I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia adalah
Negara agraris yang sebagian besar penduduknya terdiri dari dari petani
sehingga sektor pertanian memegang peranan penting. Sektor pertanian sebagai
sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk terutama bagi mereka yang
memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Selain itu sektor pertanian,
salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan
bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju
pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usaha tani
secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu
usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktifitas serta dapat
meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat.
Sektor pertanian juga
merupakan sektor penyerap tenaga kerja utama di Indonesia. Sektor pertanian
menopang hampir separuh dari pendapatan penduduk di Indonesia dan menjadi
strategis dalam kebijakan pengentasan kemiskinan. Peran sektor pertanian lain
yang menjadi vital bagi kehidupan manusia terutama di Indonesia adalah sebagai
sumber devisa bagi negara dari ekspor non migas dan sebagai penyedia input atau
bahan baku bagi industri-industri dan sekaligus sebagai pasar yang potensial dari
output-output industri.
Secara garis
besar, besarnya pendapatan usaha tani diperhitungkan dari pengurangan besarnya
penerimaan dengan besarnya biaya usaha tani tersebut. Penerimaan suatu
usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usaha tani, jenis
dan harga komoditi usaha tani yang diusahakan, sedang besarnya biaya suatu
usaha tani akan dipengaruhi oleh topografi, struktur tanah, jenis dan varietas
komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi yang
digunakan.
Padi merupakan
komoditi yang dapat diperhitungkan oleh para petani dan merupakan tanaman pokok
petani di Indonesia khususnya Kabupaten pinrang. Usahatani padi sangat berperan
dalam pembangunan nasional Indonesia, walaupun dalam skala usaha rumah tangga
persatuan luas lahan yang kecil maupun luas. Dalam kenyataannya di pasar,
petani hanya diposisikan sebagai price
taker yang tidak dapat mengendalikan harga di pasar. Oleh karena
itu yang dapat dilakukan oleh petani padi adalah bagaimana mengefisienkan usahataninya
semaksimal mungkin. Untuk itulah analisis pendapatan merupakan cara yang tepat
untuk mengetahui hasil usahatani padi. Karena faktor produksi sebagian sudah
dilakukan oleh rumah tangga petani sendiri, maka digolongkan sebagai biaya yang
tidak riil dikeluarkan. Hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap
pendapatan usaha tani padi adalah menyangkut biaya-biaya yang berbeda-beda
antara usaha tani padi satu dengan usaha tani padi yang lainya sebagai
karakteristik varietas.
Kabupaten
pinrang merupakan tempat pemasok beras terbesar di Sulawesi selatan dimana
perkejaan utama dari penduduk di kabupaten pinrang merupakan petani dan lahan
pertanian yang berada di kabupaten pnrang sangatlah cocok untuk usahatani padi.
Selain lahan yang dimiliki setiap petani mencapai 1 Ha per orang dan pengguaan
teknologi dan pupuk pertanian sangat diutamakan guna meningkatkan usahatani
dari situlah kabupaten pinrang dikenal sebagai lumbung padi di Sulawesi
selaran.
Berdasarkan uraian dtersebut
maka diperlukan pelaksanaan praktek lapang Ilmu Usahatani untuk mengumpulkan
data serta informasi yang dapat menjadi data pembanding bagi teori-teori yang
telah ada serta agar kita dapat mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap
kehidupan masyarakat tani yang ada terkait produksi, pendapatan, dan
pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani yang dilaksanakannya.
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktek
lapang ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui berapa
produksi usahatani dan tingkat pendapatan atau penerimaan yang diperoleh petani
dari usahataninya.
2.
Untuk
membandingkan pendapatan antara petani satu dengan petani lainnya.
1.3
Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktek lapang ini adalah :
1.
Sebagai
masukan dalam menganalisis usahatani dan membandingkan teori yang diperoleh dari
bangku kuliah dengan kenyataan yang terdapat di lapangan.
2.
Sebagai
bahan informasi pada praktek lapang selanjutnya dan bahan pertimbangan
pemerintah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan khususnya dalam pengelolaan
usahatani.
II.
METODE PRAKTEK
LAPANG
2.1
Waktu dan Tempat
Praktek lapang
mata kuliah Ilmu Usaha Tani dilaksanakan pada hari jumat sampai minggu yaitu pada tanggal 26 april – 28 april 2013
di Desa arrasie,kecamatan tiroang, Kabupaten pinrang.
2.2
Teknik Penentuan Responden
Penentuan
responden dalam praktek lapang mata kuliah Ilmu Usaha Tani dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling atau penunjukkan langsung di
lapangan yaitu pengambilan 1 (satu) orang untuk dijadikan responden secara acak
dari penduduk sekitar lokasi praktek lapang, dimana keduanya mempunyai
pekerjaan sebagai petani.
2.3
Teknik
Pengambilan Data
Metode atau teknik yang
digunakan untuk pengambilan data dan keterangan dalam praktek lapang Usaha
Pertanian dan Koperasi adalah :
a.
Wawancara, yaitu pengambilan data
dengan bertatap muka langsung dengan petani responden kemudian mengajukan
beberapa pertanyaan yang terkait dengan kegiatan usahatani.
b.
Observasi, yaitu teknik pengambilan data dengan cara
mengamati dan meneliti secara langsung kegiatan usahatani responden.
c.
Kuisioner merupakan suatu alat dalam pengambilan data
berisi data-data/pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan usahatani.
2.4
Analisis Data
Data primer dan sekunder yang diperoleh di lapangan diolah dalam bentuk
tabulasi, selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis-analisis tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Gross
Output (GO)
|
2.
Gross
Margin (GM)
|
3.
Net
farm Income (NFI)
|
4.
Biaya
Penyusutan Alat (BPA)
BPA =
5.
Nilai
Penyusutan Alat (NPA)
Nilai
Penyusutan Alat (NPA) yaitu harga awal dikurangi dengan harga akhir kemudian
dibagi dengan lama pemakaian alat lalu dikali dengan jumlah alat, yang kemudian
diformulasikan sebagai berikut:
NPA =
6.
Hari Kerja Setara Pria (HKSP)
HKSP yaitu jumlah tenaga kerja dikali hari kerja dikali jam kerja/hari
dikali dengan variabel lalu dikali dengan upah minimum propinsi yang kemudian
dibagi dengan 8, yang kemudian diformulasikan sebagai berikut:
∑ Tenaga Kerja x ∑ Jam Kerja x ∑Hari Kerja x Variabel x UMP
HKSP
=
8
Keterangan:
·
Laki-laki =
1
·
Perempuan
=
0,7
·
Anak-anak =
0,3
·
Mesin = 3
·
UMP =
Rp 25.000,-
7.
Revenue Ratio (R/C Ratio)
R/C ratio yaitu total penerimaan
dibagi dengan total biaya, yang kemudian diformulasikan sebagi berikut:
R/C Ratio =
Keterangan: R/C Ratio > 1, usahatani layak
dikembangkan
R/C
Ratio < 1, usahatani tidak layak dikembangkan
R/C
Ratio = 1, usahatani impas.
8.
Perhitungan B/C Ratio
B/C Ratio =
Keterangan: TR1 = Pendapatan cabang usahatani I
TR2 =
Pendapatan cabang usahatani II
TC1 =
Biaya untuk cabang usahatani I
TC2 =
Biaya untuk cabang usahatani II
Kriteria: B/C Ratio > 0, usahatani
menguntungkan
B/C
Ratio < 0, usahatani tidak menguntungkan
B/C
Ratio = 0, usahatani impas
9.
Perhitungan
Partial Budget
|
Keterangan : a = Biaya produksi cabang usahatani II
b = Penerimaan
cabang usahatani I
c
= Biaya Produksi cabang
usahatani I
d
= Penerimaan cabang usahatani II
Kriteria: ( a+b )
> ( c+d ) = Menguntungkan
( a+b ) < ( c+d ) = Tidak Menguntungkan
( a+b ) = ( c+d ) = Impas
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1
Data
Sekunder
3.1.1 Kondisi
Geografis
Kelurahan
Marawi merupakan salah satu kelurahan dari 5 kelurahan di wilayah Kecamatan
Tiroang. Kelurahan Marawi memiliki luas ± 19,58 km2, tepatnya berada
3 km dari ibukota Kecamatan, dan berjarak 10 km dari ibukota Kabupaten.
Kelurahan Marawi 95 % merupakan lahan pertanian dan selebihnya adalah pemukiman
dan kebun rakyat.
Secara
umum keadaan topografi kelurahan Marawi merupakan daerah dataran rendah,
tepatnya 13 meter dpl. Kelurahan Marawi memiliki iklim tropis dengan dua musim, yakni musim
kemarau dan musim hujan. Secara geografi Kelurahan Marawi berbatasan dengan
daerah-daerah sebagai berikut :
a.
Sebelah
Utara berbatasan langsung dengan kelurahan Tiroang dan Kabupaten Sidrap
b.
Sebelah
Selatan berbatasan langsung dengan Kelurahan Pammase
c.
Sebelah
Timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidrap
d.
Sebelah
Barat berbatasan langsung dengan Kelurahan Tiroang
Kelurahan Marawi terdiri dari 3
lingkungan yakni:
1.
Lingkungan
Tiroang
2.
Lingkungan
Marawi
3.
Lingkungan
Aressie
3.1.2 Keadaan
Demografis
a.
Jumlah Penduduk
Jumlah
penduduk Kelurahan Marawi sampai dengan tahun 2013 sebesar 4.887 jiwa.
Tabel 1: Distribusi Jumlah
Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Tahun 2013.
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
Laki-Laki
|
2.341
|
47,91
|
Perempuan
|
2.546
|
52,09
|
Total
|
4.887
|
100,00
|
Sumber : Data Sekunder, 2013.
Tabel 1
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan Marawi yang berjenis kelamin laki-laki
lebih sedikit yaitu 47,91% dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 52,09%.
Jumlah masyarakat yang berjenis laki-laki kurang lebih 2.341 dan perempuan kurang
jumlah kurang lebih 2.546. jadi total keseluruhan dari jumlah masyarakat di
desa kelurahan marawi 4.887 jiwa.
Adapun distribusi penduduk menurut golongan umur di
Kelurahan Marawi Distribusi terdapat pada tabel berikut:
Tabel 2. Distribusi
Penduduk Menurut Golongan Umur, Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Tahun 2013.
