dapat dipertukarkan terserap dengan tenaga yang cukup besar untuk memperlambat pencuciannya dari tanah, tetapi sejumlah kation yang cukup besar mengalami disosiasi dari permukaan perukaran kation yang terdapat dalam larutan dimana kation itu siap untuk digunakan tanaman. Pada disosiasi, basa yang dapat dipertukarkan menyebabkan terjadinya hidrolisis sehingga dihasilkan ion-ion OH- (Foth, 1994).
Pengukuran pH tanah di lapangan dengan prinsip kalori meter dengan menggunakan indicator (larutan, kertas lakmus), yang menunjukkan warna tertentu pada pH berbeda. Kesalahan pengukuran dapat terjadi antara 0,1 – 0,5 unit pH atau bahkan lebih besar karena pengaruh pengenceran dan faktor-faktor lain. Untuk mengukur pH basa kuat di lapangan, indikator fenolptalin yang tidak berwarna sangat bermanfaat karena akan berubah menjadi ungu sampai merah pada pH 8,3 – 10. Kondisi yang sama pada pengukuran pH di lapangan pada kondisi luar biasa asam dihunakan indikator Brom Cresol Green (0,1 gram dilarutkan pada 250 ml 0,006N NaOH) yang berubah dari hijau sampai kuning pada pH 5,3 dan yang lebih rendah dari pada 3,8. Untuk mengetahui pH tanah di lapangan, secara umum dapat digunakan indikator universal / campuran (Mohr, 1972).
Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH dinaikan dari 5.0 menjadi 7.5 atau 8.0. Molibdenium berkurang ketersediannya bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari 5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak yang dapat menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang sangat tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat menggangu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Soepardi 1983). Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH dinaikan dari 5.0 menjadi 7.5 atau 8.0. Molibdenium berkurang ketersediannya bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari 5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak yang dapat menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang sangat tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat menggangu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Soepardi 1983).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hydrogen H+ di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion  lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan oin H+. pada tanah-tanah yang masam ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih tinggi daripada ion H+. bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bersifat netral yaitu mempunyai nilai pH 7. Kemasaman tanah terdapat pada daerah dengan curah hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar dapa tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang sangat penting (Syaifuddin Syarief H.F, 1998).
Sifat kemasaman tanah ada dua jenis, yaitu kemasaman aktif dan memasaman potensial. Reaksi kemasaman aktif ialah yang diukurnya konsentrasi ion H+ yang terdapat pada pemakaian sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat ditukar baik yang terjerap olehn kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan. Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam ataupun basa. Asam-asam organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organic tanah. Menentukan kemasaman tanah ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang  dapat digunakan. Alat yang murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang-ulang dengan hasil pengukuran lebih akurat adalah pH tester dan soil tester (Hardjowigeno S, 1987).

















METEDEOLOGI
3.1   Tempat, tanggal dan waktu
       Tempat                              :  Laboratorium Fakultas Pertanian Ilmu tanah
       Hari/Tanggal                     :  jumat, 21 april 201
       Waktu                                :  13.20 WITA sampai selesai

3.2 Alat dan Bahan
1.       lakmus                                    6.       Timbangan digital
2.       Indikator universal                 7.       label
3.       Tabung film                            8.       15 ml Aquades
4.       Gelas ukur 10 ml                    9.       H2O
5.       Penghitung waktu                  10.   Tanah
3.3 Cara Kerja
1.       Timbang masing-masing 10 gr tanah untuk 3 tabung film
2.       Masukan 15 ml aquades ke masing-masing tabung film
3.       Campurkan tanah dan aquades
4.       Kocok selama 30 detik
5.       Diamkan campuran tanah tersebut selama 5 menit
6.       Untuk tabung 1, ukur pH dengan indicator universal
7.       Untuk tabung 2 ukur pH dengan digital pH hasilnya dijumlahkan kemudian dibagi 2



HASIL PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Table 7, hasil perthitungan 
Tabung
Tabung 1 (Ao)
Tabung 2 (A1)
Tabung 3 (A1)
pH
7
7,90
7,94

                A1 =  7,90 + 7,94
                                     2
                     =  7,92
                *Ph tanah menunjukkan kesamaan hasilnya,yaitu ±7 atau sama dengan Netral.
                Ket :       Ao = menggunakan indikator universal
A1 = menggunakan digital Ph

4.2 Pembahasan
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Tanah yang kami amati, bersuasana basa (pH>7.0). Artinya, tanah tersebut kandungan kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi terhadap fosfat dan tanaman makanan ternak pada tanah basa seringkali mengalami defisiesi P.
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0.
Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai. Sebagai contoh, alfalfa tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 6,2 hingga 7,8; sementara itu kedelai tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah tumbh dengan baik pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk sayuran, bunga dan semak-semak serta buah-buahan tergantung dengan pH dan ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi yang cukup. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut.
Herbisida, pestisida, fungsisida dan bahan kimia lainnya yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit tanaman juga dapat meracuni tanaman itu sendiri. Mengetahui pH tanah, apakah masam atau basa adalah sangat penting karena jika tanah terlalu masam oleh karena penggunaan pestisida, herbbisida, dan fungisida tidak akan terabsorbsi dan justru akan meracuni air tanah serta air-air pada aliran permukaan dimana hal ini akan menyebabkan polusi pada sungai, danau, dan air tanah.








KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi (pH) tanah dapat disimpulkan bahwa :
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah antara lain adalah perbandingan air dengan        tanah, kandungan garam-garam dalam larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah.
2.      Penetapan  pH tanah dengan digital pH hasilnya lebih akurat dibandingkan menggunakan indikator universal yang sifatnya kualitatif.






















DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Erlangga
Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo
Mohr. 1972. Tropical Soils. Net Herlands. Geuze Dordrecht
Syarief h.F, Syarifudin. 1998. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana