Senin, 15 Desember 2014

KEMAHASISWAAN


KEMAHASISWAAN
            Seseorang yang dikatakan mahasiswa adalah yang mendaftarkan dan terdaftar namanya dalam perguruan tinggi atau universitas.
Peran Mahasiswa
Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.


Mahasiswa Sebagai “Agent of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. Artinya adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan ???”. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita pandang kondisi bangsa saat ini. Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah kita melakukan terhadap hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita harus melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.
Fungsi Mahasiswa
Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat yang
  1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
  2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
  3. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat
Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut, dapat kita sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya.
Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
Sejarah Pergerakan Mahasiswa
Peranan dalam Menumbangkan Rejim Soekarno
Ada yang bilang bahwa gerakan mahasiswa lahir karena momentum. Dimasa demokrasi liberal atau orde lama dibawah kepemimpinan Soekarno mahasiswa sebenarnya kurang memberi pendidikan politik yang berarti bagi mahasiswa setelah masa transisi pada momentum pra dan pasca kemerdekaan. Pada masa itu pemuda dan laskar-laskar pelajar banyak berperan penting dalam perlawanan menghadapi sekutu dan pelucutan senjata tentara Jepang. Dalam demokrasi liberal mahasiswa mempunyai momentum yaitu pemilu ditahun 1955, banyak berdiri organisasi-organisasi mahasiswa yang berafiliasi ke partai politik, seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berafilsi dibawah PNI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GMS/GERMASOS) dengan PSI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, Concentrasi Gerakan Mahasiawa Indonesia (CGMI) dengan PKI.
Keterlibatan organisasi kemahasiswaan praktis terseret dalam politik praktis yang banyak mempunyai hubungan-hubungan khusus dengan administrator pemerintah khususnya pihak militer, jadi tidaklah heran jika kolaborasi mereka sangat dekat. Puncaknya adalah ketika aksi-aksi mahasiswa menentang dan menumbangkan rejim Soekarno.
Dalam masa ini orientasi gerakan mahasiswa sudah mulai membaik dalam mengugat hubungan sosial kapitalisme, fasisme, imperialisme, dan sisa-sisa feodalisme dikalahkah oleh kesiapan militer (yang masuk dalam gerakan pemuda mahasiswa dan partai-partai sayap kanan). Jadi Gerakan Mahasiswa periode 66 dapat dikatakan Gerakan Mahasiswa yang tidak sepenuhnya berpihak pada rakyat.
Munculnya Orde Baru
Kolaborasi dengan militer (Angkatan Darat) dalam menggulingkan orde lama dengan harapan orde baru dapat memperbaiki keadaan ternyata salah besar dan sebelum tahun 1970, beberapa aktivis yang sadar akan kekeliruan ini antara lain Soe Hok Gie dan Ahmad Wahib karena terpisah dari kekuatan rakyat tapi lebih tergabung dalam kekuatan-kekuatan militer pada waktu itu. Terang saja orde baru, di bawah kepemimpinan jenderal Soeharto yang militeristik itu mengeluarkan UU pertama yaitu UU PMA yang notabene menjadi pintu masuk pemodal asing dan saat itu juga Indonesia resmi menjadi Negara yang bermahzab liberalisme/kapitalisme, yang di bawah Soeharto disamarkan dengan kata pembangunanisme (developmentalism).
Namun kesadaran dari para aktivis-aktivis itu ternyata masih belum bisa menjadi pelajaran dan bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh mereka. Gerakan dan aksi-aksi mereka cenderung lebih reaksioner dan selalu mengalami kegagalan, yang disatu sisi orde baru telah menjadi kekuatan yang represif dalam menindak aksi-aksi mahasiswa. Jadi pada periode 74-78 dapat dikatakan Gerakan Mahasiswa mengalami kegagalan karena gerakan tersebut kurang berinteraksi dengan massa rakyat dan terkesan reaksioner.

Pasca peristiwa Malari (Malapetaka Januari), orde baru yang sadar akan potensi mahasiswa dengan gerakannya ditahun 1974 langsung mengeluarkan UU NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus) melalui Menteri Pendidikan waktu itu Moch Daud Jususf. Praktis gerakan-gerakan mahasiswa dan segala aktivitas mendapat pengawasan dan kekangan yang luar biasa dari pemerintah yang tak segan-segan menangkap dan merepresif mereka
Aksi-aksi bawah tanah dan keluar dari kampus mau tidak mau harus mereka lakukan dengan meninggalkan bangku-bangku kuliah mereka untuk menghindari represifitas aparat yang semakin menjadi-jadi.
Tahun 1980an menjadi titik balik kebangkitan gerakan mahasiswa dalam menggalang lagi budaya diskusi dan kritis menyikapi kebijakan pemerintah yang terkadang sewenang-wenang dan tidak ada yang berani mengkritisi karena tekanan militer yang siap menggasak siapapun yang dianggap mengganggu stabilitas pembangunan. Tawaran belajar ke luar negeri beberapa tokoh-tokoh mahasiswa karena alasan untuk menyiapkan teknokrat-teknokrat yang diharapkan menjadi pendukung paham pembangunan orde baru ternyata membawa dampak yang sebaliknya menyuburkan budaya diskusi, penelitian masyarakat dan aksi-aksi sosial kedermawanan bagi orde baru itu.
Puncaknya adalah aksi turun ke jalan besar-besaran di Ujung Pandang dengan aksi jalan (long march) dan massa yang lumayan besar menentang kebijakan-kebijakan peraturan lalu lintas, judi, dan ekspresi kesulitan ekonomi. Aksi dapat dihentikan dengan membawa korban jiwa hasil dari represitas aparat. Meski dapat dihentikan, Ujung Pandang secara tidak langsung telah memberikan semacam trend baru dengan aksi2 turun ke jalan sebaga bentuk protes mereka walaupun mereka harus berhadapan langsung dengan aparat. Alhasil dalam kurun tahun 1987 sampai akhir tahun 1997/98, banyak aktivis yang terbunuh dan hilang diculik sampai sekarang.
Momentum krisis ekonomi yang melanda Asia Tenggara, dan pembayaran hutang luar negeri yang jatuh tempo telah membuat perekonomian Indonesia berguncang yang mengakibatkan kondisi tidak stabil. Momentum inilah kemudian menjadikan kontradiksi di rakyat yang secara langsung mengalami kesulitan-kesulitan. Sedangkan gerakan-gerakan mahasiswa yang sebelumnya sudah tergabung dengan kekuatan rakyat semakin hari hari semakin berani dengan aksi-aksi mereka meski terkadang jatuh korban jiwa akibat represifitas penembakan-penembakan yang dilakukan aparat.geliat mahasiswa juga sedang bangkit-bangkitnya hampir di setiap pojok kampus mahasiswa pasti membicarakan keadaan Indonesia, kondisi yang dahulu apatis dan apolitis menjadi berubah secara frontal.
Puncaknya adalah ketika terjadi peristiwa Trisakti yang mengakibatkan tiga mahasiswanya tewas akibat terjangan peluru aparat. Peristiwa itu menimbulkan reaksi yang luar biasa dari rakyat dan berujung dengan kerusuhan di beberapa kota khusunya di Jakarta yang berakhir dengan penjarahan, pembakaran dan pemerkaosan di kota-kota besar. Semakin menemukan titik ternag bahwa Soeharto sebagai public enemy membuat gerakan-gerakan mahasiswa yang sudah terlanjur bergabung dengan potensi-potensi rakyat tak terbendung dan pada tanggal 21 Mei Soeharto tak kuasa untuk bertahan dan akhirnya mundur, yang disambut dengan gegap gempita rakyat dan mahasiswa di seluruh negeri.

BELAJAR KA KODONG JADI MAAF KALAU BELUM PAS.. NAMANYA JUGA TUGAS RESUME

Kamis, 11 Desember 2014

ekonomi pertanian (ekpert)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu aspek yang memiliki peran utama dalam kesejahteraan masyarakat, khusunya masyarakat Indonesia sendiri. Sektor pertanian memberi sumbangan yang cukup besar untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari. Berkaitan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin pesat, mendorong berbagai sektor pertanian untuk bisa meningkatkan produksi pertaniannya. Pertambahan penduduk berkorelasi positif dengan besarnya kebutuhan konsumsi, yang jelas berkaitan dengan kebutuhan pangan masing-masing individunya agar tetap tercipta kesejahteraan masyarakat dalam aspek ketersediaan pangan untuk masyarakat. Jika Indonesia tidak mampu memproduksi tanaman, sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya, maka yang terjadi adalah impor pangan secara besar-besaran (seperti saat ini) yang menyebabkan Indonesia semakin terpuruk. Untuk itu perlu adanya berbagai upaya peningkatan produksi pertanian (khususnya bagian tanaman) baik dari segi mutu maupun jumlah produk yang
mampu diproduksi.
     Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita
tergantung padanya.
     Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
     Ekonomi pertanian adalah bagian ilmu pertanian yang menjelaskan fenomena pertanian dari sudut ekonomi, atau bagian dari ilmu ekonomi yang diterapkan pada sektor pertanian.  Petani, sebagai insan yang berperan menghasilkan bahan pangan kondisinya sangat memprihatinkan. Petani menghadapi banyak permasalahan dalam perannya menghasilkan bahan pangan. Permasalahan petani dan pertanian di Indonesia begitu kompleks baik secara makro maupun mikro. Secara makro masalah utama pertanian di Indonesia adalah (1) Marginalisasi pertanian, dan (2) Exchange farmer, mayoritas umur petani saat ini 70 tahun dan yang berumur dibawah 30 tahun jumlahnya sedikit, kebanyakan generasi muda enggan menjadi petani. Pada tingkat petani masalah petani juga semakin banyak. Masalah tersebut diantaranya:
rendahnya pengetahuan/wawasan, rendahnya tingkat keterampilan, tidak memiliki kemampuan pengelolaan usaha tani, kurangnya dukungan atas modal dan sarana produksi usahatani, kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan dan
konseling berupa penyuluhan dan tidak adanya wahana/tempat petani untuk belajar meningkatkan kemampuan yang dibutuhkannya.


1.2       Rumusan Masalah
     Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi. Sebagaimana halnya dalam ekonomi pertanian maka faktor produksi dapat diklasifikasikan  kedalam tiga bagian, yaitu tanah, tenaga kerja dan modal. Menurut Abdurrahman (1982: 421) bahwa faktor produksi adalah faktor-faktor yang dalam suatu kombinasi dipakai untuk menghasilkan suatu barang ekonomi. Faktor produksi yang utama ialah tanah, modal, tenaga kerja dan skill.
     Pengertian-pengertian tentang faktor produksi tersebut dapat disimpulkan sebagai sumber daya atau input yang terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal dan skill yang dibutuhkan atau digunakan sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu komoditi yang bernilai ekonomi. Kombinasi atas sumber daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang efisien, sehingga akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi.
     Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia.
     Pertumbuhan ekonomi yang cepat memerlukan barang sumber daya yang banyak namun dapat mengurangi sumber daya alam di bumi. Teori ekonomi yang digunakan dalam pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam adalah fungsi produksi. Ada delapan isu penting yang berkaitan dengan sumber daya alam yaitu persediaan untuk kebutuhan manusia, lokasi persediaan, pergeseran ketersediaan sumber daya alam, kebijakan penggunaan, peranan sumber daya alam dan lingkungan, kualitas, kerusakan lingkungan dan mekanisme pasar.
     Semakin besarnya teknologi yang diterapkan pada bidang pertanian maka akan meningkatkan produktifitas pertanian, yang akan berdampak pula pada tingginya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.
     Dari pernyataan di atas, dapat diuraikan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a.    Bagaimana Sumber Daya Alam yang berpengaruh terhadap Ekonomi Pertanian di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara?
b.    Bagaimana teknologi yang digunakan dalam proses usaha tani di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara?
c.    Bagaimana sistem pemasaran hasil produksi di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara?
d.    Apa masalah yang dihadapi petani di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara?


1.2        Tujuan
            Berdasarkan uraian di atas, adapun tujuan dari laporan ini adalah:
a.    Untuk mengetahui Sumber Daya Alam apa saja yang berpengaruh terhadap Ekonomi Pertanian di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara.
b.    Untuk mengetahui Teknologi apa saja yang digunakan dalam proses usaha tani di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara.
c.    Untuk mengetahui bagaimana sistem pemasaran hasil produksi di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara.
d.    Untuk mengetahui apa masalah yang dihadapi oleh para petani di Desa Aeng Batu-batu.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Sumber Daya Alam


            Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara-negara di dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah. Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut Dutch disease. Hal ini disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa.  Di samping itu, negara yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak memiliki teknologi yang memadai dalam mengolahnya. Korupsi, perang saudara, lemahnya pemerintahan dan demokrasi juga menjadi faktor penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara terebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pembenahan sistem pemerintahan, pengalihan investasi dan penyokongan ekonomi ke bidang industri lain, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan sumber daya alam. Contoh negara yang telah berhasil mengatasi hal tersebut dan menjadikan kekayaan alam sebagai pemicu pertumbuhan negara adalah Norwegia dan Botswana.
            Dalam memahami sumber daya alam, ada dua pandangan yang umumnya digunakan. Pertama adalah pandangan konservatif atau sering disebut juga pandangan pesimis atau perspektif Malthusian. Pandangan kedua adalah pandangan eksplotatif atau sering juga disebut sebagai perspektif Ricardian. Secara umum sumber daya alam dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Pertama adalah sebagai kelompok stok. Sumber daya ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumber daya tersebut akan
menghabiskan cadangan sumber daya. Kelompok kedua adalah sumber daya alam yang disebut flows (alur). Pada jenis sumber daya ini jumlah kuantitas fisik dari sumber berubah sepanjang waktu.
            Pemahaman terhadap sumber daya alam adalah memahami juga kapan sumber daya tersebut akan habis. Biasanya tingkat kelangkaan sumber daya alam diukur secara fisik dengan mengukur sisa umur ekonomis. Dengan berkurangnya konsumsi, ekstransi juga berkurang sehingga faktor pembagi dalam pengukuran fisik diatas menjadi kecil. Hal ini menimbulkan kesimpulan yang keliru karena seolah-olah sisa ekonomis sumber daya kemudian menjadi panjang dan sumber daya alam tidak lagi menjadi langka.
            Selain konsep ekonomi dan fisik, pengukuran kelangkaan sumber daya juga dapat didekati dari interaksi antara ketersediaan sumber daya dan biaya ekstraksi sepanjang waktu. Dengan adanya keterkaitan ini, ada empat tipe pengukuran kelangkaan, yakni : Sumber daya alam merupakan faktor input dalam kegiatan ekonomi. Namun demikian, pengertian sumber daya tersebut tidak terbatas sebagai faktor input saja karena proses produksi juga akan menghasilkan output yang kemudian menjadi faktor input bagi kelangsungan dan ketersedian sumber daya alam.
            Desa Aeng Batu-batu yang memiliki sumber daya alam terbesar dibidang perairan ini, sehingga masyarakat di desa ini terkenal dengan masyarakat pesisir. Meski sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan, akan tetapi masyarakatnya juga ada yang berprofesi sebagai petani.  Masyarakat desa banyak yang beralih profesi dengan harapan dapat merubah tingkat sosial dan ekonomi yang selama ini mereka anggap sangat kurang. Padahal daerah mereka yang secara geografis berada di daerah pesisir sangat strategis untuk dilakukan pengembangan berbagai sumber daya laut yang dapat menambah pendapatan mereka. Daerah pesisir dilihat dari letaknya merupakan wilayah transisi antara ekosistem laut dengan ekosistem darat yang memiliki sifat dan ciri yang unik. Ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut, seperti pasang surut, angin laut, dan pembesaran air laut. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar atau yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
            Sepanjang pesisir Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, terdapat potensi sumber daya laut yang belum dikelola secara optimal sehingga memberikan pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi daerah yang belum merata, termasuk di dalamnya taraf kesejahteraan masyarakat yang belum mengalami peningkatan. Sumber daya yang ada di laut masih dapat dibudidayakan secara optimal apabila dikelola secara benar. Atas dasar inilah, maka pola pemanfaatan kekayaan sumberdaya pesisir dan laut di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar diharapkan dapat mencapai tingkat pemanfaatan yang optimal dan efisien sehingga tercapai pola pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan desa-desa pesisir yang ada di wilayah pesisir Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Usaha pengembangan desa pesisir tersebut perlu terlebih dahulu diketahui akar permasalahan dan potensi-potensi yang ada di wilayah tersebut termasuk gambaran perilaku masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada (Anonim1, 2012).


2.2       Teknologi dan Proses Produksi Usaha Tani


            Perkembangan teknologi dan kebudayaan yang mengglobal telah mencapai ke hampir seluruh pelosok nusantara. Hal tersebut dimotori dengan adanya media elektronik yang menjadi hal yang sangat biasa
di masyarakat. Siaran televisi telah dinikmati oleh lebih dari 90 % penduduk Indonesia. Gaya hidup di hampir seluruh pedesaan dan perkotaan terutama di pulau Sulawesi Selatan adalah gaya hidup yang telah tersentuh oleh budaya telenovela, VCD player dan motor cina. Hal tersebut menunjukan bahwa benda-benda hasil teknologi tinggi yang juga tidak murah telah cukup akrab dengan masyarakat kita. Ironisnya yang membudaya justru televisi, VCD player dan barang-barang lain yang cenderung bersifat konsumtif. Namun barang-barang hasil teknologi tinggi yang dapat berpengaruh langsung pada produktivitas masyarakat pedesaan, seperti komputer belum menjadi barang yang cukup akrab di masyarakat kita. Padahal teknologi adalah kunci dalam peningkatan produktifitas suatu proses produksi. Efisiensi proses produksi adalah kunci bagi peningkatan taraf hidup para petani yang kini sebagian besar hidup di bawah garis kemiskinan adalah sangat ironis apabila kemajuan teknologi hanya berdampak pada sisi konsumtif namun tidak pada segi
produktif.
Penggunaan sumber daya untuk pertanian  merupakan masalah teknologi. Selain itu, penggunaan sumber daya ini tergantung pada tingkat teknologi atau metode produksi dari berbagai cara memproduksi yang diketahui. Penggunaan traktor dibanding dengan bajak sawah yang menggunakan kerbau, memperlihatkan bahwa penggunaan traktor lebih cepat dan lebih efisien dibanding penggunaan kerbau sebagai pembajak sawah yang prosesnya lama dan membutuhkan energi yang besar bagi pembajaknya. Penggunanan mesin rontok dibandingkan dengan yang menggunakan alat patta’basa (alat untuk memisahkan bulir padi dengan tangkai padi)  bahwa yang menggunakan mesin rontok produksinya lebih cepat dan efisien dibanding yang menggunakan alat pattabasa yang lama dan energi besar. Sehingga dengan menggunakan teknologi maka akan mengurangi biaya dan mempercepat produksi dan akan berefek pada pendapatan petani.
         Salah satu alternatif yang bisa dimanfaatkan dalam mengatasi masalah perekonomian adalah dengan menerapkan berbagai teknologi yang bisa membantu memudahkan proses produksi tanaman-tanaman pertanian guna mencapai hasil panen yang tinggi dan berkualitas. Teknologi sendiri bukan hanya mengacu pada bentuk alat yang digunakan, teknologi juga mengacu pada suatu sistem atau pola yang bisa diterapkan dalam suatu wilayah dan oleh masyarakat setempat. Teknologi merupakan suatu hasil pemikiran manusia berupa gagasan yang tertuang dalam sebuah tata cara atau pola dalam melakukan kegiatan dan bisa berupa alat yang bisa langsung dimanfaatkan. Teknologi secara konseptual memiliki tiga makna prinsipil, yaitu, (1) teknologi (secara teknis) sebagai agregat dari semua artifak-artifak manusia yang dipergunakan, mulai dari perkakas sampai dengan sistem teknologis kompleks yang berskala besar; (2) teknologi sebagai agregat dari seluruh aktivitas teknis, penemuan yang bersifat invention (penciptaan) dan discovery (penemuan), riset dan pengembangan, dan tahapan-tahapan dalam penciptaan teknologis yang berhasil, serta penyebarannya ke masyarakat secara luas; dan (3) teknologi sebagai agregat dari keseluruhan pengetahuan teknis, mulai dari teknik yang sangat khusus dan praktik-praktiknya sampai pada sistem teknologis-saintifik teoritis termasuk pengetahuan mengenai perekayasaan (engineering knowladge) dan know-how-nya. Teknologi yang baik dan bisa termanfaatkan secara optimal, sesuai tujuan utama dari terciptanya suatu teknologi yaitu untuk memudahkan aktivitas manusia dalam melakukan suatu usaha, memiliki beberapa kriteria yaitu bernilai ekonomis, ramah lingkungan, mudah diterapkan, mudah digunakan, diterima masyarakat umum, dan mudah didapatkan. Teknologi bernilai ekonomis, tujuan utama teknologi dengan kriteria ini agar teknologi tersebut bisa diaplikasikan oleh berbagai kalangan terutama kalangan petani menengah ke bawah masih bisa memanfaatkan teknologi tersebut, terutama dalam hal biaya yang harus dikeluarkan untuk memanfaatkan teknologi tersebut. Teknologi bersifat ramah lingkungan dengan tujuan untuk menjaga stabilitas lingkungan, terutama di sekitar komoditi yang dibudidayakan dan pertanian masih bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. Teknologi harus mudah diterapkan agar bisa dijangkau oleh petani dari SDM yang rendah sampai SDM yang tinggi namun teknologi tersebut masih efektif jika diterapkan, sehingga teknologi tersebut tidak hanya tertuju pada kalangan petani tertentu. Teknologi harus mudah didapatkan agar bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat, jika sulit didapatkan maka teknologi tersebut akan sia-sia, tidak bersifat general (umum), dan jika teknologi tresebut tidak bisa diterima masyarakat berarti teknologi tersebut kurang baik untuk diterapkan pada wilayah tersebut dengan kondisi masyarakat di wilayah tersebut, jika tidak diterima maka teknologi tersebut dirasa merugikan jika tetap digunakan.
            Teknologi yang tepat dan sesuai akan membantu meningkatkan produksi tanaman secara tidak langsung. Misalnya teknologi yang diterapkan oleh masyarakat Desa Aeng Batu-batu yang digunakan saat kegiatan produksi, yang juga meliputi budidaya akan membantu mempermudah berlangsungnya kegiatan produksi. Sebagaimana beberapa contoh teknologi yang telah disebutkan, bahwa teknologi-teknologi tersebut diciptakan untuk mempermudah cara-cara dalam berbudidaya tanaman, menciptakan produk-produk yang berkualitas bernilai jual tinggi, menciptakan tanaman dengan hasil panen yang tinggi. Teknologi yang tepat berkorelasi positif dengan peningkatan produksi tanaman dibandingkan dengan kegiatan produksi yang biasa-biasa saja tanpa adanya teknologi (Anonim2, 2012).
         Soekartawi (2003) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai. Bila petani mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi efisien secara alokatif. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani
mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.

            Faktor produksi dalam usahatani atau merupakan unsur-unsur pokok dalam usahatani adalah merupakan faktor-faktor utama yang diperlukan dalam usahatani. Faktor-faktor produksi merupakan input dalam proses produksi pertanian. Proses produksi pertanian adalah proses yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi pertanian untuk menghasilkan produksi pertanian (output).
       Unsur-unsur pokok dalam usahatani atau faktor-faktor produksi pertanian meliputi tanah (lahan), tenaga kerja, modal dan manajemen (pengelolaan). Menurut Soekartawati (2003), secara garis besar input dapat dikelompokkan dalam lahan (A), tenaga kerja (L)  dan modal (C). Produksi juga dipengaruhi oleh lingkungan usahatani (E), teknologi (T) dan karakteristik sosial petani (S). Apabila ditulis dalam sebuah fungsi matematika, maka produksi (Q) merupakan fungsi (dipengaruhi oleh) faktor lahan, tenaga kerja, modal, lingkungan, teknologi dan karakteristik sosial petani, atau bisa dituliskan sebagai:  Q = f (A, L, C, E, T, S).
a.           Faktor produksi lahan/tanah
Lahan pertanian menjadi perbincangan dunia, karena terjadinya proses dehumanisasi dalam sistem produksi pertanian feodalistik, karena terjadi ketika para petani tidak berlahan menjadi penggarap tanah para tuan tanah ataupun pemilik tanah. Para petani yang menumpang itu lama-kelamaan berubah menjadi petani gurem yang selain bertani pada ladang terbatas, juga bekerja pada tuan tanah. Tuntutan reformasi agraria terhenti dengan adanya program revolusi hijau, tidak ada lagi sistem rembug desa atau gotong royong  untuk menentukan komoditas apa yang akan ditanam. Sehingga semakin punahnya benih padi lokal, yang sejak lama menjadi fundamen bagi petani untuk mengontrol kehidupan pertaniannya.Hak-hak petani laki-laki maupun perempuan menghilang seiring hilangnya kegiatan pemeliharaan, perbaikan, dan penyediaan sumber daya genetik tanaman.
            Masalah lingkungan dan ancaman degradasi lahan di negara-negara berkembang sebagian besar disebabkan karena eksploitasi lahan yang berlebihan dan penggundulan hutan sehingga akan terjadi erosi tahah, hilangnya lahan tadah hujan,hilangnya kesuburan tanah dan sebagainya. Penyebaran varietas-varietas modern, irigasi, pupuk buatan dan mesin-mesin pertanian mengakibatkan pertumbuhan dinamis dalam pertanian, namun juga menimbulkan banyak masalah pada
lahan pertanian.
b.          Tenaga Kerja
   Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi:
1.  Tenaga kerja terdidik,
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum.
2.  Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir.
3.  Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain. Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.
Dalam usahatani, Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi  usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut. Petani memiliki banyak fungsi dan kedudukan atas perannya, antara lain
a.            Petani sebagai pribadi
b.            Petani sebagai kepala keluarga
c.            Petani sebagai guru (tempat bertanya bagi petani lain)
d.            Petani sebagai pengelola usahatani
e.            Petani sebagai warga sosial, kelompok
f.             Petani sebagai warga negara
c.          Faktor Produksi Modal
   Modal secara harfiah berarti segala sesuatu hasil karya pemikiran manusia baik secara fisik dan nonfisik yang digunakan untuk kegiatan ekonomi atau produksi agar tujuan tercapai lebih baik (efektif dan efisien). Sedangkan dalam arti ekonomi adalah hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi selanjutnya. Von Bohm-Bawerk menjelaskan sebagai berikut: Segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut kekayaan masyarakat. Kekayaan itu sebagian untuk konsumsi dan sebagian untuk memproduksi barang-barang baru, inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial. Perkataan modal atau kapital dalam arti sehari-hari digunakan dalam bermacam arti, yaitu modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang dan modal dapat mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, dan ini terlepas dari kerjanya.
Menurut sifatnya modal dibagi menjadi:
ü   Modal tetap adalah barang-barang modal yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali. Meskipun akhirnya modal itu tandas atau habis juga, tetapi sama sekali tidak terhisap dalam hasil. Contoh modal tetap : mesin, bangunan, alat-alat pertanian.

ü   Modal bergerak adalah barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi dan habis terpakai dalam proses produksi. Contoh modal bergerak: pupuk, bahan bakar, bahan mentah.
Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.
Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnya mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek.
Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah
modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.
Terakhir, Modal sebagai salah satu faktor produksi bisa dibedakan kedalam: modal tetap dan modal lancar (variabel).  Modal tetap terkait dengan modal yang tidak bisa diubah dalam jangka pendek, diantaranya tanah (sudah dibahas tersendiri diatas), alat-alat pertanian, bangunan dan sebagainya. Sedangkan modal lancar (variabel) adalah modal yang bisa diubah dalam jangka pendek seperti bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga  kerja dan sebagainya. Pelaksanaan usahatani memerlukan modal sehingga tidak terlepas dari masalah pendanaan dan pengelolaaan (manajemen) keuangan.
Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman (kredit dari bank, dari koperasi dari tetangga atau famili), warisan, dari usaha lain dan kontrak sewa. Modal dari kontrak sewa diatur menurut jangka waktu tertentu, sampai peminjam dapat mengembalikan, sehingga angsuran (biasanya tanah, rumah dll) menjadi dan dikuasai pemilik modal.
d.        Faktor Produksi Manajemen
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai/dimiliknya sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Modernisasi dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen usaha yang profesional. Oleh sebab itu, kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan modal/
investasi.

2.3       Proses Pemasaran Produk


            Dalam kaitan dengan agribisnis padi, ada dua tahap pemasaran yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu: (1) pemasaran gabah dari petani yang pada umumnya bermuara di penggilingan, (2) pemasaran beras dari penggilingan yang bermuara pada konsumen (rumah tangga) terutama di kawasan timur Indonesia (KTI) dan perusahaan yang mengolah beras menjadi produk lain. Ada sejumlah petani yang volume produksinya cukup besar yang mampu menjual langsung gabahnya ke penggilingan baik secara bebas, atau karena ada ikatan yang sudah terbentuk sebelumnya (kontrak jual-beli tidak tertulis, atau ikatan utang piutang). Ada juga petani yang menjual gabahnya kepada pedagang pengumpul yang melakukan operasi pembelian gabah dari desa ke desa. Operasi pembelian gabah ini kadang-kadang dilakukannya sendiri, kadang-kadang juga lewat pengumpul lain yang lebih kecil dan bersedia menjadi agen untuknya. Bahkan bisa juga terjadi, agen terakhir ini tidak bertransaksi membeli gabah petani, tapi sekedar mempertemukan petani dengan pedagang pengumpul gabah. Kemudian setelah pembelian gabah dari petani mencapai volume tertentu, ia akan mengantarkan dan menjual gabah itu ke penggilingan pilihannya sendiri. Seorang pedangan pengumpul gabah bisa jadi mempunyai langganan lebih dari satu penggilingan yang mungkin juga terletak di luar kabupaten tempat ia berdomisili dan beroperasi.
Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam
menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi
dan konsumsi.
Selain itu pemasaran adalah aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Definisi lain  menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu/kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda yang menambah nilai produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut.
Kegiatan-kegiatan dalam usaha pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan barang/jasa  dari tangan produsen ke tangan konsumen saja dengan sistem penjualan, tetapi banyak kegiatan lain yang juga dijalankan dalam kegiatan pemasaran. Penjualan hanyalah salah satu dari berbagai fungsi pemasaran. Apabila pemasar melakukan pekerjaan dengan baik untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen, mengembangkan produk dan menetapkan harga yang tepat, mendistribusikan dan mempromosikannya secara efektif, maka akan sangat mudah menjual barang-barang tersebut.

            Konsep paling pokok yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Dengan adanya perkembangan jaman, kebutuhan berkembang menjadi suatu keinginan mengkonsumsi suatu produk dengan ciri khas tertentu.  Munculnya keinginan akan menciptakan permintaan spesifik terhadap suatu jenis produk.  Seseorang dalam menentukan keputusan pembelian akan mempertimbangkan nilai dan kepuasan yang akan didapat dari mengkonsumsi suatu produk.  Apabila konsumen yakin akan nilai dan kepuasan yang akan didapat, maka konsumen akan melalukan pertukaran dan transaksi juall beli barang dan jasa.  Hal inilah yang mendasari terjadinya pasar.   
            Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya diperlukan adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya. Karena pada saat kondisi kritis justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan terhadap pendapatan masyarakat. Pemasaran menurut W. Y. Stanton pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
Menurut Anonim3, dalam pemasaran terdapat enam konsep yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan pemasaran suatu organisasi yaitu: konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran sosial, dan konsep pemasaran global.
1.      Konsep produksi
Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dimana-mana dan harganya murah. Konsep ini berorientasi pada produksi dengan mengerahkan segenap upaya untuk mencapai efesiensi produk tinggi dan distribusi yang luas. Disini tugas manajemen adalah memproduksi barang sebanyak mungkin, karena konsumen dianggap akan menerima produk yang tersedia secara luas dengan daya beli mereka.
2.      Konsep produk
Konsep produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri yang terbaik. Tugas manajemen disini adalah membuat produk berkualitas, karena konsumen dianggap menyukai produk berkualitas tinggi dalam penampilan dengan ciri – ciri terbaik
3.      Konsep penjualan
Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen, dengan dibiarkan begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi yang agresif.
4.      Konsep pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunsi untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.
5.      Konsep pemasaran sosial
Konsep pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripasda para pesaing dengan tetap melestarikan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
6.      Konsep Pemasaran Global
Pada konsep pemasaran global ini, manajer eksekutif berupaya memahami semua faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran melalui manajemen strategis yang mantap. tujuan akhirnya adalah berupaya untuk memenuhi keinginan semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI
3.1.      Kondisi Geografis


