Jumat, 08 Juni 2012

MENGEMBANG-MENGERUT


I.      PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Salah satu sifat fisik tanah adalah mengembang dan mengerut. Sifat mengembang ditandai dengan terisinya semua ruang pori-pori tanah baik pori makro maupun pori mikro oleh molekul-molekul air dan gejala ini terjadi ketika tanah dalam keadaan basah. Sedangkan sifat mengerut tanah terjadi ketika tanah dalam keadaan kering setelah basah yang ditandai dengan semakin mengecilnya pori-pori tanah pada waktu mengerut.
Sifat mengembang dan mengerut adalah masuk atau keluarnya air ke atau dari antara lempeng-lempeng liat kristal tipe 2 : 1 yang menyebabkan terlihatnya sifat mengembang dalam keadaan basah dan mengerut kalau kering. Pengembangan terjadinya karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah.
Retakan-retakan tanah dapat memperbaiki aerasi tanah pada bagian lebih dalam. Namun, retakan-retakan yang terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya akar-akar tanaman. Pengembangan dan pengerutan yang tidak sama dapat menyebabkan retaknya pondasi gedung-gedung, sedangkan jalan yang diperkeras menjadi bergelombang.
      Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang banyak mengandung mineral liat smectit memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation-kation dan molekul-molekul air sudah masuk antara unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang saat basa dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut. Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi.
Dalam proses mengembang dan mengerut, bahan-bahan di dalam tanah di permukaan tanah sangat memegang peranan penting. Selain itu iklim juga mempengaruhi proses mengembang dan mengerut, semua energi di alam raya yang digunakan dalam proses genesis dan differensiasi tanah bersumber dari energi pada panas matahari. Jumlah energi yang sampai ke permukaan bumi tergantung pada kondisi bumi dan cuaca. Curah hujan yang tinggi juga mempengaruhi proses mengembang mengerut tanpa curah hujan proses mengembang dan mengerut tidak akan terjadi.
            Pengembangan terjadinya karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah.
Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorilonit yang tinggi. Oleh sebab itu, para ahli bangunan sangat berhati-hati. Kalau tanah banyak mengandung mineral liat tipe montmorilonit, mereka tidak berani mendirikan bangunan atau jalan. Kalau terpaksa harus mendirikan bangunan atau jalan, maka lapisan atas tanah dikupas atau dibuang, diganti dengan tanah dari tempat lain yang tidak mengandung montmorilonit, tetapi tipe lain seperti kaulinit, karena dengan bantuan tipe tanah ini pada tanah yang mengandung montmorilonit maka mereka dapat mendirikan bangunan.
      Berdasarkan uraian diatas, maka perlu melaksanakan praktikum mengembang dan mengerut untuk mengetahui persentase pengerutan dan pengembangan tanah sehingga dapat diperoleh teknik pengolahan tanah yang efektif dan efisien.
1.2.            Tujuan dan Kegunaan        
Tujuan praktikum sifat mengembang dan mengerut adalah untuk mengetahui persentase pengerutan dan pengembangan tanah dalam keadaan basah dan kering pada tanah lapisan II serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
      Kegunaan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pengolahan dan penanganan pada tanah-tanah yang memiliki sifat mengembang dan mengerut, sehingga kita dapat mengetahui jenis tanah yang cocok untuk lahan pertanian.



II. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang dan mengerut sehingga mengalami pecahan-pecahan pada musim kering. Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan mineral dari monmorilonit yang tinggi dan rendah. Besarnya pengembangan dan pengerutan pada tanah dinyatakan dengan Cole. Mineral dibedakan menjadi dua yaitu mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral asli yang terdapat dalam batuan yang melapuk yang terdiri dari fraksi-fraksi pasir dan debu. Mineral sekunder adalah mineral primer yang menghasilkan mineral baru yang esensial untuk perkembangan dan penyuburan yang umunya terdapat dalam fraksi liat yang sering ditemukan dalam tanah antara lain kaolinit, haloisit, montmorillonit, gibsit (Al Oksida), Fe Oksida dan lain-lain. Mineral liat sekunder besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti kapasitas tukar kation, daya mengembang dan mengerut tanah dan lain-lain (Hardjowigeno, 2003).
Mengembang dan mengerut merupakan ciri ke tiga dan ke empat dari lempung silikat. Sifat ini menyebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berada diantara satuan-satuan struktur misel. Mengembang dan mengerut, kohesi, dan plastisitas berhubungan erat satu sama lain. Ciri-ciri ini tergantung tidak hanya pada campuran lempung dalam tanah dan kation diadsorpsi yang menguasai akan tetapi juga sifat dan jumlah humus yang terdapat bersama koloida anorganik (Buckman, 1982).

Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang banyak mengandung mineral liat smectit memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation-kation dan molekul-molekul air sudah masuk antara unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang saat basah dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut (Hardjowigeno, 2003).
Pengembangan juga terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang terabsorsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah (Anonim 1, 2006).
Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah keadaan dimana tanah mengalami retakan-retakan yang disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan pada tanah akan mengakibatkan terjadinya pematahan pada akar tanaman (Hardjowigeno, 2003).
Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berada diantara satuan-satuan struktural misel. Jika kisi hablur lempung mengembang akan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembahasan oleh air. Setelah mengalami kekeringan sesuatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk ke dalam tanah (Buckman, 1982).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.      Waktu dan Tempat
Praktikum Sifat Mengembang dan Mengerut dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Rabu, 4 Mei 2011, pukul 13.00 WITA sampai selesai.
3.2.      Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas ukur, cawan petrish,  dan oven. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sampel tanah terganggu dan aquades.
3.3.      Prosedur Kerja
3.3.1.   Pengerutan Tanah
Pada praktikum ini, menggunakan sampel tanah yang memiliki sifat mengembang dan mengerut yang tinggi dan kurang, kemudian dibasahi lalu dikeringkan. Pengerutan dan retak-retak yang lebih nyata terlihat pada tanah yang mempunyai sifat mengembang dan mengerut yang lebih besar. Prosedur kerja pada pengerutan tanah dilakukan sebagai berikut:
1.      Masukkan tanah pada cawan Petrish hingga hampir penuh.
2.      Tambahkan air sehingga menimbulkan sedikit genangan, kemudian          diovenkan selama 1 x 24 jam (1 hari).
3.      Keluarkan cawan Petrish dan tanah, kemudian dinginkan.
4.      Tingkat pengerutan dapat dinyatakan dengan memperkirakan luas retakan-retakan dengan luas permukaan tanah semula dalam keadaan basah. Retakan-retakan dibagi dalam segmen-segmen yang diukur panjang dan lebarnya.
5.      Menghitung nilai pengerutan tanah dengan persamaan :
            Pengerutan Tanah =   x  100 %
3.3.2.   Pengembangan Tanah
Pada praktek ini, volume tanah pada waktu masih kering dan pada saat basah diukur. Prosedur kerja pada pengembangan tanah dilakukan sebagai berikut:
1.      Tanah kering (<2 mm) dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml, hingga volume tanah 15 ml. Kemudian, gelas ukur dihentak-hentakkan beberapa kali untuk memadatkan tanahnya.
2.      Keluarkan tanah dari gelas ukur tersebut ke wadah lain.
3.      Memasukkan air sebanyak 25 ml ke dalam gelas ukur, kemudian masukkan lagi tanah sedikit demi sedikit hingga semua masuk ke dalam air tersebut. Air di dalam gelas ukur ditambah bila masih ada bagian tanah yang belum basah.
4.      Biarkan tanah basah selama kurang lebih 30 menit, kemudian gelas ukur dihentak-hentakkan supaya tanah lebih padat.

5.      Bacalah volume tanah yang telah basah tersebut. Hitung besarnya pertambahan volume tanah dalam keadaan basah dibandingkan dengan keadaan kering.
6.      Menghitung nilai pengembangan tanah dengan persamaan :
            Pengembangan tanah =   x  100 %



















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Hasil
Berdasarkan pengamatan sifat mengembang dan mengerut yang dilakukan pada tanah lapisan II, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel Pengamatan Luas Retakan
Segmen No.
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Luas (cm2)
1
4,3
0,2
0,86
2
7,9
0,1
0,79
3
1,7
0,1
0,17
Total luas retakan :              1,82
Sumber : Data Primer yang Telah Diolah , 2011.
Tabel Perhitungan Pengembangan Tanah
No.
Sampel tanah
Volume tanah kering (ml)
Volume tanah basah (ml)
Persentase pengembangan