Kelompok Umur
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
0 – 4
|
230
|
242
|
472
|
9,66
|
5 – 9
|
380
|
298
|
678
|
13,88
|
10 – 14
|
299
|
318
|
617
|
12,63
|
15 – 19
|
222
|
213
|
435
|
8,90
|
20 – 24
|
152
|
296
|
448
|
9,18
|
25 – 29
|
155
|
166
|
321
|
6,57
|
30 – 34
|
145
|
164
|
309
|
6,32
|
35 – 39
|
171
|
224
|
395
|
8,10
|
40 – 44
|
115
|
146
|
261
|
5,33
|
45 – 49
|
125
|
144
|
269
|
5,49
|
50 – 54
|
113
|
90
|
203
|
4,15
|
55 – 59
|
94
|
102
|
196
|
4,00
|
60 – 64
|
91
|
99
|
190
|
3,88
|
65 +
|
49
|
44
|
93
|
1,91
|
Jumlah
|
2.341
|
2.546
|
4.887
|
100,00
|
Sumber: Data
sekunder, 2013.
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase terbesar penduduk
menurut golongan umur berada pada kelompok umur 35 – 39 tahun, yaitu sebesar 8,10
%. Sedangkan persentase terkecil berada pada kelompok umur 65+, yaitu sebesar
1,91 %.
b.
Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya
Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur
masyarakat. Sedangkan budaya adalah
warisan sosial juga adalah suatu yang tercipta atau dilakukan oleh sekumpulan
individu disuatu tempat. Keadaan sosial ekonomi/budaya Kelurahan Marawi cukup
beragam mulai dari tingkat pendidikan dan mata pencaharian.
·
Tingkat Pendidikan Penduduk
Pada umumnya tingkat pendidikan
penduduk di Kelurahan Marawi hanya tamat SD, hal tersebut dapat di lihat pada
tabel berikut:
Tabel 3: Distribusi
Tingkat Pendidikan Penduduk,
Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Tahun 2013.
No.
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (Jiwa)
|
Persentase (%)
|
1.
|
SD
|
1033
|
40,75
|
2.
|
SMP
|
815
|
32,14
|
3.
|
SMA
|
552
|
21,77
|
4.
|
Perguruan Tinggi
|
135
|
5,32
|
Jumlah
|
2.535
|
100,00
|
Sumber : Data Sekunder, 2013.
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
Kelurahan Marawi tingkat pendidikannya setingkat SD yaitu 40,75%, SMP yaitu 32,14%, SMA yaitu 21,77%, dan Perguruan Tinggi yaitu 5,32%.
Jadi jumlah keseluruhan dari masyarakat yang perta mengenyang pendidikan formal
yaitu 2.535 jiwa sedangkat tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu SD 1033
·
Mata Pencaharian Penduduk
Berdasarkan data sekunder tahun 2013, mata pencaharian
penduduk Kelurahan Marawi sebagian besar adalah petani. Untuk perinciannya adalah sebagai
berikut.
Tabel 4: Distribusi Jenis Pekerjaan Penduduk, Kelurahan
Marawi, Kecamatan Tiroang, Tahun 2013.
Jenis Pekerjaan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
Persentase (%)
|
Petani
|
1127
|
58
|
1185
|
61,81
|
PNS
|
52
|
25
|
77
|
4,01
|
Pedagang
|
35
|
21
|
56
|
2,92
|
POLRI/TNI
|
7
|
-
|
7
|
0,36
|
Dukun kampung
|
-
|
2
|
2
|
0,11
|
Wiraswasta
|
72
|
-
|
72
|
3,75
|
Bidan desa
|
-
|
1
|
1
|
0,05
|
Pensiunan
|
273
|
227
|
500
|
26,08
|
Jumlah
|
1566
|
351
|
1917
|
100
|
Sumber: Data sekunder, 2013.
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar mata
pencaharian penduduk Kelurahan Marawi adalah petani (61,81%). Selebihnya pensiunan sebesar
(26,08%), PNS (4,01%), wiraswasta (3,75%), pedagang (2,92%), POLRI/TNI (0,36%),
dukun kampung (0,11%), dan bidan desa (0,05%).
c.
Sarana dan
Prasarana
Kantor Kelurahan Marawi ini terletak di lingkungan Tiroang. Letak kantor
kelurahan terbilang mudah di jangkau
oleh masyarakat karena letaknya berada dekat dengan tempat fasilitas umum (
pasar dan pos keamanan/pos polisi).
Berdasarkan data sekunder yang ada di kantor Kelurahan Marawi, terdapat
beberapa sarana pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5. Jumlah Sarana Pendidikan di
Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
|
Jenis Sarana pendidikan
|
Jumlah (Unit)
|
Persentase (%)
|
1.
|
TK
|
2
|
22,22
|
2.
|
SD
|
4
|
44,44
|
3.
|
SMP
|
1
|
11,11
|
3.
|
TPA (Tempat Pendidikan Al qur’an)
|
2
|
22,22
|
Jumlah
|
9
|
100,00
|
Sumber: Data Sekunder, 2013.
Tabel 5 menunjukkan bahwa di Kelurahan Marawi terdapat 2 unit taman kanak-kanak (TK) yaitu TK PGRI Marawi dan TK 93 Aressie. Terdapat 4
unit sekolah dasar yaitu SDN 93 Aressie, SDN 255 Marawi, SDN 291 Aressie dan 91
Marawi. Terdapat 1 unit sekolah menengah pertama yaitu SMPN 10 Pinrang, serta 2
unit TPA (Tempat Pendidikan Al qur’an).
Sarana peribadatan yang tersedia di Kelurahan Marawi berjumlah 3 buah yang terletak di Lingkungan
Tiroang 1 buah yaitu Masjid Jami’, Lingkungan Marawi 1 buah yaitu Masjid At
Taun, dan Lingkungan Aressie 1 buah yaitu Masjid Taqwa. Adapun agama yang dianut masyarakat
Kelurahan Marawi adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Agama yang Dianut,
Kelurahan Marawi, Kecamatan, Tiroang, Tahun 2013.
Agama
|
Jumlah
|
Persentase
(%)
|
Islam
|
4.859
|
99,43
|
Katolik
|
25
|
0,51
|
Lainnya
|
3
|
0,06
|
Jumlah
|
4.887
|
100,00
|
Sumber: Data Sekunder,
2013.
Tabel 6 menunjukkan
bahwa mayoritas penduduk yang ada di Kelurahan Marawi beragama Islam, yaitu
sebesar 99,43 %. Hal ini di dukung dengan adanya sarana dan prasarana, yaitu 4
unit mesjid. Sedangkan penganut Katolik sebanyak
0,51 % dan lainnya sebanyak 0,06 %. Pada umumnya, mereka memilih untuk
beribadah di luar Kelurahan Marawi karena tidak adanya sarana dan prasarana
yang mendukung.
Di kelurahan Marawi terdapat 3 tempat pemakaman umum. Di lingkungan Aressie
1 buah dan Lingkungan Marawi 2 buah. Sarana
penunjang kesehatan, di Kelurahan Marawi yaitu 3 Posyandu
yang berada di setiap lingkungan. Posyandu ini merupakan bangunan sendiri. Terdapat 1 buah Puskesmas Pembantu (PUSTU) dan 1 unit rumah
bersalin. Sarana-sarana kesehatan ini mudah diakses karena berada di sekitar jalan poros. Sarana keamanan di
Kelurahan Marawi yaitu 1 Pos Polisi yang terletak di
Lingkungan Marawi tepatnya di Jalan Poros Sidrap-Pinrang. Fasilitas umum yang
terdapat di kelurahan Marawi yaitu terdapat 2 pasar yaitu 1 di Lingkungan
Aressie ( Pasar Sore ) dan 1 di Lingkungan Marawi yaitu pasar umum. Pasar ini
mudah diakses/dijangkau oleh masyarakat karena berada di jalan poros
Sidrap-Pinrang.
3.2
Data
Primer
3.2.1
Identitas Petani Responden
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian
atau seluruh kebutuhan hidupnya dibidang pertanian dalam arti luas yang
meliputi usahatani pertanian, peternakan (termasuk penangkapan ikan), dan
pemungutan hasil laut
(Hernanto dalam Trianti, dkk., 2006).
Identitas diri adalah mengenal dan menghayati dirinya sebagai pribadi
sendiri serta tidak tenggelam dalam peran yang dimainkan, misalnya sebagai
anak, teman, pelajar, atupun teman sejawat. Identifikasi diri muncul ketika
anak muda memilih nilai dan orang tempat dia memberikan loyalitasnya, bukan
sekadar mengikuti pilihan orangtuanya. Orang yang sedang mencari identitasnya
adalah orang yang ingin menentukan siapakah atau apakah yang dia inginkan pada
masa mendatang.
Tabel 7. Identitas Responden, di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang,
Tahun 2013.
No
|
Nama Responden
|
Usia
(thn)
|
Tingkat
Pendidikan
|
Luas Lahan
(ha)
|
Lama Berusahatani
(thn)
|
Jumlah Tanggungan Keluarga (org)
|
Status lahan
|
1
2
3
|
Abd. Haris
Naradin
Imran
|
62
56
52
|
S1
SR
SR
|
1
0,5
1
|
42
36
25
|
3
4
4
|
Milik
Milik
Milik
|
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa responden pertama bernama Abd.
Haris berumur 62 tahun. Pendidikan Terakhir Bapak Abd. Haris adalah S1, Bapak
Abd. Haris memiliki lahan seluas 1 Ha, dengan lama berusahatani selama 42 tahun
dan memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang.
Responden kedua bernama Naradin berumur 56 tahun. Pendidikan Terakhir
Bapak Naradin adalah Sekolah rakyat (SR), Bapak Naradin memiliki lahan seluas
0,5 Ha, dengan lama berusahatani selama 36 tahun dan memiliki jumlah tanggungan
keluarga sebanyak 4 orang.
Responden ketiga bernama Imran berumur 52 tahun. Pendidikan Terakhir
Bapak Imran adalah Sekolah Rakyat (SR), Bapak Imran memiliki lahan seluas 1 Ha,
dengan lama berusahatani selama 25 tahun dan memiliki jumlah tanggungan
keluarga sebanyak 4 orang.
3.2.2 Tingkat
Umur
Umur atau yang
biasa disebut usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
makhluk atau benda, baik dalam keadaan hidup maupun mati Umur sangat
berpangaruh dalam aktifitas dan pekerjaan seseorang, begitu juga dalam
melakukan aktifitas tani, umumnya umur mempengaruhi kekuatan fisik dan pola
pikir seseorang.
Pada umumnya petani yang berusia lebih muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingakan petani yang telah berusia lanjut dan tua (Anonim1 , 2013).
Pada umumnya petani yang berusia lebih muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingakan petani yang telah berusia lanjut dan tua (Anonim1 , 2013).
Umur akan
sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktifitas sehari–hari, serta
berhubungan dengan ketahanan fisik tubuhnya, pengalaman dalam bekerja dan
pengalaman dalam berfikir. Pada umumnya seseorang yang berusia muda dan sehat
mempunyai sketahanan fisik yang
lebih besar dan kuat jika dibandingkan dengan seseorang yang usianya
sudah tua, tetapi jika dilihat dari segi pengalaman yang lebih tua mempunyai
pengalaman yang lebih banyak dan hal ini berpengaruh terhadap pola pikir
(Patong, 2006). Kisaran tingkat umur dari 3 petani responden di Desa
Aressie, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 8. Kisaran Umur Dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang,
Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
|
Kisaran Umur (Thn)
|
Jumlah (Org)
|
Persentase (%)
|
1.
|
≤ 40
|
-
|
|
2.
|
> 40
|
3
|
100
|
Jumlah
|
3
|
100
|
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa umur petani responden memiliki
persentase yaitu 3 orang
responden berumur > 40 tahun. Kelima petani
responden masih tergolong dalam usia produktif dimana usia produktif terhitung
dari umur 15 – 64 tahun.
Dilihat dari cara mengolah usahatani, petani yang berusia muda rata-rata
menggunakan alat-alat modern sedangkan petani beusia tua lebih sering menggunakan
alat-alat tradisonal. Hal ini mungkin disebabkan karena petani yang berusia
muda lebih produktif dan informasi
terbaru mengenai pertanian dapat mereka aplikasikan di lapangan sedangkan
petani yang lebih tua cenderung mengikuti kegiatan pertanian seperti penyuluhan
tapi tidak banyak diantara mereka yang mengaplikasikannya di lapangan, mereka
cenderung mengelola lahan berdasarkan pengalaman atau
cara yang sudah bersifat turun
menurun (Patong, dkk, 1996).
3.2.3 Lama
Berusahatani
Pengalaman berusahatani mempengaruhi perilaku petani dalam mengolah
usaha taninya. Biasanya petani memiliki pengalaman berusahatani lebih lama dan
banyak pengetahuan dalam berusahatani sehingga mereka cenderung hati-hati dalam
mengambil keputusan. Pengalaman berusahatani dari lima petani responden
di Desa Bonto Marannu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Kisaran Pengalaman Berusahatani Dari 3 Petani Responden di di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang,
Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No
|
Kisaran (Tahun)
|
Jumlah (Org)
|
Persentase (%)
|
1.
|
≤ 26
|
5
|
100
|
2.
|
> 26
|
0
|
-
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa petani responden yang
memiliki kisaran lama
berusaha tani ≤ 26 tahun berjumlah 5 orang (100 %) dan >
26 tidak ada (0 %). Hal ini tentu berpengaruh dalam pengelolaan usahatani
masing-masing responden khususnya dalam pencapaian hasil produksi yang lebih
baik. Sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006), bahwa pengalaman berusahatani
yang cukup lama menjadikan petani lebih matang dan lebih berhati-hati, dalam
mengambil keputusan terhadap usahataninya. Kegagalan dimasa lalu dapat dijadikan
pelajaran sehingga ia lebih berhati-hati dalam bertindak. Sedangkan petani yang
kurang berpengalaman umumnya lebih cepat dalam mengambil keputusan karena lebih
berani menanggung resiko.
3.2.4 Tingkat
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, keprobadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat (Anonim2, 2013).
spiritual keagamaan, pengendalian diri, keprobadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat (Anonim2, 2013).
Tingkat pendidikan petani dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam
penerapan ide-ide baru yang didapat. Petani yang berpendidikan, umumnya lebih
mudah menerima inovasi dibanding dengan petani yang tidak berpendidikan
walaupun ini tidak mutlak terjadi pada setiap petani. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soekartawi (2006), bahwa petani yang berpendidikan, lebih cepat
mengerti dan dapat memahami penggunaan teknologi baru. Dengan demikian
penerapan konsep dalam mengelola usahataninya lebih baik dan dapat tercapai
sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu
penanggulangan masalah-masalah yang timbul dalam usahatani lebih muda dikendalikan. Kisaran
tingkat pendidikan dari 3 petani responden dapat dilihat pada berikut:
Tabel 10. Kisaran Tingkat
Pendidikan Dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang,
Tahun 2013.
No.
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (Org)
|
Persentase (%)
|
1.
|
SD/SR-Tidak Tamat
|
-
|
0
|
2.
|
SD/SR-Tamat
|
2
|
80
|
3.
|
SLTP-Tamat
|
|
|
4.
|
SMU-Tamat
|
1
|
20
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Dari
tabel 10 terlihat bahwa tingkat pendidikan responden yaitu 2 orang tamat SD
dengan persentase sebesar 80% dan 1 orang tamat SLTP dengan persentase 20%. Hal
ini menunjukkan bahwa kisaran tingkat pendidikan dari kelima responden masih tergolong rendah dan
cukup berpengaruh terhadap proses usahataninya khususnya dalam penerapan
teknologi baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Patong dalam, bahwa proses adopsi dan
transformasi teknologi dalam pengembangan suatu usahatani sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan petani disamping kondisi lingkungan usahatani.
(Suratiyah 2006).
3.2.5
Jumlah
Tanggungan Keluarga
Keluarga
adalah sekelompok orang yang mendiami suatu atau seluruh bangunan yang kemudian
tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau bisa juga diartikan
sebagai seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus
keperluan hidupnya sendiri (Anonim3, 2013).