            Desa Aeng Batu-batu termasuk dalam wilayah Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Kabupaten Takalar Terletak di bagian Selatan Sulawesi Selatan dengan posisi antara 5P˚P3’ – 5P˚P38’ Lintang Selatan dan 119P˚P22’ – 119P˚P39’ Bujur Timur, mempunyai batas-batas sebagai berikut :
            * Sebelah Utara        : Kota Makassar dan Kabupaten Gowa
            * Sebelah Selatan    : Laut Flores
            * Sebelah Timur       : Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Gowa
            * Sebelah Barat        : Selat Makassar
            Ibukota Kabupaten Takalar adalah Pattallassang, terletak 29 km arah selatan dari Kota Makassar ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kabupaten Takalar adalah sekitar 566.51 km, dimana 240.88 km diantaranya merupakan wilayah pesisir dengan panjang garis pantai sekitar 73 km.
            Secara administrasi pemerintah wilayah Kabupaten Takalar  tahun 2012 terdiri dari 9 kecamatan dan 83 wilayah desa/kelurahan. 6 kecamatan merupakan daerah pesisir, yaitu Kecamatan Mangarabombang dengan luas 100,50 km2 terdiri dari 12 desa/kelurahan. Kecamatan Mappakasunggu dengan luas wilayah 45,27 km2 terdiri dari 6 desa/kelurahan. Kecamatan Sanrebone dengan luas wilayah 45,27km2  terdiri dari 5 desa. Kecamatan Galesong  Selatan dengan luas wilayah 24,71 km2 dan terdiri dari 9 desa. Kecamatan Galesong dengan luas 25,93 km2 dan terdiri dari 12 desa. Kecamatan Galesong Utara dengan luas 15,11 km2 terdiri dari 8 desa. Tiga kecamatan lainnya adalah Kecamatan Polongbangkeng Selatan dengan Luas 88,07 km2 terdiri dari 8


desa/kelurahan. Kecamatan Polongbangkeng Utara dengan luas 212,25 km2 terdiri dari 15 desa/ kelurahan, dan Kecamatan Pattallassang dengan luas 25,31 km2 terdiri dari 8 kelurahan.
Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Takalar Menurut Kecamatan dan    jumlah desa/kelurahan:
No
Kecamatan
Desa/kelurahan
Luas Area (km2)
1.
Mangarabombang
12
100,50
2.
Mappakasunggu
6
45,27
3.
Sanrobone
5
29,36
4.
Polongbangkeng Selatan
8
88,07
5.
Pattalassang
8
25,31
6.
Polongbangkeng Utara
15
212,25
7.
Galesong Selatan
9
24,7
8.
Galesong
12
25,93
9.
Galesong Utara
8
15,11
10.
Kabupaten Takalar
83
566,51
Sumber : Data Sekunder, 2012
Topologi wilayah Kabupaten Takalar terdiri dari daerah pantai, dataran dan perbukitan. Di bagian barat adalah daerah pantai dan dataran rendah dengan kemiringan antara 0-3 derajat sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-25, dengan batuan penyusun geomorfologi dataran didominasi endapan alluvial, endapan rawa pantai, batu gemping, terumbu dan tula serta beberapa tempat batuan lelehan basal.
            Secara hidrologis Takalar beriklim tropis dengan dua musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan November hingga bulan Juni, tetapi karena faktor alam antara musim penghujan dan musim kemarau sudah tak pasti.


3.2    Keadaan Penduduk


3.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
 Keadaan penduduk di Kecamatan Galesong Utara, pada data yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan adalah lebih banyak dibanding yang berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, di Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Jenis Kelamin
Kecamatan Galesong
Utara
Persentase
Laki – laki
11.377
46.7%
Perempuan
12.975
53.3%
Jumlah
24.352
100%
Sumber ; Data Sekunder, 2012                                    
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah total penduduk di Kecamatan Galesong Utara adalah sebesar 24.352 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 11.377 jiwa (46,7%), dan jumlah penduduk perempuan sebesar 12.975 jiwa (53.3%). Jumlah penduduk yang demikian itu dapat menjadi sebuah potensi bagi Desa tersebut, utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja. Namun yang merupakan keumuman di masyarakat bahwa tenaga kerja laki-laki adalah lebih besar penilaiannya dibanding tenaga kerja perempuan.
Akan tetapi meskipun menghadapi kenyataan yang demikian, masing-masing mempunyai spesialisasi dalam pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2003), bahwa kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Dalam hal ini baik pria maupun wanita pastinya memiliki kemampuan secara fisik maupun mental yang berbeda-beda sehingga kualitas kerjanyanya pun juga mengarah pada suatu perbedaan, makanya kebanyakan pekerjaan pria lebih banyak mempunyai kualitas kerja yang baik dan bisa dikatakan lebih produktif dibandingkan pekerja wanita.  
3.2.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian     
          Keadaan penduduk Kecamatan Galesong Utara, ketika ditinjau dari segi mata pencaharian, maka data yang diperoleh menunjukkan keadaan yang cukup beragam. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut :     





Tabel 3.    Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Pekerjaan
Kecamatan Galesong Utara
Persentase
PNS
5
4.59%
TNI/POLRI
3
2.75%
Guru
8
7.34%
Petani
10
9.17%
Nelayan
55
50.46%
Buruh
15
13.76%
Wiraswasta
13
11.93%
Jumlah
109
100%
Sumber ; Data Sekunder, 2012
Tabel 3 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Kecamatan Galesong Utara relatif bervariasi, dimana jumlah total angkatan kerja di Desa tersebut adalah sebanyak 109 jiwa. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan yaitu 55 jiwa (50.46%), dan sebagian kecil bermata pencaharian sebagai petani yaitu 10 jiwa (9.17%). Sebagai petani masyarakat sekitar memanfaatkan lahan untuk usahatani  padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu,dan lain-lain dengan menggunakan sistem tadah hujan sehingga produksi yang mereka peroleh hanya setahun sekali. Hal inilah yang menyebabkan   sebagian     besar   penduduk  setempat    memiliki    mata pencaharian lebih dari satu, jadi selain berusahatani mereka juga memanfaatkan waktu untuk mencari penghasilan di bidang lain seperti nelayan, wiraswasta, buruh dan lain-lain. Sesuai dengan pendapat Nainjolan (2005), bahwa sumber perekonomian dapat menentukan tingkat dari kemakmuran serta taraf hidup suatu masyarakat dan juga dapat menentukan kedudukan/status dari penduduk itu sendiri.
3.2.3   Penduduk Berdasarkan Umur
            Umur seseorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas petani dalam mengelolah usahataninya, dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berpikir. Makin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya tua. Selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan usahataninya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran umur peternak adalah umur 14 – 54 tahun. Berdasarkan klasifikasi umur, dimana umur 14 – 54 tahun dikatakan sebagai umur produktif sehingga sangat potensial  dalam mengembangkan usahataninya.
            Perlu kita ketahui bahwa petani kita di indonesia 80% adalah petani tua rata-rata petani Indonesia diatas 50 tahun usianya, 15% usia diantara 40-50 tahun, itu termasuk usia tua juga. Sedang petani muda hanya 5% saja. Petani indonesia rata-rata hidup miskin karena hasil pertanian dihargai tidaklah semestinya. Hasil panen dengan pengeluaran tidak seimbang, lebih banyak pengeluaranya dari pada hasil panenya karena hasil panennya dihargai sangatlah murah ditambah petani indonesia banyak yang sudah tua sehingga pengusaha atau spekulan sangat merajalela dengan seenaknya mereka membeli hasil panen dengan harga sangat murah, malah ada juga yang melakukan monopoli dengan dalih dapat bantuan/subsidi buntut-buntutnya hanya ingin menguasai dan memonopoli pertanian Indonesia. Maka itu ayolah pemuda Indonesia sudah saatnya menjadi petani muda, sudah waktunya regenerasi pertanian indonesia, jika tidak ada regenerasi dibidang pertanian niscaya lambat laun Indonesia semakin terpuruk sebab satu-satunya perekonomian di Indonesia yang belum di kuasai oleh orang asing seperti cina adalah dibidang pertanian, pertanian Indonesia jangan sampai dikuasai oleh orang asing jika ini terjadi indonesia semakin terpuruk, dibidang pertanian, kita bisa berbuat banyak untuk memajukan Indonesia. Inilah peluang bagi pemuda untuk berbisnis dibidang pertanian membantu para petani untuk menjual hasil panenya langsung kepada home industri makanan seperti UKM, agar pendapatan petani lebih untung sebab petani kita adalah pribumi, UKM kita juga rata-rata pribumi ini agar orang asing seperti cina tidak mendominasi perekonomian Indonesia.



3.2.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup orang tersebut. Hal ini disebabkan oleh tingginya penghargaan masyarakat terhadap orang yang mengenyam pendidikan tinggi, dan dalam dunia usaha, penghargaan tersebut diwujudkan dalam bentuk upah yang biasanya lebih besar dibanding orang yang hanya berpendidikan rendah. Sejalan dengan hal ini, Soekartawi (2003:10) menyatakan bahwa: “mereka yang berpendidikan dan berketerampilan tinggi mendapatkan upah yang relatif lebih tinggi dan begitu pula sebaliknya.”
Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para petani merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya. Walaupun seseorang memiliki kemampuan fisik yang memadai tetapi tidak ditunjang dengan pengetahuan maka usaha yang dikelola tidak akan mengalami peningkatan, di mana makin tinggi tingkat pendidikan petani maka makin banyak pula informasi-informasi yang dapat dicerna sehubungan dengan peningkatan produksi usahataninya. Adapun pendidikan   yang  dimaksud  di  sini  adalah   pendidikan  formal  maupun nonformal.
 rumur dibawah   tahun.      tahun. yang sudah tua. Pendidikan formal diperoleh melalui sekolah, sedangkan pendidikan nonformal melalui pengalaman, informasi masyarakat atau media massa dan sebagainya (Soekartawi, 2003). Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Galesong Utara dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.  Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012
Pendidikan
Kecamatan Galesong Utara
Persentase
(%)
Tidak sekolah
25
29.41
SD
27
31.76
SLTP
20
23.53
SLTA
10
11.77
PTN/PTS
3
3.53
Jumlah
85
100%
Sumber ; Data Sekunder, 2012
       Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah total penduduk yang sedang mengenyam pendidikan di Kecamatan Galesong Utara adalah sebesar 85 jiwa. Kondisi penduduk pada Kecamatan ini, ketika ditinjau dari penduduknya yang sedang mengenyam pendidikan, mengindikasikan bahwa di desa ini minat untuk mendapatkan pendidikan tergolong rendah. Jenis pendidikan yang memiliki jumlah penduduk yang tertinggi dan terbanyak adalah SD/sederajat sebanyak 27 jiwa (31,76 %), dan jenis pendidikan yang memiliki jumlah penduduk yang terendah  dan terkecil yaitu PTN/PTS sebanyak 3 jiwa (3,53 %).
       Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2007)  bahwa pendidikan seseorang pada umumnya mempengaruhi cara berpikir dan bertindak orang tersebut. Pendidikan dapat membuat seseorang bisa menjaga cara mereka bekerja dan sikap mereka. Maka, untuk  petani sendiri, pendidikan juga mempengaruhi cara berfikir petani, pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Pendidikan yang diperoleh petani dapat melalui pendidikan yang formal dan non formal. Bisa dari sekolah maupun dari ajaran orang lain atau pengalaman yang telah didapatkan.