Lapisan II

15 ml

17 ml

13,3 %
Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2011.
4.2.      Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum sifat mengembang dan mengerut yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada sampel tanah II memiliki persentase pengerutan sebesar 60,7 % dan pengembangan sebesar 13,3 %. Dapat dilihat bahwa persentase pengembangan entisol sebesar 13,3 %. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan liat yang tinggi sehingga ketika tanah ini dalam keadaan basah tanah mudah menyerap air sehingga volume tanah berubah akibat pori terisi penuh oleh air. Sesuai pendapat Pairunan (1997) yang menyatakan bahwa tanah yang mengembang selalu banyak liatnya, dimana mempunyai kemampuan tinggi untuk menyerap dan menyimpan air.
Tanah yang mengembang selalu banyak liat, dimana mungkin saja mempunyai kemampuan yang tinggi menyimpan air, akan tetapi peredaran udara dalam tanah atau aerase tidak baik, penambahan bahan organik akan  mengurangi masalah kekurangan air pada tanah berpasir. Bahan organik membantu mengikat butiran liat dan membentuk ikatan yang lebih besar sehingga memperbesar ruang-ruang udara diantara ikatan butiran (Pairunan, 1985).
Sampel tanah tersebut memiliki persentase pengerutan sebesar 60,7 %. Hal ini disebabkan oleh kandungan liat yang dimiliki sehingga pada saat tanah dalam keadaan kering, tanah mudah retak atau mengerut. Hal ini sesuai dengan pendapat Asmin (2011) bahwa tanah yang tinggi kandungan liatnya mempunyai daya mengembang dan mengerut yang tinggi. Dengan demikian, tanah ini mudah lembek ketika basah dan mudah keras ketika kering. Kondisi tanah seperti ini dapat mengganggu perkembangan akar tanaman.
Menurut Munir (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut pada tanah adalah kadar air dalam tanah, luas ruang atau pori tanah serta kandungan mineral liat. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi pengembangan pada tanah, begitu juga sebaliknya. Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya.





















V.               KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.            Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah-celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Pengembangan biasanya terjadi pada musim hujan atau pada saat tanah basah.
2.      Pengerutan adalah keadaan dimana tanah mengalami retakan-retakan yang disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau pada saat tanah kering.
3.      Faktor- faktor yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut adalah kadar air dalam tanah, luas ruang atau pori tanah, serta kandungan mineral liat.
4.      Tanah lapisan II memiliki persentase pengembangan sebesar 13,3 %. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan liat yang tinggi sehingga ketika tanah ini dalam keadaan basah tanah mudah menyerap air sehingga volume tanah berubah akibat pori terisi penuh oleh air.
5.      Tanah lapisan II memiliki persentase pengerutan sebesar 60,7 %. Hal ini disebabkan oleh kandungan liat yang dimiliki sehingga pada saat tanah dalam keadaan kering, tanah mudah retak atau mengerut.

5.2.            Saran
Dalam praktikum sifat mengembang dan mengerut selanjutnya untuk menghindari kesalahan data hendaknya harus melakukan percobaan sesuai dengan prosedur-prosedur agar hasil yang didapatkan pada akhirnya adalah data yang akurat.
Dalam pengolahan lahan-lahan pertanian sebaiknya diperhatikan tingkat pengembangan dan pengerutan suatu tanah, karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas suatu lahan sebagai media tumbuh tanaman.

















DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2006. Water Holding Capacity. http:/bettersoils.com/ dalam www.google.com. Diakses pada tanggal  5 Mei 2011. Makassar. Pukul 19.20 WITA.

Asmin, 2011. Kemampuan Mengembang dan Mengerut http:/bolgspot.com/ dalam www.google.com. Diakses pada tanggal 5 Mei 2011. Makassar. Pukul 19.30 WITA.

Buckman, Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Pairunan, dkk. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.













LAMPIRAN
Persentase Pengembangan
Diketahui      : Volume tanah kering = 15 ml
Volume tanah basah  = 17 ml
Ditanyakan   : % Pengembangan = …?
Penyelesaian : % Pengembangan =  x 100 %
 =  x 100 %
 = 0,133 x 100 %
 = 13,3 %
Persentase Pengerutan
Diketahui        : Panjang segmen no. 1           = 4,3 cm
                          Panjang segmen no. 2           = 7,9 cm
                          Panjang segmen no. 3           = 1,7 cm
                          Panjang segmen terbesar       = 2,0 cm
                           Lebar segmen no. 1              = 0,2 cm
                           Lebar segmen no. 2              = 0,1 cm
                           Lebar segmen no. 3              = 0,1 cm
                           Lebar segmen terbesar          = 1,5 cm           
Ditanyakan      : % Pengerutan = ……….?
Penyelesaian    : % Pengerutan =  x 100%
                          Luas retakan segmen no. 1    = p x l
                                                                        = 4,3 cm x 0,2 cm
                                                                        = 0,86 cm2
                          Luas retakan segmen no. 2    = 7,9 cm x 0,1 cm
                                                                        = 0,79 cm2
                           Luas retakan segmen no. 3   = 1,7 cm x o,1 cm
                                                                        = 0,17 cm2.
                          Total luas retakan                  = 0,86 + 0,79 + 0,17
                                                                        = 1,82 cm2
                           Luas permukaan tanah         = p x l segmen terbesar
                                                                        = 2 cm x 1,5 cm
           = 3 cm2.
% Pengerutan tanah              x 100 %
                  = 0,607 x 100%
                   = 60,7 %.








Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah


SIFAT MENGEMBANG DAN MENGERUT
 







Oleh :
HILMAWAN
G21111036
                                       KELOMPOK 4

Asisten Pembimbing
SAKTI


LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011