Kepala keluarga adalah
orang yang bertanggung jawab atas segala kejadian dalam rumah tangganya serta
berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan sehari-hari dari semua anggota
keluarga yang menjadi tanggungannya. Keluarga merupakan semua orang yang
tinggal dalam satu rumah tangga atau berada di luar rumah tetapi menjadi
tanggungan keluarga. Pada dasarnya tanggungan keluarga dapat mempengaruhi besar
kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga petani dapat membantu kelancaran
usahataninya terutama dalam hal penggunaan tenaga kerja (Anonim5,2013)
Banyaknya anggota keluarga
dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini
disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan
makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga
yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan
kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak
(patong, 2006). Kisaran jumlah tanggungan keluarga dari 3 petani responden di Desa Aressie, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel berikut:
(patong, 2006). Kisaran jumlah tanggungan keluarga dari 3 petani responden di Desa Aressie, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 11. Kisaran Jumlah tanggungan
Keluarga Dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang,
Tahun 2013.
No
|
Jumlah Tanggungan Keluarga (org)
|
Jumlah (org)
|
Persentase (%)
|
1.
|
1-5
|
5
|
100
|
2.
|
6-10
|
-
|
-
|
3.
|
≥ 10
|
-
|
-
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan
tabel 11 dapat diketahui bahwa petani
dengan tanggungan 1-5 adalah 5 orang dengan persentase 100%. Jumlah tanggungan
keluarga sangat mempengaruhi responden dalam mengolah usahataninya, yaitu
selain karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya juga karena
anggota keluarga tersebut dapat membantu dalam mengambil keputusan dan dalam
mengelola usahataninya. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (2006),
jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi responden dalam mengolah usahataninya,
yaitu selain karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya juga
karena anggota keluarga tersebut dapat membantu dalam mengambil keputusan dan
dalam mengelola usahataninya berupa bantuan kerja.
3.2.6 Luas
Lahan
Luas lahan merupakan media tumbuh bagi tanaman, tempat hewan dan manusia
melakukan aktivitas kehidupannya. Luas lahan sangat mempengaruhi petani dalam
mengambil keputusan dan
kebijakan dalam hal penggunaan bibit, pupuk, atau
obat-obatan dan peralatan. Oleh karena itu, lahan merupakan salah satu faktor
penting dalam usahatani. Kisaran luas lahan dari 3 petani responden dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 12. Kisaran Luas Lahan Dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang,
Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No
|
Kisaran Luas Lahan (Ha)
|
Jumlah (Org)
|
Persentase (%)
|
1.
|
≤ 0,5
|
1
|
30
|
2.
|
> 0,5
|
2
|
70
|
Jumlah
|
5
|
100
|
Sumber
: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa rata-rata luas lahan yang dimiliki
oleh petani responden adalah sebesar 40 %
untuk petani dengan luas lahan
kurang atau sama dengan 0,5 ha,
dan persentase 60 % untuk petani responden yang memiliki luas lahan di atas 0,5
ha. Hal ini berarti bahwa petani responden dominan memiliki lahan yang luas
sehingga hasil produksi yang dihasilkan juga cukup banyak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suratiyah (2006), bahwa luas lahan dapat
menunjukkan besarnya kemungkinan hasil produksi, dimana semakin luas lahan maka
semakin besar kemungkinan hasil produksinya.
3.2.7
Keadaan Usahatani Responden
Keadaan usahatani yang
berada di desa tiroang sangatlah bagus untuk melakukan usahatani padi karna
pengunaan lahanya. Petani melaksanakan kegiatan usahataninya pada hamparan
lahan yang merupak milik sendiri. Luas lahan yang digunakan untuk usahatani padi sekitar 0,23 – 1 ha. Adapun nilai
produksi rata-rata dari usahatani
padi dan usahatani lainnya yang diusahakan petani responden dapat di lihat pada
tabel berikut:
Tabel 13. Nilai
Produksi Rata-rata Tanaman yang Diusahakan Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang,
Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No
|
Jenis Tanaman
|
Produksi
(kg/ha)
|
Harga (Rp/kg)
|
Nilai Produksi (Rp)
|
1.
|
Padi
|
5000
|
3.200
|
16.000.00
|
Sumber
: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Tabel 13
memperlihatkan nilai produksi tanaman padi
yang di usahakan petani responden yaitu sebesar Rp 16.000.000,- dalam bentuk kering panen. Dalam mengelola
kegiatan usahataninya menggunakan berbagai jenis peralatan. Peralatan tersebut
digunakan untuk
pengelolaan lahan, pemeliharaan sampai pada masa panen. Penggunaan peralatan
usahatani dalam jangka waktu tertentu menyebabkan adanya penyusutan nilai alat
yang disebut biaya penyusutan. Biaya penyusutan dari peralatan yang dimiliki
petani responden dapat dilihat pada berikut:
Tabel 14. Jenis dan
Biaya Penyusutan Rata-rata Peralatan Usahatani Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang,
Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
|
Nama dan Jenis Alat
|
Nilai Penyusutan (Rp)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Abd. Haris
Cangkul
Pacul
Parang
|
17.500
-
5.000
|
35,00
-
70,00
|
Jumlah
|
22.500
|
100
|
|
2.
|
Naradin
Cangkul
Pacul
Parang
Sabit
|
21.600
-
12.600
2.000
|
33,34
-
66,66
|
Jumlah
|
32.200
|
100
|
|
3.
|
Imran
Cangkul
Pacul
Parang
|
32.500
-
14.300
|
34,00
-
66,00
|
Jumlah
|
46.800
|
100
|
Sumber
: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Dari
Tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai penyusutan total
alat yang digunakan ke 3 petani pada usahatani padi sebesar
Rp 101.500,- . Besarnya
nilai penyusutan tiap alat ditentukan oleh nilai pembelian, jumlah unit dan
lamanya peralatan tersebut dipakai.