3.3        Keadaan Sarana dan  Prasarana


            Sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga kepentingan yang berhubungan dengan organisasi kerja. Sarana dan prasaran aadalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidakakan dapat mencapa ihasil yang diharapkan sesuaidengan rencana (Munir, 2010).





3.3.1   Sarana Pendidikan
Jumlah sarana pendidikan yang ada di Desa Aeng Batu-Batu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
NO
Jenis Sarana Pendidikan
Jumlah (Unit)
1
TK
1
2
Sekolah Dasar (SD)
3
3
SMP
1
4
SMA
-
Jumlah
5
Sumber: Data Sekunder, 2012.
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa sarana pendidikan khususnya untuk Taman Kanak-kanak dan SMP hanya ada satu.Sedangkan untuk TK berjumlah tiga. Walaupun fasilitas yang tersedia masih sangat minim tetapi penduduk dianjurkan untuk menyelesaikan sekolahnya.
Tingkat pendidikan petani dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam penerapan ide-ide baru yang didapat. Petani yang berpendidikan, umumnya lebih mudah menerima inovasi dibanding dengan petani yang tidak berpendidikan walaupun ini tidak mutlak terjadi pada setiap petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2003), bahwa petani yang berpendidikan, lebih cepat mengerti dan dapat memahami penggunaan teknologi baru. Dengan demikian penerapan konsep dalam mengelola usahataninya lebih baik dan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu  penanggulangan  masalah-masalah  yang timbul dalam  usahatani lebih muda dikendalikan. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh dalam penentuan dan pengambilan keputusan yang tepat untuk pengembangan usaha taninya.
3.3.2   Sarana Transportasi
            Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat tak terkecuali di daerah perdesaan. Sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah perdesaan. Dengan adanya transportasi harapannya dapat menghilangkan isolasi dan memberi stimulan ke arah perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan, industri maupun sektor lainnya di daerah perdesaan.
            Dengan dibangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam pembangunan perdesaan pada kawasan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah dikembangkan. Kegiatan ekonomi masyarakat perdesaan ini akan berkembang apabila mempunyai prasarana untuk pemasaran. Pemasaran yang baik dan inovasi teknologi hanya bisa diperoleh apabila akses ke daerah tersebut baik. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Galesong Utara dapat dilihat pada tabel 6  berikut:
Tabel 6. Jumlah Sarana Transportasi Darat Di Desa AengBatu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Sarana
Jumlah
Mobil
24
Motor
301
Sepeda
97
Truk
5
Mikrolet
4
Ojek
8
Becak
2
Total
441
Sumber: Data Sekunder, 2012
            Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa sarana transportasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu sarana pribadi dan sarana umum, sarana pribadi antara lain mobil, motor, dan sepeda. Sedangkan untuk sarana umum antara lain truk, mikrolet, ojek dan becak. Sarana pribadi di Desa Aeng Batu-Batu  lebih banyak dibandingkan dengan sarana transportasi umum. Hal ini dapat dilihat dari total jumlah sarana pribadi berupa mobil, motor dan sepeda sebanyak 422 unit. Sedangkan saran transportasi umum berupa truk, mikrolet, ojek dan becak berjumlah 19 unit. Hal ini disebabkan karena mayoritas penduduk di Desa Aeng Batu-

Batu memiliki mata pencaharian ganda sehingga penghasilan yang diperoleh juga cukup memuaskan dan mampu untuk membeli
kendaraan pribadi.
Hal ini sesuai dengan (Anonim4, 2012), transportasi sangat penting bagi daerah pedesaan di negara-negara yang sedang berkembang, karena menyediakan akses bagi masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Akses terhadap informasi, pasar, dan jasa masyarakat dan lokasi tertentu, serta peluang-peluang baru kesemuanya merupakan kebutuhan yang penting dalam proses pembangunan.
Selain sarana transportasi darat di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar juga terdapat sarana transportasi laut. Hal tersebut di dukung karena Desa Aeng Batu-batu merupakan daerah pesisir pantai yang aktivitas masyarakatnya lebih banyak dilakukan di laut. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana transportasi laut di Desa Aeng Batu-batu perhatikan data tabel 7 berikut:
Tabel 7. Jumlah Sarana Transportasi Laut Di Desa AengBatu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Sarana Transportasi Laut
Jumlah
Kapal  Motor
154
Motor Tempel
520
Perahu Layar
19
Sampan
154
Total
847
Sumber: Data Sekunder, 2012
            Tabel 7 menunjukkan jumlah sarana transportasi laut yang ada di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Sarana transportasi laut ada 4 jenis yaitu kapal motor, motor temple, perahu layar, dan sampan. Jumlah kapal motor adalah 154 unit, motor tempel berjumlah 520 unit, perahu layar berjumlah 19 unit, dan sampan berjumlah 154 unit. Jumlah sarana transportasi laut yang paling banyak di gunakan adalah motor tempel, karena mayoritas penduduk di Desa Aeng Batu-batu merupakan nelayan pencari ikan yang menggunakannya untuk menangkap ikan di laut. Sedangkan jumlah sarana transportasi laut yang paling sedikit di gunakan adalah perahu layar, karena masyarakat di Desa Aeng Batu-batu lebih suka dan lebih efektif jika menggunakan perahu yang sudah memiliki mesin pendorong di banding dengan menggunkan perahu layar yang masih memerlukan kekuatan angin untuk mendorong perahu ke tengah laut untuk mencari ikan.
Jika di bandingkan dengan transportasi darat, sarana transportasi laut lebih banyak di gunakan, karena sebagian besar waktu masyarakat nelayan Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten takalar, lebih banyak di habiskan di tengah laut untuk mencari ikan sebagai nelayan untuk menghidupi keluarganya.
Transportasi laut yang merupakan salah satu bagian dari Sistem Transportasi Nasional memegang peranan penting dan strategis dalam mobilitas penumpang, barang dan jasa baik di dalam negeri maupun ke dan dari luar negeri, disamping itu sebagai urat nadi kehidupan bidang ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta sebagai sarana untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan peranan tersebut, sudah selayaknya apabila bangsa Indonesia memiliki sarana dan prasarana transportasi laut yang tangguh dan potensial agar peranannya dapat berfungsi secara optimal.
3.3.3     SaranaKesehatan
            Sarana kesehatan menurut Menurut Undang-undang No.23 Tahun 1992 adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan sedangkan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Tabel 8. Jumlah Sarana Kesehatan Di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
SaranaKesehatan
Jumlah
Puskesmas/Pustu
1
Posyandu
6
Total
7
Sumber: Data Sekunder, 2012
Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa sarana kesehatan di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, masih sangat minim. Sarana kesehatan yang ada di Desa tersebut hanya
terdiri dari 1 unit Pustu dan 6 unit sarana Posyandu. Sarana tersebut belum cukup untuk masyarakat Desa Aeng Batu-Batu yang memiliki jumlah penduduk ribuan jiwa.
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal  berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia pemerintahan.
3.3.4   Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Sarana peribadatan di Desa Aeng Batu-batu dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 9. Jumlah Sarana Peribadatan di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Sarana Peribadatan
Jumlah
Masjid
7
Langgar
2
Total
9
Sumber: Data Sekunder, 2012
Dari Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa jumlah sarana peribadatan di Desa Aeng Batu-batu cenderung sedikit macamnya, akan tetapi dari jumlahnya sudah cukup dan memadai. Jumlah mesjid yang tersedia di Desa Aeng Batu-Batu sebanyak 7 Unit dan Langgar 2 unit. Langgar
merupakan tempat untuk melakukan upacara-upacara adat. Ini dapat membuktikan bahwa penduduk di Desa Aeng Batu-batu mayoritas memiliki agama Islam.



BAB IV
PEMBAHASAN
4.1       Profil Petani Responden
            Identitas seseorang menggambarkan kondisi atau keadaan serta status orang tersebut. Identitas seorang petani penting untuk diketahui agar dapat diketahui sudah berapa lama ia bekerja dalam bidang pertanian. Identitas responden meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, tanggungan keluarga, luas dan status lahan garapan, dan pola penggunaan tenaga kerja dalam usahatani. Identitas seorang informan dapat memberikan informasi tentang keadaan usahataninya, terutama dalam peningkatan produksi serta pendapatan yang mereka peroleh.
            Menurut Amri Marsali, Petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani. Secara umum, petani bertempat tinggal di pedesaan dan sebagian besar di antaranya, terutama yang tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk di asia Tenggara, hidup di bawah garis kemiskinan.
            Dalam menjalankan kegiatan usahatani, petani mempunyai peranan yaitu sebagai penggerak dan manajer. Petani inilah yang mengatur dan memelihara pertumbuhan tanaman dalam usahanya mulai dari pengolahan lahan sampai panen. Namun, petani mempunyai kemampuan yang berbeda antara petani yang satu dengan petani yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan. Faktor-faktor tersebut menjadi tolak ukur dalam mengidentifikasi petani dalam upaya penyebaran informasi dan inovasi kepada petani. Dengan adanya identitas petani responden maka akan memudahkan dalam menganalisis usahataninya  (Mosher, 2008).
Adapun data petani responden yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 10. Nama Petani  Responden di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Nama
Umur (thn)
J.Tnggngn Keluarga
Pendidikan
Sumber Penghasilan
Pendapatan Perpanen (Rp)
Utama
Sampingan
Utama
Sampingan
Bapak Abu
43 tahun
5 orang
SMA
Petani
Buruh Bangunan
2.925.000
7.200.000
Daeng Sugi
55 Tahun
3 Orang
SD
Petani
-
3.640.000
-
Hamdan dg. Tawang
56 tahun
3  0rang
SD
Petani
Buruh Bangunan
1.950.000
8.000.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
            Berdasarkan tabel 10, Responden pertama bernama Bapak Abu, sekarang beliau berumur 43 tahun dan memiliki seorang istri yang bernama Ibu Sumariah. Mereka telah menikah selama 23 tahun. Semenjak menjadi seorang kepala keluarga, Bapak Abu banting tulang untuk membiayai keluarganya yang jumlahnya 5 orang yaitu istri dan empat orang anaknya. Setiap hari Bapak Abu harus berangkat ke lahan yang digarapnya dan pulang menjelang petang. Kegiatan ini setiap hari beliau lakukan pada masa panen. Akan tetapi pada masa beliau tidak beraktifitas di lahan yang digarapnya, beliau bekerja sebagai buruh bangunan yang menjadi pekerjaan sampingannya. Dari pekerjaannya sebagai petani dan buruh bangunan beliau dapat membiayai pendidikan anak-anaknya dan juga memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Dari luas lahan yang digarapnya seluas 40 are beliau memperoleh pendapatan tiap panen Rp. 2.925.000,-. Sedangkan pekerjaannya sebagai buruh bangunan pada 6 bulan terakhir beliau dapatkan sekitar Rp. 7.200.000,-. Hasil dari pendapatan tersebut beliau berikan kepada istrinya untuk dia kelola dan simpan untuk persediaan 6 bulan kedepannya. Pendidikan terakhir Bapak Abu yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Tetapi, sempat meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi selama empat bulan tapi karena orang tuanya meninggal, jadi beliau tidak mampu membiayai kuliahnya dan akhirnya beliau tidak meneruskan pendidikannya.
            Berdasarkan tabel 10, responden kedua adalah Ibu Daeng Sugi. Beliau lahir pada tahun 1957 dan saat ini telah berumur 55 tahun. Beliau memiliki seorang suami yang bernama Bapak Idris Daeng Sika. Beliau telah menikah selama 30 tahun. Saat ini Ibu Daeng Sugi harus bekerja membantu suaminya yang berprofesi sebagai petani dan menggarap lahan yang luasnya 40 are bersama dengan suaminya. Dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya beliau harus bekerja keras untuk menyekolahkannya. Meski berpikir pendidikan adalah hal yang paling utama bagi anaknya, akan tetapi kedua anaknya hanya bisa bersekolah sampai pada tahap Sekolah Dasar (SD) sama dengan pendidikan dengan kedua orang tuanya. Dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya, Ibu Daeng Sugi tidak mampu lagi membiayai pendidikannya. Kedua anaknya, sehingga mereka berdua juga harus membantu kedua orang tuanya mencari nafkah. Anak yang pertama Daeng Sugi bernama Romlah yang saat ini bekerja sebagai cleaning service di GTC sedang anak yang keduanya bernama Supriadi yang saat ini bekerja sebagai tukang batu. Jadi kedua anaknya tersebut saat ini telah membantu kehidupan sehari-hari orang tuanya. Mereka tidak lagi mengandalkan pendapatan yang di dapat oleh orang tua mereka, akan tetapi mereka dapat mengandalkan gaji mereka sendiri.
            Berdasarkan tabel 10, responden yang ketiga bernama Hamdan Daeng Tawan. Beliau sekarang berumur 56 tahun yang memiliki tanggungan 3 orang dalam keluarganya. Pendidikan terakhir beliau hanya sampai pada jenjang SD saja, karena keluarganya pada saat itu tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkan beliau. Pekerjaaan pokok Hamdan Daeng Tawan adalah seorang petani yang beliau kelolah bersama dengan anak-anaknya. Namun penghasilan dari hasil bertani tersebut tidak memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga Hamdan Daeng tawan harus bekerja sebagai buruh bangunan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan keluarga beliau. Produktivitas lahan yang bapak Hamdan kelolah setiap kali panen yaitu Rp 1.950.000,-. Sedangkan untuk

pekerjaan sampingannya yakni sebagai buruh bangunan beliau memperoleh pendapatan Rp. 8.000.000,- selama 6 bulan. Hasil dari pekerjaannya tersebut beliau manfaatkan untuk kebutuhan sehari-harinya.
Adapun , responden yang kami pilih untuk menjadi pusat informasi kelompok kami adalah Daeng Sugi, dengan identitas sebagai berikut :
Tabel 11. Identitas Petani  Responden di Desa Aeng Batu-Batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 2012.
Nama
Umur (thn)
J.Tnggngn Keluarga
Pendidikan
Sumber Penghasilan
Pendapatan Pertahun (Rp)

Utama
Sampingan
Utama
Sampingan
Daeng Sugi
55 tahun
3
SD
Petani Padi
-
3.640.000
-
Sumber: Data Primer, 2012.
            Nama responden yang menjadi pusat informasi adalah Ibu Daeng Sugi. Beliau lahir pada tahun 1957. Tepatnya pada tanggal 17 Desember 1957. Beliau telah melalui kehidupan di dunia ini sekitar 55 tahun bersama dengan keluarga yang selalu setia menerima dan mendukungnya dari belakang. Baginya keluarga merupakan sumber kehidupan yang tak akan tergantikan oleh apapun. Karena sejak beliau berkeluarga sekitar 30 tahun yang lalu, beliau memiliki kehidupan yang nyata dan lengkap. Ditemani oleh suaminya yang bernama Bapak Idris Daeng Sika mereka melewati suka duka kehidupan ini. Bapak Idris tidak pernah mengenyam pendidikan, karena pada waktu itu tidak banyak sekolah yang tersedia dan orang tua dari Bapak Idris Daeng Sika tidak memiliki cukup biaya untuk membiayai pendidikan Bapak Idris Daeng Sika. Sedangkan Ibu Daeng Sugi hanya bisa mengenyam pendidikan sampai tamat Sekolah Dasar karena terkendala dengan biaya.
            Ibu Daeng Sugi memiliki 2 orang anak, yang pertama bernama Romlah, yang telah berumur 25 tahun, yang saat ini telah bekerja di GTC sebagai salah satu karyawan Cleaning Servis. Biasanya Romlah di upah dengan gaji Rp. 1.200.000,-/bulan. Anak yang kedua Ibu Daeng Sugi bernama Supriadi, yang telah berumur 20 tahun. Saat ini beliau bekerja sebagai tukang batu. Supriadi ini telah bekerja selama 6 tahun sebagai tukang batu, beliau hanya menamatkan pendidikannya sampai Sekolah

Dasar di salah satu desa tempat tinggalnya. Beliau tidak melanjutkan pendidikannya karena ingin membantu kedua orang tuanya, apalagi dia adalah anak laki-laki di keluargnya.
            Ibu Daeng Sugi adalah penduduk asli dari Desa Aeng Batu-batu. Beliau sejak kecil dan tumbuh besar di desa ini, karena orang tua beliau juga merupakan warga asli dari desa ini. Sejak menikah dengan Bapak Idris Daeng Sika, beliau bekerja sebagai petani penggarap membantu suaminya. Beliau tidak memiliki lahan sawah yang dapat ia garap sehingga beliau hanya menggarap sawah milik tetangganya. Beliau biasa menggarap sawah yang luasnya sekitar 40 are. Beliau dapat menghasilkan beras sekitar 30 karung. Akan tetapi, karena beliau hanya menggarap sawah milik orang lain, maka hasil dari 30 karung tersebut dibagi dengan pemilik lahan. Misalnya beliau mendapatkan 20 karung dan pemilik lahan mendapatkan 10 karung. Sistem bagi hasil ini diterapkan antara pemilik lahan dan penggarap ketika telah ada persetujuan antara kedua belah pihak sebelumnya. Hasil panen beliau, biasanya dikonsumsi sendiri akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan lain-lainnya. Beliau juga biasa menjual ketetangganya. Akan tetapi, sistem pemasarannya tidak sampai ke pasar, hanya dirumah mereka melakukan transaksi jual beli, yang dijualnya seharga Rp. 5000/kilo. Dalam  karung yang dihasilkan terdapat 45 kilo beras. Jika Ibu Daeng Sugi menjualnya dengan harga Rp. 5000/kilo, maka dalam 1 karung, beliau memperoleh hasil sebanyak Rp. 225.000/karung. Karena beliau memperoleh hasil sebanyak 20 karung, maka hasil pendapatan tiap panennya adalah Rp. 4.500.000. Selain untuk djual, beras hasil produksinya juga beliau konsumsi untuk dirinya dan keluarganya. Biasanya beliau menjual 5-8 karung tiap panen, selebihnya beliau konsumsi sendiri. Dari hasil penjualan padinya, beliau biasanya memperoleh Rp.1.125.000-1.800.000 yang beliau gunakan untuk membeli keperluan sehari-harinya.



a.          Umur
            Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.           
            Umur sangat berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja. Dalam batas-batas tertentu, semakin bertambah umur seseorang maka tenaga kerja yang dimiliki akan semakin produktif, dan setelah umur tertentu produktivitas tersebut akan menurun. Umur petani juga terkait dengan proses transfer dan adopsi inovasi teknologi, dimana petani-petani muda cenderung bersifat lebih progresif dalam proses transfer inovasi-inovai baru, sehingga mampu mempercepat proses alih teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2003), bahwa petani-petani yang lebih muda lebih miskin pengalaman dan keterampilan dari petani-petani tua, tetapi memiliki sikap yang lebih progresif terhadap inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi baru akan cenderung membentuk perilaku petani muda usia untuk lebih berani mengambil keputusan dalam berusahatani.
            Berdasarkan data tabel 11, Responden yang bernama Daeng Sugi berumur 55 tahun. Umur tersebut tidak termasuk golongan umur yang tergolong produktif. Tetapi karena semangat hidup beliau yang tinggi ditambah kesehatan beliau yang alhamdulillah masih bisa bekerja sampai sekarang beliau tetap bertani untuk mendapatkan rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Beliau masih mau memberikan penghidupan bagi anak-anak dan suaminya. Sesuai dengan pendapat Soehardjo dan Patong
mengelompokkan umur berdasarkan produktif dan non produktif yaitu kisaran 15-54 tahun termasuk usia produktif sedangkan usia di atas 54 tahun tergolong non produktif.
Dalam usianya yang tergolong non produktif Daeng Sugi sangat tekun dan terlihat kuat dalam bekerja untuk menghidupi keluarganya. Tentu saja Daeng Sugi bekerja untuk mendapatkan upah agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tua mudanya usia seseorang berpengaruh pada kemampuannya dalam bekerja. Jika seseorang memiliki usia produktif maka akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh karena semakin muda usia seseorang maka tingkat kemampuan dalam bekerja akan baik, dan jika kemampuan dalam bekerja baik maka pendapatan yang diperoleh pun juga akan sesuai dengan kualitas dalam bekerja. Petani yang berumur muda lebih fleksibel dalam usahataninya dan juga petani yang berumur muda dengan tingkat pendidikan yang lebih baik akan berusaha untuk meningkatkan usahataninya. Sebaliknya petani yang berumur tua berusaha mempertahankan sistem pertanian yang turun temurun dan masih bersifat tradisional dan menerapkan cara yang didapat dari orang tua dan nenek moyangnya.
b.          Pendidikan
            Menurut Kementerian Pendidikan Republik Indonesia, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk/masyarakat, maka akan semakin tinggi pula kualitas penduduk (sumber daya manusia). Tingkat pendidikan sangat terkait dengan tingkat kemampuan mengadopsi inovasi teknologi. Diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan maka proses alih teknologi akan berjalan lebih cepat dan lebih baik.
            Responden pada tabel 11 yaitu Daeng Sugi hanya menyelesaikan pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar (SD), dimana tingkat pendidikan yang dialami oleh responden masih rendah. Tetapi tingkat pendidikan tidak membuat Ibu Daeng Sugi berhenti bekerja, malah sebaliknya beliau giat bekerja sebagai petani agar dapat menghidupi keluarganya sehari-

hari. Sekolah tinggi tidak diperlukan oleh Ibu Daeng Sugi karena menurut beliau orang yang sekolah tinggi akan mencari pekerjaan pula pada akhirnya.
Meskipun pendidikan Daeng Sugi sebatas SD namun pengalaman yang dimilikinya tidak serendah pendidikannya. Pengalaman yang dimiliki Daeng Sugi diperoleh dari bapak Daeng Sugi yang juga berprofesi sebagai petani. Tentu saja pengalaman yang diperoleh Daeng Sugi sangat membantu dalam kegiatan usaha taninya. Sesuai dengan pendapat Patong (2006) bahwa pendidikan dan pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh para penyuluh. Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal dapat diperoleh melalui bangku sekolah, informal melalui kursus-kursus dan nonformal melalui pengalaman-pengalaman dari masyarakat.
            Namun demikian, pendidikan masih merupakan konsep yang belum jelas, bahkan masih terus diperdebatkan di kalangan para orang tua di Desa Aeng Batu-batu yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani. Sebagian besar dari mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan di sekolah belum atau tidak mampu menjamin kehidupan yang akan datang. Di lain pihak berpendapat bahwa pendidikan tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk mempertahankan tradisi bertani yang mereka jalani. Pandangan terakhir selalu beranggapan bahwa informasi tentang pendidikan sangat mahal harganya, sehingga masyarakat yang kehidupan sehari-harinya bertani sulit untuk mencapainya.



c.          Pekerjaan
            Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Pekerjaaan adalah hal yang terkecil dari sebuah tanggung jawab. Ada yang lebih besar lagi yaitu tanggung jawab di keluarga dan di masyarakat yang lebih kejam. Kita akan kerdil apabila lari dari pekerjaan yang di berikan kepada kita dan tanggung jawab tesebut.
            Pada prinsipnya untuk mendapatkan sebuah keberhasilan tidak ada yang mudah.  Untuk mendapatkan pekerjaan yang benar-benar kita cintai atau impikan, kita harus mempersiapkan diri semaksimal dan harus bersaing dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Tidak ada pilihan lain kecuali kita mesti  terus melatih diri kita, mempersiapkan diri untuk mendapatkan jenis pekerjaan atau profesi  yang sungguh sungguh kita dambakan tersebut. Namun  sementara itu belum kita dapatkan kita harus bekerja semaksimal terhadap pekerjaan yang saat ini kita dapatkan. Bekerja apa saja jauh lebih baik dari pada menganggur.
            Adapun pekerjaan dari responden pada tabel 11 yaitu Daeng Sugi adalah seorang petani. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pekerjaan petani merupakan pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Patong (2006) yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar masyarakatnya hidup dari mata pencaharian sebagai petani yang bercocok tanam atau bertani.
Ibu Daeng Sugi sangat bahagia dengan pekerjaannya sebagai petani. Daeng Sugi sangat menekuni pekerjaannya tersebut. Hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha taninya tidak mengecewakan meskipun tidak sebanyak dengan penghasilan yang diperoleh petani yang mempunyai luas lahan yang lebih. Namun hal tersebut sangat disyukuri.

Kerja atau usaha adalah suatu upaya untuk mempertahankan memenuhi kebutuhan hidup baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dengan melaksanakan kerja ini, maka kita mempunyai harapan untuk mencapai keinginan kita dalam hidup ini. Kerja merupakan sebab mutlak yang menyebabkan hasil. Kerja dan hasil memiliki hubungan, namun dipengaruhi oleh faktor ke-3 yaitu rahmat Tuhan sebagai penentu akhir.
d.          Jumlah Tanggungan Keluarga
            Keluarga merupakan semua orang yang tinggal dalam satu rumah tangga atau berada di luar rumah tetapi menjadi tanggungan keluarga. Pada dasarnya tanggungan keluarga dapat mempengaruhi besar kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga petani dapat membantu kelancaran usahataninya terutama dalam hal penggunaan tenaga kerja. Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak.
Petani responden kami yakni Ibu Daeng Sugi harus memenuhi kebutuhan keluarganya yang berjumlah 3 orang, dimana diantaranya adalah 2 orang anak dan 1 orang suami yang tinggal bersama di rumah beliau. Tanggungan keluarga dapat mempengaruhi proses pengelolaan usahataninya, dalam hal ini mengenai pendapatan petani. Semakin besar jumlah tanggungannya maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap pendapatan petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (2003), jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi responden dalam mengolah usahataninya, yaitu selain karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya juga karena anggota keluarga tersebut dapat membantu dalam mengambil keputusan dan dalam mengelola usahataninya berupa bantuan kerja.

Pendapatan yang diperoleh dari Daeng Sugi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang relatif sedikit yaitu berjumlah 3 orang. Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak. Sejalan dengan hal tersebut Moenandir (2004), bahwa besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga akan menentukan perilaku petani dalam usahataninya.  Makin besar jumlah tanggungan keluarganya maka makin dinamis pula dalam usahataninya, karena ia terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya. Tanggungan keluarga ini sangatlah berpengaruh pada kondisi atau kegiatan keseharian petani. Kondisi dimana petani harus bertanggung jawab langsung pada kesejahteraan orang-orang yang tinggal dengannya. Pemenuhan kebutuhan baik sandang, pangan maupun papan sangatlah harus diperhatikan. Seorang kepala keluarga dalam hal ini responden sangat memahami maksud dimana keluarga yang tinggal dengannya harus dipenuhi kebutuhannya.
e.          Pendapatan
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari usaha atau pekerjaan dalam berproduksi dengan tujuan dapat memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan yang diperoleh tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan, sehingga untuk memenuhi semua kebutuhan yang berbeda maka perlu usaha yang besar pada petani untuk memperoleh hasil yang banyak pula.
Penghasilan atau pendapatan yang tinggi sangat berpengaruh dalam kehidupan keluarga petani terlebih lagi jika keluarga petani cukup besar dimana masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda.         
Penghasilan yang diperoleh dari Ibu Daeng Sugi berasal dari pekerjaan beliau sebagai petani penggarap. Penghasilan beliau dari pekerjaannya sebagai petani yaitu sebesar Rp 3.640.000,- per panen Dengan penghasilan yang diperoleh Daeng Sugi dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tingkat kesejahteraan seseorang dapat diperoleh dengan terpenuhinya seluruh kebutuhan keluarga.
Menurut Soekartawi (2003) pendapatan usahatani memerlukan keterangan pokok sebanyak dua yaitu penerimaan dan keadaan pengeluaran dalam jangka waktu yang ditetapkan. Analisa tingkat produksi pendapatan usahatani sangat berguna bagi petani karena dengan menghitung pendapatan yang diperoleh seorang petani responden dapat mengetahui dan menentukan apakah cabang usahatani yang dilaksanakan itu layak atau tidak layak diusahakan.


4.2       Deskripsi Kegiatan Usaha Responden
            Ibu Daeng Sugi adalah salah satu petani penggarap, beliau biasa menggarap sawah yang luasnya sekitar 40 are. Beliau dapat menghasilkan beras sekitar 30 karung. Akan tetapi, karena beliau hanya menggarap sawah milik orang lain, maka hasil dari 30 karung tersebut dibagi dengan pemilik lahan. Misalnya beliau mendapatkan 20 karung dan pemilik lahan mendapatkan 10 karung. Sistem bagi hasil ini diterapkan antara pemilik lahan dan penggarap ketika telah ada persetujuan antara kedua belah pihak sebelumnya. Hasil panen beliau, biasanya dikonsumsi sendiri akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan lain-lainnya  beliau juga biasa menjual ke tetangganya. Akan tetapi, sistem pemasarannya tidak sampai ke pasar, hanya dirumah mereka melakukan transaksi jual beli, yang dijualnya seharga Rp. 5000/kilo. Dalam  karung yang dihasilkan terdapat 45 kilo beras. Jika Ibu Daeng Sugi menjualnya dengan harga Rp. 5000/kilo, maka dalam 1 karung, beliau memperoleh hasil sebanyak Rp. 225.000/karung. Karena beliau memperoleh hasil sebanyak 20 karung, maka hasil pendapatan tiap panennya adalah Rp. 4.500.000. Selain untuk djual, beras hasil produksinya juga beliau konsumsi untuk dirinya dan keluarganya. Biasanya beliau menjual 5-8 karung tiap panen, selebihnya beliau konsumsi sendiri. Dari hasil penjualan padinya, beliau biasanya memperoleh Rp.1.125.000-1.800.000 yang beliau gunakan untuk membeli keperluan sehari-harinya.
            Dalam mengelola lahan yang digarapnya, beliau membutuhkan modal awal sebesar Rp. 860.000. Modal tersebut digunakan untuk membeli pupuk, pestisida, serta untuk menyewa traktor. Untuk membeli 2 pupuk urea yang harganya Rp. 115.000/karung dibutuhkan dana sebanyak Rp. 230.000, sedangkan untuk membeli pupuk ZA yang harganya Rp. 90.000 sebanyak 2 karung dibutuhkan dana sebanyak Rp. 180.000. Lain halnya untuk membeli pestisida yakni pestisida prima, pestisida spoktan serta pestisida lindomin seharga Rp. 45.000/karung, dibutuhkan dana sebesar Rp. 135.000. sedangkan untuk menyewa traktor seluas 40 are dibutuhkan dana sebanyak Rp. 280.000. Serta untuk nilai Penyusutan barang senilai Rp. 35.000,-. Modal tersebut biasanya dia pinjam dari saudaranya yang bernama Daeng Upe. Setelah panen barulah beliau bayar hutang tersebut.
            Dalam proses pengolahan sawahnya, beliau biasanya menggunakan pupuk Urea dan ZA. Pupuk tersebut beliau dapatkan di salah satu tetangganya yang bernama H. Jihat, yang harus dibayar dengan kontan seharga Rp. 90.000/karung untuk pupuk ZA. Sedangkan untuk pupuk Urea, harganya lebih mahal sedikit dibanding dengan pupuk ZA, yaitu Rp. 115.000/karung. Selain menggunakan pupuk, beliau juga menggunakan pestisida untuk memberantas hama yang menyerang padinya. Biasanya hama yang menyerang padinya adalah hama tikus, wereng, ulat dan siput. Untuk pemberantasan hama tikus, wereng dan
siput, biasanya beliau menggunakan pestisida, akan tetapi untuk menanggulangi hama ulat beliau hanya menggunakan cara tradisional, yaitu diambil hama ulatnya dengan tangan.       
            Dalam proses produksi, pada awalnya kita menyiapkan benih yang akan digunakan untuk menjadi bibit. Biasanya beliau memperoleh benih gratis dari pemerintah setempat. Akan tetapi, benih tersebut biasanya tidaklah cukup untuk luas lahannya. Sehingga beliau biasanya membeli benih tersebut. Setelah memperoleh benih dilakukanlah penyemaian. Proses penyemaian ini ada 2, yang pertama benih yang akan digunakan langsung ditabur di lahan persawahan, dan yang kedua adalah benih yang akan digunakan disemaikan dulu atau ditanam di pinggir sawah. Proses penyemaian yang pertama sudah jarang dilakukan oleh masyarakat petani Aeng Batu-batu. Mereka beralih ke penyemaian yang kedua. Karena proses penyemaian yang kedua memiliki keunggulan tersendiri dibanding yang pertama yaitu kita dapat memprediksi berapa benih yang tumbuh menjadi bibit, sedangkan jika langsung ditabur kita tidak dapat memprediksikan berapa persen bibit yang tumbuh.
            Setelah disemaiakan selama kurang lebih 20-30 hari. Bibit yang tumbuh kemudian dipindahkan ke sawah dan diatur jarak tanamnya. Beliau biasanya menanam/menabur secara manual, dengan menggunakan tangan yang ditanamnya dengan jarak sekitar 15-20 cm tiap anakan. Beliau memang tidak langsung menghitung tiap jarak anakan, akan tetapi karena kebiasaan menanam padi beliau dapat menanam padi dengan jarak yang hampir sama dan rapi.
            Setelah ditanam, pada bulan pertama dilakukan pemupukan yang pertama. Pemupukan pertama ini dilakukan sebagai pemberian nutrisi pada proses pertumbuhan anakan. Agar anakannya tumbuh dengan subur. Setelah dilakukan proses pemupukan, dilanjutkan dengan proses penyiangan. Proses penyiangan ini dilakukan dengan cara mencabuti gulma atau rumput-rumput yang berada di sekitar benih yang tumbuh. Hal ini dilakukan agar anakan dapat tumbuh bebas, tidak diganggu dengan gulma.
            Setelah padi berumur sekitar 3 bulan, dilakukanlah pemupukan yang kedua. Pemupukan yang kedua ini bertujuan untuk memberikan nutrisi pada buah padi agar bulir-bulir padi tersebut berisi dan menghasilkan padi yang banyak. Setelah ditanam sekitar 3-4 bulan, padi kemudian di panen.
Analisis usaha tani dari seorang petani responden yaitu Daeng Sugi adalah sebagai berikut:
a.          Sumber Daya
Sumber daya dapat digolongkan menjadi 2, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
b.          Sumber Daya Peralatan
            Sumberdaya peralatan merupakan alat yang membantu dalam menjalankan aktifitas manusia. Sumber daya peralatan dalam pertanian sendiri merupakan penunjang dari berjalannya usaha tani. Fungsi perlatan tersebut sangat membantu dalam proses pertanian, seperti traktor untuk membajak sawah, cangkul, sabit maupun alat – alat yang lainnya, yang digunakan petani untuk mengolah sawah. Untuk lebih jelasnya sumber daya peralatan yang dimiliki petani responden dapat dilihat pada tabel berikut:

 
Tabel 12. Sumber Daya Peralatan Petani Responden, Desa. Aeng Batu-batu, Kec. Galesong Utara, Kab. Takalar, 2012.
No
Nama Alat
Jumlah Unit
Nilai Baru (Rp)
Lama (Rp.)
Umur Alat (thn)
Nilai Penyusutan
(Rp.)
1.
2.
3.
Cangkul
Sabit
Parang
3
2
1
Rp. 60.000
Rp. 25.000
Rp. 30.000
Rp. 35.000
Rp. 15.000
Rp. 10.000
3
4
4
Rp. 25.000
    Rp.  5.000
    Rp.  5.000
Total
   Rp. 35.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
            Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh data sebagai berikut jumlah cangkul yang dimiliki oleh responden sebanyak 3 buah dengan nilai baru cangkul Rp 60.000 dengan harga lama Rp 35.000 umur alat            3 tahun dan NPA sebesar Rp 25.000. Responden memiliki 2 buah sabit dengan nilai baru dari sabit sebesar Rp 25.000 dengan harga lama alat              Rp 15.000, umur alat 4 tahun dengan NPA sebesar Rp 5.000. Parang memiliki nilai baru Rp 30.000 dengan harga lama alat Rp 10.000, umur alat 4 tahun dan NPA sebesar Rp 5.000. Hal ini sejalan dengan pendapat Budian (2006) bahwa suatu barang akan semakin berkurang nilainya jika barang tersebut telah lama digunakan dan mempunyai umur yang lama.
c.          Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja)
   Sumber daya manusia dapat diartikan sebagai kemampuan fisik dan psikis manusia secara potensial dan dapat digunakan untuk tujuan produktif. Sumber daya manusia tercermin dari berap jumlah tenaga kerja yang ada dan merupakan aspek utama dalam segala proses/kehidupan. Sumber daya manusia yang produktif adalah penduduk yang merupakan tenaga kerja dan golongan angkatan kerja yang tidak menganggur (Hanafie, 2010). 
Tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah orang atau pegawai yang bekerja dan sebagai sumber bantuan utama dalam sebuah proses produksi yang sedang berlangsung. Tenaga kerja dan sumber daya manusia yang digunakan oleh Daeng Sugi dalam mengolah sawah yang ia garap tidak ada, sebab seluruh keluarganya ikut membantu dalam

proses pengerjaan dan pengolahan sawah tersebut. Sebab dengan adanya tenaga kerja yang cukup dan memadai maka proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan baik pula.
d.          Sumber Daya Finansial
   Sumber daya finansial adalah sumber daya yang berhubungan dengan pendanaan usahatani. Dalam hal ini, aktivitas finansial menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan jangka panjang. Pada dasarnya dalam proses usahatani yang dilakukan oleh petani pada umumnya berkaitan juga dengan proses pengelolaan anggaran atau finansial untuk mengetahui banyaknya dana yang telah digunakan atau hasil kerja berupa upah yang akan diperoleh pada akhir produksi dan agar petani dapat mengetahui dalam jangka waktu tertentu jumlah biaya dan rugi-laba yang dialami (Suratiyah, 2008). Pendapatan usahatani tersebut ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 13. Pendapatan Usahatani yang dimiliki Petani Responden di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, 2012. 
No
Uraian
Jumlah Satuan
Harga
(Rp)
Jumlah Nilai (Rp)
1
Penerimaan Usahatani
900 kg
Rp 5.000
Rp 4.500.000
2


Biaya:
Biaya Variabel
1.    Pupuk
-Urea
-ZA
3. Pestisida
Total Biaya Variabel
Biaya Tetap
1.  NPA
2.  Sewa traktor
Total Biaya Tetap



2 karung
2 karung
3 karung




40 are




Rp.115.000/karung
Rp. 90.000/karung
Rp. 45.000/karung

Rp. 7.000/are



Rp.  230.000
            Rp. 180.000        
            Rp. 135.000
Rp.  545.000
        
 
           Rp.   35.000
           Rp.  280.000
Rp.  315.000
3
Total Biaya


Rp. 860.000
4
Pendapatan Bersih
Rp. 4.500.000 - Rp.860.000 = Rp. 3.640.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 13 di atas luas lahan yang dimiliki oleh responden sebesar 40 are. Penerimaan usahatani yang diperoleh oleh responden sebesar Rp. 4.500.000,-. Penerimaan usahatani meliputi total penjualan atau nilai barang yang telah diproduksi. Biaya variabel atau biaya yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi akan tetapi biaya ini dapat berubah sesuai dengan kebutuhan, total biaya variabel responden sebesar Rp. 545.000,-. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan secara rutin setiap kali melakukan proses produksi, biaya tetap yang dikeluarkan oleh responden sebesar Rp. 315.000,-. Pendapatan bersih yang diperoleh responden yaitu sebesar Rp. 3.640.000,-.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawati (2003) bahwa semakin luas lahan yang dimiliki seorang petani, maka semakin besar pula produksi yang diperoleh dalam berusahatani. Penganeka ragaman jenis usahatani pun dapat dilakukan, sehingga akan terjadi dibersifikasi hasil pertanian. Dengan demikian sumber daya keuangan bagi petani dapat bertambah.


4.3       Analisis Masalah yang Dihadapi Responden
            Dalam proses produksi pertanian di Desa Aeng Batu-batu ini, para petani biasanya memiliki masalah-masalah dalam proses produksinya. Misalnya saja yang paling dikeluhkan masyarakat petani setempat adalah belum berfungsinya Koperasi Simpan Pinjam di Desa ini. Yang hingga saat ini belum mewadahi masyarakat petani Aeng Batu-batu dalam proses simpan pinjam uang.
            Selain masalah Koperasi yang belum berjalan, masyarakat juga mengeluhkan masalah penyuluhan di desa ini. Karena penyuluhan tidak dilakukan secara rutin dan berkala. Selain itu, penyuluh tidak turun langsung ke lahan. Mereka hanya menyampaikan inovasi-inovasi tanpa di dukung dengan bukti-bukti yang para petani lihat secara langsung.
Seandainya saja para penyuluh menyampaikan inovasi diikuti dengan kerja nyata dan turun langsung  ke lahan. Para petani mungkin langsung menerapkan inovasi-inovasi yang disampaikan oleh para penyuluh.     

            Masalah lain adalah pengairan di desa Aeng Batu-batu ini yang masih menggunakan sistem tadah hujan. Masyarakat petaninya belum menggunakan sistem irigasi dalam pegairan sawah mereka. Karena tidak adanya modal yang tersedia untuk membeli pompa yang digunakan dalam sistem irigasi. Selain terkendala oleh masalah dana, pembuatan irigasi ini juga terkendala dengan masalah komunikasi antar para petani. Mereka belum pernah duduk membicarakan dengan seksama masalah irigasi ini.
            Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Desa Aeng Batu-batu ini sudah sejak lama terjadi. Mereka pernah duduk membicarakan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat petani bersama dengan Kepala Desa, namun sampai saat ini tindak lanjut dari masalah-masalah tersebut belum terealisasi. Ini disebabkan karena kurangnya kerjasama dari masyarakat karena tidak ada yang ingin memulai memperbaiki masalah-masalah tersebut.


















BAB V
PENUTUP
5.1       Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dari praktek lapang yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
·         Sumber daya alam di Desa Aeng Batu-batu sangat melimpah, utamanya dalam hal perairan, masyarakat di desa ini kebanyakan berprofesi sebagai nelayan.
·         Teknologi telah mampu mengubah perilaku dari suatu desa yang dulunya bersifat tradisional menjadi modern. Dengan adanya teknologi yang diterapkan di Desa Aeng Batu-batu, maka akan mempermudah masyarakat dalam hal mengolah sistem produksi pertaniannya.
·         Ada 2 sistem pemasaran yang dilakukan masyarakat Desa Aeng Batu-batu yaitu : (a) pemasaran gabah dari petani yang pada umumnya bermuara di penggilingan, (b) pemasaran beras dari penggilingan yang bermuara pada konsumen (rumah tangga) terutama di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan perusahaan yang mengolah beras menjadi produk lain.
·         Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh petani Desa Aeng Batu-batu antara lain, belum berfungsinya Koperasi Simpan Pinjam, Penyuluhan yang tidak rutin dan berkala serta belum adanya sistem irigasi di desa ini.

 hilman
5.2       Saran
            Pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih kepada para petani. Dengan melihat bagaimana dan apa yang dibutuhkan oleh para petani. Tidak hanya menyokong dalam hal pemberian bibit saja. Melainkan juga dalam hal turut langsung membantu dan mencari tahu apa kendala pada masa proses usaha tani.
            Untuk meningkatkan pendapatan petani pihak pemerintah, maupun swasta harus membantu petani dalam hal permodalan hilman dan teknologi baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Selain itu, para petani sebaiknya membuat wadah Koperasi Simpan Pinjam yang nantinya akan mewadahi masyarakat dalam hal Simpan Pinjam uang. Karena kendala yang paling membuat masyarakat resah adalah tidak adanya Koperasi Simpan Pinjam yang berfungsi.

hilman hilamawan