Kegiatan usahatani petani responden
terdiri dari proses persiapan benih, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan
hingga pemanenan. Sebelum dilakukan penanaman biasanya dilakukan sprouting (pembentukan tunas). Pengolahan lahan
dilakukan oleh sebagian besar petani dengan menggunakan cangkul lalu dibuat
guludan-guludan
agar tanaman tidak tergenang air. Dalam proses penanaman, jarak tanam merupakan
hal yang perlu diperhatikan karena jarak tanam dapat menentukan keberhasilan
usahatani dan jarak tanam yang
biasa digunakan yaitu 25 cm x 25 cm sesuai dengan
yang dianjurkan. Setelah penanaman dilakukan selanjutnya adalah pengairan dan
pemupukan serta pemeliharaan, pupuk yang digunakan oleh petani terdiri dari dua
jenis yaitu pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (TSP, Urea dan
ZA). Proses pemeliharaan yang dilakukan petani berupa penyulaman, penyiangan serta pembumbunan. Tahap terakhir
dalam proses usahatani yaitu panen dan pasca panen, setelah selesai panen terambil
semuanya biasanya dijemur dengan
maksud diangin-anginkan dan selanjutnya dilakukan proses pemasaran.
3.2.8
Pola Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani padi
Tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Disamping itu, tenaga kerja
diklasifikasikan untuk setiap orang
laki-laki atau wanita yang berumur 15 tahun ke atas yang sedang dalam dan atau
akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tenaga kerja usahatani dapat berasal dari 2 sumber,
yaitu tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga petani yang berasal dari
keluarga petani itu sendiri. Potensi tenaga kerja petani adalah jumlah dari
tenaga kerja potensial yang terdiri dari satu keluarga petani. Tenaga kerja
yang berasal dari luar merupakan tenaga kerja upahan atau buruh tani yang
biasanya digunakan jika ada beberapa pekerjaan yang berat dan mendesak dan
tidak sanggup dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Jenis tenaga kerja yang
ada, yaitu tenaga kerja pria, wanita, anak-anak dan ternak. Pola
penggunaan tenaga kerja dari petani responden pada usahatani padi dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 15. Pola
Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang,
Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
|
Nama
|
HKSP
|
Labour Income (Rp)
|
1.
|
Mustamin
Pengolahan lahan
Penanaman
Pemeliharaan
Panen
|
0,89
0,38
25
0,38
|
112.500
9.375
187.500
187.500
|
Jumlah
|
26,65
|
496.875
|
|
2.
|
Dg Dangki
Pengolahan lahan
Penanaman
Pemeliharaan
Panen
|
0,88
0,63
37,5
0,5
|
112.500
15.625
937.500
187.500
|
Jumlah
|
39,51
|
1.253.125
|
|
3.
|
Andi Baso
Pengolahan lahan
Penanaman
Pemeliharaan
Panen
|
1
1
25
0,5
|
112.500
25.000
625.000
187.500
|
Jumlah
|
18,5
|
900.000
|
Sumber:
Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah HKSP rata-rata
usahatani padi sebesar 29,66 HOK dengan biaya
rata-rata sebesar Rp 786.250,-
3.2.9
Farm
Income Analysis
Farm Income analysis adalah suatu
cara menganalisis perhitungan pendapatan usahatani. Analisis tersebut meliputi : Farm
Enterprice Gross Output (GO), Farm Enterprice Gross Marginal (GM) Net
Farm Income (NFI). Analisa ini bertujuan untuk mengetahui apakah usahatani
yang
diusahakan memperoleh keuntungan dan layak dikembangkan atau mengalami kerugian sehingga usahatani tersebut sebaiknya dihentikan saja dan diganti dengan usahatani yang lebih menguntungkan.
diusahakan memperoleh keuntungan dan layak dikembangkan atau mengalami kerugian sehingga usahatani tersebut sebaiknya dihentikan saja dan diganti dengan usahatani yang lebih menguntungkan.
3.2.10
Farm
Interprice Income Gross Output
Farm
Interprice Income Gross Output merupakan suatu analisis pendapatan
yang dapat menghitung total pendapatan dari jumlah produksi yang dihasilkan dan
disesuaikan dengan harga barang yang dihasilkan persatuan.. Untuk lebih
jelasnya, Gross Output dari kelima responden dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 16. Perhitungan Gross Output Rata-rata dari 3 Petani
Responden di
Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No
|
Nama
|
Luas
Lahan
(ha)
|
Produksi
(kg)
|
Farm
Get
Price
(Rp/kg)
|
FEIGO
|
1
|
Abd. haris
|
1
|
500
|
3200
|
16.000.000
|
2
|
Naradin
|
0.5
|
300
|
3200
|
9.600.000
|
3
|
Imran
|
1
|
500
|
3200
|
16.000.000
|
jumlah
|
2.5
|
1300
|
25.000
|
41.600.000
|
Sumber
: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Dari tabel 16 terlihat
bahwa responden dengan nilai Gross Output terdapat 3 responden yaitu abd.
haris,naradin, imran, sedangkan responden dengan pendapatan terendah yaitu naradin
dengan gross output .
Pendapatan dari hasil produksi tersebut dapat dipengaruhi
oleh luas lahan yang digunakan untuk berusahatani, intensitas kerja termasuk
banyaknya tenaga kerja, jumlah kerja dan lamanya jam kerja.
3.2.11
Farm
Interprice Income Gross Margin
Farm Enterprice Income Gross Margin adalah analisa pendapatan untuk menghitung
total pendapatan dari jumlah produksi yang dihasilkan dan penyesuaiannya dengan
harga barang yang dihasilkan persatuan dikurangi dengan biaya-biaya variabel.
Atau dapat juga dikatakan keuntungan kotor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 15 dibawah ini:
Tabel 17. Perhitungan Gross
Margin Rata-Rata
dari 5 Petani Responden di Desa arisse, Kecamatan tiroang,
Kabupaten pinrang,
Sulawesi Selatan, 2013.
No.
|
Nama
|
Luas Lahan
(ha)
|
FEIGO
(Rp)
|
Biaya
Variabel
|
FEIGM
(Rp)
|
1
|
Abd. haris
|
1
|
16.000.000
|
885.000
|
15.115.000
|
2
|
naradin
|
0.5
|
9.600.000
|
585.000
|
9.015.000
|
3
|
imran
|
1
|
16.000.000
|
860.000
|
15.140.000
|
Total
|
2,5
|
41.600.000
|
2.330.000
|
39.270.000
|
Sumber
: Data Primer Setelah Diolah, 2013.
Dari Tabel 17 dapat diketahui
bahwa total Gross Margin komoditi
padi untuk 3 responden yang luas lahan sekitar 0.5-1 ha mendapatkan total
39.270.000 dan jumlah biaya variabel yang digunakan unuk lahan yang luasnya 2,5
ha sekitar 2.330.000.
3.2.12
Net
Farm Income
Pendapatan usahatani
memerlukan keterangan pokok sebanyak 2, yaitu keadaan penerimaan, dan keadaan
pengeluaran dalam jangka waktu tertentu. Analisa tingkat produksi usahatani
sangat berguna bagi petani karena dengan menghitung pendapatan yang diperoleh sedangkan
petani responden dapat mengetahui dan menghitung apakah cabang usahataninya
dapat dikembangkan atau tidak. Net Farm Income dari kelima responden dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Pertumbuhan Net Farm Income dari 3 Petani Responden di Kelurahan Marawi, Kecamatan Tiroang,
Kabupaten Pinrang, Tahun 2013.
No.
|
Nama Responden
|
Net Farm Income padi
(Rp)
|
1
|
Abd. Haris
|
15.050.000
|
2
|
Naradin
|
8.740.000
|
3
|
Imran
|
14.994.000
|
Total
|
38.784.000
|
Sumber
: Data Primer Setelah Diolah, 2013..
Dari tabel 18 terlihat bahwa responden dengan pendapatan
bersih tertinggi untuk tanaman kentang
yaitu abd. haris sebesar
Rp 15.050.000,- dan
terendah naradin yaitu
sebesar Rp 8.740.000,-.
Besarnya Net Farm Income tersebut sangat dipengaruhi oleh besarnya
penerimaan dari hasil produksi dan biaya produksi, dimana biaya tenaga kerja diperhitungkan.
Hal tersebut menunjukkan usahatani lebih produktif khususnya dalam
besarnya jumlah produksi
dan hasil penjualannya.
3.2.13
Aspek
Pemasaran
Pemasaran
adalah suatu proses social dan managerial di mana individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,
2007).
Lebih lanjut Kotler dalam
Suratiyah (2007), bahwa pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk
memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Pemasaran
secara sederhana pada prinsipnya merupakan aliran barang dari produsen ke
konsumen.
Komoditi pertanian yang dibudidayakan di daerah ini, dalam hal
pemasaran, mempunyai kesamaan dalam beberapa hal. Para responden yang ingin
memasarkan produknya langsung membawanya ke pabrik yang terdekat di daerah ini.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya produksi, yang pada akhirnya nanti
akan menambah perolehan keuntungan mereka. Namun kebanyakan peetani yang berada
di desa tersebut menjual hasil panenya bentuk gabah kering panen karena lebih
mudah dan tidak perlu kegiatan pasca panen tamabahan lagi.
IV. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Pendapat bersih usaha tani responden pertama
yaitu bapak abd. Haris Rp 15.050.000
dengan luas lahan 1 Ha.
2.
Pendapatan
bersih usaha tani responden kedua yaitu bapak Naradin sebesar Rp 8.740.000
dengan luas lahan 0.5 Ha.
3.
Sedangkan
pendapatan usaha tani dari responden ketiga yaitu sebesar Rp 14.994.000 dengan
luas lahan 1 Ha.
Jadi dari 3 responden yang
diwawancarai mendapatakan jumlah penghasilan dalam sekali panen 3 responden
mendapatkan Rp. 38.784.000.
5.2
Saran
Mahasiswa harus mengetahui
cara berkomunikasi dengan baik, baik berusahatani untuk meningkatkan fungsi
mahasiswan dilapangan dan untuk mempraktekan apa yang didapatnya.
Meskipun laporan ini belum
bisa dikatakan baik namun bisa dikatakan hasil yan lumayan dan dari itu kami
menerima saran dan masukan dari pembaca semua.
LAPORAN
LENGKAP
PRAKTEK LAPANG
ILMU USAHATANI
(221 G3203)
OLEH
:
KELOMPOK
2
ERNY TUMIMBA
G211 11 024
NANI MUTMAINAH G211
11 033
HILMAN
HILMAWAN G211 11 036
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN
SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar