Senin, 26 Agustus 2013

TUGAS LAPANG PERTANIAN

I.   EKOLOGI KEHIDUPAN
1.1.        Kondisi Geografis
            Di Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros. Luas wilayah desa ini adalah ± 11,47 km2. Keadaan topografi wilayah pada umumnya datar dengan ketinggian  500 m dari permukaan laut. Secara administratif Kabupaten Maros ini terletak pada 4045’-50°07’LS, dan 109°205’ - 129°BJ. Kecamatan Mandai terdiri dari 2 kelurahan dan 3 desa, yaitu Kelurahan Bontoa yang luasnya 4,38 km2, dan Kelurahan Hasanuddin yang luasnya 4,16 km2. Serta Desa Banto Matene yang luasnya 12,69 km2, Kecamatan Mandai berbatasan dengan Maros baru disebelah utara, Kecamatan Tanralili di sebelah timur, kabupaten Gowa disebelah selatan dan Kota Makassar di sebelah Barat. Jarak dari Ibu kota Mandai ke Kota Makassar sekitar ± 30 km2, jarak ke kabupaten pangkep 48 km, jarak kabupaten Gowa 44 km, dan jarak ke kabupaten Bone 14 km.
       Secara Administratif Desa Pattotongan terbagi atas 4 dusun yaitu dusun Pattotongan, dusun Mangento, dusun Maelo dan dusun Salu. Desa Pattotongan berbatasan dengan wilayah:
§  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tenrigangkae;
§  Sebelah Timur berbatasan dengan dusun purnakarya
§  Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bontomarannu; dan
§  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baji Mangai.
            Desa Pattotongan telah terbentuk sejak beberapa tahun silam. Adapun sejarah terbentuknya Desa Pattotongan secara administratif merupakan desa hasil pemekaran dari Desa Tenrigangkae, yang terbentuk pada tahun 1985, sekitar 27 tahun yang lalu.
            Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros sudah tiga kali mengalami pergantian kepala desa yang dipilih oleh kepala pusat Nama-nama kepala desa yang telah menjabat diantaranya
§     Kepala Desa pertama bernama Bapak H. A. Abdul Razak
§     Kepala Desa kedua bernama Bapak Made Saputra
§     Kepala Desa yang ketiga bernama Bapak Jafar
            Pada tahun 1985 sejak adanya Desa Pattotongan ini, kepala desa di setiap desa telah ada, namun belum mempunyai pola dan struktur tertentu. Masa jabatan tahun tersebut belum terlalu formal sehingga tidak terbentuk struktur organisasi yang jelas. Sekitar tahun 1996 barulah ada pemilihan kepala desa yang bersifat formal, yaitu:
1. Bapak H. A. Abdul Razak
Bapak H. A. Abdul Razak merupakan kepala Desa yang pertama kali memimpin Desa Pattotongan dengan masa jabatannya selama dua periode pemerintahan.
2. Bapak Made Saputra
Setelah masa kepemimpinan Bapak H. A. Abdul Razak berakhir, maka kepemimpinan Desa Pattotongan dialihkan kepada Bapak Made Saputra. Dalam kepemimpinannya, Desa Pattotongan mulai mengalami peningkatan. Selain itu, Bapak Made Saputra memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat setempat. Masa kepemimpinannya berlangsung selama dua periode, yaitu dari tahun 2004–2012.
3. Bapak Jafar
Setelah masa kepemimpinan Bapak Made Saputra berakhir, beliau digantikan oleh Bapak Jafar. Bapak Jafar merupakan Kepala Desa yang baru saja dilantik pada bulan Oktober 2012.  Bapak Jafar menjabat dari tahun 2012-2016. Penduduk di Desa Pattotongan ini cenderung berasal dari suku Bugis-Makassar dan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Bugis dan Makassar. Suku Bugis berada di didusun Bangunpolea, dan suku Makassar berada di dusun Pattotongan. Akan tetapi mereka juga mampu menggunakan Bahasa Indonesia.

1.2.        Pola Penggunaan Lahan
Lahan adalah ruang di permukaan bumi dapat sebagai sumberdaya yang dapat dieksploitasi, dimana dalam pemanfaatannya hendaknya dilakukan secara benar dengan mempertimbangkan kelestariannya. Penggunaan lahan di bidang pertanian dapat berupa tegalan, sawah, perkebunan, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan alang-alan ( Anonim A, 2012)


Kepemilikan lahan oleh masyarakat di Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros umumnya diperoleh secara turun temurun dari orang tua ataupun keluarga mereka. Namun, ada juga yang memiliki lahan karena pembelian dan perkawinan (warisan). Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono (2007), bahwa usaha pemilikan tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mendapatkan bantuan/hadiah, warisan, perkawinan dan pembelian. Untuk mendapatkan pemilikan itu diadakan usaha pemupukan modal dan menabung, dengan menabung terus menerus akan menambah modal yang digunakan untuk pemilikan tanah.
            Setiap petani memiliki kondisi lahan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tanah atau lahan sendiri untuk digarapnya sendiri pula. Ada pula yang memiliki lahan sendiri akan tetapi dalam penggarapannya dia mempercayakan orang lain yang melakukannya dengan sistem bagi hasil. Lahan atau yang lebih dikenal dengan tanah merupakan faktor utama dalam usaha tani, hal ini dikarenakan tanaman maupun hewan memanfaatkan tanah sebagai media tumbuh maupun tempat
tinggalnya (Soekartawi, 200
7).





Tabel 1.    Pola Penggunaan Lahan di Desa Pattotongan, Kecamatan   Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2012.
No.
Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
1.
Persawahan
275
2.
Perkebunan
14,9
3.
Tambak
2,95
4.
Ladang
158,2
5.
Hutan rakyat
193,4
6.
Pemukiman
28,9
7.
Industri
2,7
8.
Lainnya
470,95

Jumlah
1.147
Sumber: Data Sekunder, 2012
            Berdasarkan tabel 1 diatas Secara umum pola penggunaan lahan masyarakat di Desa Pattotongan digunakan sebagai lahan persawahan untuk memperoleh pendapatan dan sebagai sumber bahan pangan sehari-hari. Selain itu penggunaan lahannya digunakan sebagai lahan perkebunan dan pemukiman. Sebagian besar lahan yang digunakan yaitu sebagai lahan pertanian dana sebagian lagi yaitu lahan permukimanan, lahan lahan yang berada pada desa pantontongan oleh penduduk sekitar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, kebun, dan rumah jika dilihat dari segi lahan maka yang paling luas yaitu lahan pertanian dibandingkan lahan permukiman.
   Kondisi sawah milik penduduk pun cukup subur dan dan produktif. Hal tersebut sangat membantu masyarakat dalam memperoleh penghasilan, sebab lahan merupakan semberdaya yang dapat dikelola sedemikian rupa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sitorus (2007) bahwa sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting

untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah.

1.3       Keadaan Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus atau kontinu (Irma, 2009). Keadaan dan kondisi penduduk di Desa Pantontongan bermacam – macam, tergantung jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikannya dan sarana prasarana yang tersedia Jumlah penduduk yang mengalami peningkatan merupakan sumber daya manusia dapat memberikan peningkatan jumlah produktifitas pertanian dengan menfaatkan atau mengalokasikan sumber daya alam yang ada atau yang dimiliki.Penduduk yang melakukakan kegiatan berproduksi dianggap juga sebagai tenaga kerja atau pekerja, dimana tenaga kerja merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan hasil produksi, apalagi penduduk tersebut memiliki tingkat keterampilan yang tinggi. Maka dari itu, peningkatan penduduk sangat berpengaruh pula pada kegiatan pembangunan yang ada. Untuk mengetahui keadaan penduduk pada suatu wilayah maka dapat dilihat dari tingkat jenis kelamin, tingkat mata pencaharian, serta tingkat usia (Rhuder, 2008).
            Mayoritas penduduk di Desa Pattotongan merupakan penduduk asli Bugis-Makassar. Komposisi warga komunitas dilihat dari mata pencaharian dominan bekerja sebagai petani. Petani merupakan pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat Desa Pattotongan karena profesi tersebut merupakan keturunan dari generasi sebelumnya.
            Sebagian besar masyarakat Desa Pattotongan menggunakan bahasa Bugis-Makassar yang dapat dilihat dari dusun Pattotongan mayoritas berbahasa Makassar, sedangkan di dusun Bangunpolea bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat dominannya adalah bahasa Bugis. Tapi ada juga yang mencampur adukkan kedua bahasa ini.
            Bentuk dan model rumah dari masyarakat Desa Pattotongan sebagian besar telah tersentuh oleh teknologi. Hal ini terbukti dengan sudah banyaknya rumah yang berbahan dasar batu atau disebut sebagai rumah permanen. Perabotan rumah tangga, pakaian, dan sistem komunikasi pun juga telah berkembang mengikuti perubahan zaman. Menurut sekretaris desa, masuknya teknologi baru sudah ada sejak beberapa tahun belakangan dan meningkat hingga 35%.
            Berdasarkan data sekunder, penduduk Desa Pattotongan Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros dapat di kelompokkan menurut jenis kelamin, mata pencaharian dan tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut:

1.3.1. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
            Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat diartikan sebagai keadaan penduduk dalam suatu daerah atau wilayah yang menyatakan jumlah penduduk tersebut berdasarkan jenis kelamin yang dimilikinya. Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang
terbentuk dalam suatu
spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu (Anonim B, 2012).
            Berdasarkan data sekunder, penduduk Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros dapat dikelompokkan menurut jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 2, berikut:
Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2012.
NO
Jenis kelamin
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1.
Laki-laki
985
50,38 %
2.
Perempuan
970
49,62 %

Jumlah
1955
100 %
Sumber: Data Sekunder, 2012
            Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah total penduduk Desa Pattotongan adalah sebesar 1955 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 985 jiwa (50,38 %) dan jumlah penduduk perempuan sebesar 970 jiwa (49,62 %).
            Jumlah penduduk laki-laki Desa Pattotongan masih lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Ini dapat menjadi  potensi bagi desa Pattotongan ini, utamanya dalam hal tersedianya tenaga kerja. Namun yang merupakan hal biasa di masyarakat bahwa tenaga kerja laki-laki adalah lebih besar penilaiannya dibanding tenaga kerja perempuan. Hal ini dijelaskan oleh (Soekartawi 2007) yang menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis
kelamin apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.
1.3.2. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
            Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa pekerjaan seorang manusia akan mengalami kesulitan dalam hidup (Anonim C, 2012).
            Penilaian tentang penduduk suatu daerah atau wilayah dapat dilakukan dengan menganalisis data penduduk dari segi mata pencaharian. Menurut (Nazarwin 2007) dinyatakan bahwa mata pencaharian merupakan objek dari individu, kelompok ataupun masyarakat dalam rangka mencari pendapatan untuk pemenuhan biaya kebutuhannya. Berdasarkan pernyataan ini, maka disimpulkan bahwa mata pencaharian yang beragam akan menunjukkan bahwa individu dalam suatu kelompok masyarakat adalah beragam.
            Berdasarkan data sekunder jumlah penduduk Desa Pattotongan dapat dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3, berikut:
Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2012.
No
Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Persentase  (%)
1
Petani
696
48
2
Peternak
444
30,6
3
PNS
4
0,3
4
Wiraswasta
158
10,9
5
Buruh bangunan
26
1,8
6
Pedagang
122
8,4
Jumlah
1.450
100
Sumber : Data Sekunder,2012.
             Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian menunjukkan bahwa penduduk di Desa Pattontongan yang bekerja sebagai petani sebanyak 696 jiwa (48%), peternak sebanyak 444 jiwa (30,6%), PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebanyak 4 jiwa (0,3%), wiraswasta sebanyak 158 jiwa (10,9%), buruh bangunan sebanyak 26 jiwa (1,8%) dan pedagang sebanyak 122 jiwa (8,4%). Mata pencaharian di Desa Pattontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros lebih dominan seorang petani dari pada pegawai negeri sipil (PNS). hal ini sesuai dengan pendapat Sobana (2005) yang menyatakan bahwa umumnya penduduk di desa memiliki mata pencaharian sebagai petani di mana di pedesaan memiliki lahan yang luas dan cocok untuk pertanian.
Pada table 3 diatas bahwa perkerjaan paling tinggi yaitu perkerjaan sebagai petani dimana perkerjaan penduduk atau warga pantontongan sebagian besar yaitu petani. Ada petani pemilik, petani penggarap, dan petani sewa. Faktor yang menyebabkan banyaknya presentase perkerjaan sebagai petani yaitu dikarenakan turun menurun oleh orang tua yang diwariskan dan faktor pendididkan juga mempengaruhi hal tersebut. Hal ini Sesuai dengan pendapat Nainjolan (2005), bahwa sumber perekonomian (mata pencaharian) dapat menentukan tingkat dari kemakmuran serta taraf hidup suatu masyarakat dan juga dapat menentukan kedudukan/status dari penduduk itu sendiri.
1.3.3. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat            (Anonim D, 2012).
            Tingkat pendidikan menentukan pola pikir serta sikap seseorang dalam menyikapi perubahan-perubahan serta fakta sosial yang terjadi di dalam suatu tatanan masyarakat. Kemampuan untuk menelaah dan menganalisa masalah juga dapat dihasilkan dari seberapa jauh tingkat pendidikan yang mereka ditempuh.   
            Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Pattotongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros dapat dilihat pada tabel 4, berikut:


Tabel 4.  Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Pattontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, 2012.
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persen
Pra Sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
402
236
104
78
6
48,7
28,6
12,6
9,4
0,7
Jumlah
826
100,0
Sumber  : Data Sekunder, 2012.
Berdasarkan tabel 4 di atas, memperlihatkan bahwa kesadaran masyarakat di Desa Patontongan akan pentingnya pendidikan masih rendah. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya penduduk pra sekolah dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 402 (48,7%) orang. Sedangkan untuk tingkat SD sampai Perguruan Tinggi masing-masing sebanyak 236 (38,6%) orang untuk tingkat SD, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 104 (12,6%) orang, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 78 (9,4%) orang, dan Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 6 (0,7%) orang.
Tingkat pendidikan yang diperoleh penduduk di Desa Pattontongan beragam pada jenjangnya masing-masing. Berdasarkan tingkat atau jenjang pendidikan yang telah ditamatkan penduduk dapat dikelompokkan dalam tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Pengelompokkan ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya tingkat pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang memberi pengaruh besar terhadap kehidupannya. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan usahataninya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutejo (2010) bahwa tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi. Masyarakat yang memiliki pendidikan lebih tinggi pada umumnya memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga lebih mudah dalam menyerap dan menerima informasi serta berperan serta secara aktif dalam mengatasi masalah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2007)  bahwa pendidikan seseorang pada umumnya mempengaruhi cara berpikir dan bertindak orang tersebut. Pendidikan dapat membuat seseorang bisa menjaga cara mereka bekerja dan sikap mereka.
Maka, untuk  petani sendiri, penddidikan juga mempengaruhi cara berfikir petani, pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Pendidikan yang diperoleh petani melalui pendidikan yang formal dan non formal. Bisa dari sekolah maupun dari ajaran orang lain atau pengalaman yang telah didapatkan.

1.4      Keadaan Sarana dan Prasarana
                        Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya meliputi sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga, dan lain-lain. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya meliputi jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, drainase, persampahan, dan air kotor (Patong, 2006).
                        Lancarnya perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh jumlah sarana dan prasarana yang terdapat pada daerah tersebut, baik sarana bangunan maupun sarana perhubungan. Jika suatu  daerah mempunyai sarana yang memadai serta ditunjang oleh sumber daya alam yang cukup, maka kegiatan pertanian atau perekonomian pada daerah tersebut berjalan lancar. Sarana perhubungan dan komunikasi dapat membantu  mempercepat informasi segala macam yang berhubungan dengan pertanian. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan dan keagamaan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang
berpendidikan disertai dengan ketekunan dalam menjalankan ibadah merupakan syarat utama dalam pembangunan nasional. Sarana di bidang kesehatan sangat diperlukan dalam mengelola usahatani agar dapat berjalan lancar.
1.4.1   Sarana Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam hidup. Dengan adanya pendidikan, seseorang dapat lebih terpelajar dan memiliki cukup pengetahuan tentang segala sesuatu di sekitarnya. Sarana pendidikan sendiri dapat berupa sekolah (formal) seperti TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi (Hidayat, 2007).
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan individu. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek lainnya terhadap
interaksi sosial. Hampir segala sesuatu yang kita alami merupakan hasil hubungan kita di rumah, sekolah, tempat pekerjaan, dan sebagainya sehingga diperlukan sarana pendidikan (Nasution, 2010).           
Berdasarkan data sekunder, penduduk Desa Pattontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros berdasarkan jumlah sarana pendidikan yang tersedia ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 5. Jumlah Sarana Pendidikan Yang Tersedia di Desa Pattontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, 2012.
No.
Jenis Sarana
Jumlah (Buah)
Persentase                (%)
1.
Gedung TK
1
50
2.
Gedung SD
1
50
3.
Gedung SLTP
-
-
4.
Gedung SMU
-
-
5.
Gedung TPA
-
-
Jumlah
2
100
Sumber: Data Sekunder, 2012
Berdasarakan tabel 5 jumlah sarana pendidikan yang tersedia didesa pantontongan menunjukkan bahwa sarana pendidikan khususnya untuk bangunan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) di Desa Pattontongan tidak ada tetapi hanya menggunakan rumah bagi orang yang bersukarela.Bangunan Taman Kanak-Kanak (TK) sebayak 1 unit  bangunan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 2 unit, sedangkan SLTP dan SMU tidak ada. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk di desa pantontongan disebabkan tidak tersedianya sarana pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat  Sutejo (2010) bahwa wilayah pedalaman sangat kurang menyediakan sarana pendidikan yang diharapkan mampu menopang pendidikan masyarakat.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) bahwa tingkat pendidikan seseorang bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari segi finansial, ekonomi, psikologis dan kemauan dari orang tersebut untuk mendapatkan suatu pendidikan. Tak jarang orang yang mempunyai biaya dan kemampuan ekonomi yang cukup, tak memiliki pendidikan yang tinggi.
1.4.2   Sarana Peribadatan
            Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah (Mahyuliansyah, 2009).
              Berdasarkan data sekunder, penduduk Desa Pattontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros berdasarkan jumlah sarana peribadatan yang tersedia ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 6. Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Desa Pattontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, 2012.
No.
Tempat Ibadah
Jumlah (Buah)
1.
Mesjid
4
2.
Gereja
-
3.
Wihara
-
4.
Pura
-
Jumlah
4
Sumber: Data Sekunder, 2012
            Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa fasilitas tempat ibadah di Desa Pattontongan masih sangat minim. Jumlah mesjid yang terdapat di desa tersebut sebanyak 4 buah sedangkan untuk gereja, wihara, dan pura  tidak terdapat di Desa Pattontongan. Ini dapat membuktikan bahwa rata-rata penduduk di Desa Pattontongan beragama Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat (Connie 2011) bahwa mesjid merupakan tempat ibadah yang diperuntukkan kepada umat muslim. Sarana peribadatan merupakan tempat yang penting bagi umat beragama. Masjid adalah tempat peribadatan umat muslim sedangkan geraja adalah tempat peribadatan umat katolik.  pendapat Bagoes (2008) bahwa jumlah sarana atau tempat ibadah dalam suatu tempat atau daerah tidak dapat menentukan banyak atau tidaknya penduduk yang memeluk suatu agama tersebut. Hal ini bisa saja dipengaruhi kurangnya perhatian pemerintah setempat, tentang pengadaan sarana ibadah yang lebih untuk setiap agama yang terdapat dalam suatu masyarakat.

  

II. KONDISI UMUM RUMAH TANGGA
2.1       Identitas Petani Responden
   Kegiatan usahatani dijalankan oleh para petani yang mempunyai peranan penting dalam mengolah dan memeliharan pertumbuhan tanaman. Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam menganalisis petani hendaknya kita harus mengatahui identitas dan latar belakang petani tersebut. Dengan adanya identitas makan akan meudahkan dalam menganalisis petani tersebut yang dijalankannya (Anonim E, 2012).
Petani adalah suatu kegiatan budidaya tanaman dan hewan yang melibatkan manusia untuk meningkatkan suatu produksi mulai dariinput sampai output atau mulai dari pengolahan sampai produksi (Anonim F,2012)
Pak basir adalah seorang petani yang telah lama tinggal di Desa Pattotongang. Mata pencaharian pak Basir juga berpusat di Desa Pattotongang sendiri.

Untuk lebih jelasnya, kita bisa melihat identitas Ipak Basir di tabel di bawah ini:
Tabel 7.   Identitas Petani Responden di Desa Pattotongang, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2012.
Responden
Umur (thn)
Pendidikan
Pekerjaan
Jml Tanggungan Keluarga (orang)
Pendapatan perpanen (Rp)
Utama
Sampingan
Utama
Sampingan
Bapak basir
59
SD

Petani

ternak
6
8.233.255
3.000.000
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012.
Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa identitas dari responden      bernama Bapak Basir yang memiliki umur 59 tahun. Tingkat pendidikan yakni sampai pada tingkat SD. Pekerjaan utama Bapak Basir yaitu sebagai petani sedangkan beliau memiliki pekerjaan sampingan yang dapat menunjang pendapatannya. Pendapatan Bapak Basir dalam sekali panen yaitu Rp. 8.233.255 dengan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 6 orang (3 orang anak, 1 orang istri dan dirinya sendiri). Penghasilan utama yang dihasilkan selama 1 produksi sebesar Rp. 8.233.255 yang didapatkan dari bekerja sebagai petani, dengan gaji Rp. 675.000,- perbulannya. Sedangkan pendapatan sampingan sebagai memelihara ternak yaitu sekitar Rp. 3.000.000 dalam satu kali menjual sapi beliau namun tidak tentu dalam penjualan hasil ternaknya dikarenakan dalam satu tahun sapi dapat melahirkan hanya satu anak saja. Jadi pendapatan pak basir dalam satu tahun dapat dikatakan bisa mencapai Rp. 8.233.255 namun pendatan beliau yang mencapai tersebut belum termasuk biaya pengeluaran beliau dalam mengelola lahanya. Penggunaan lahan pak basir sangat baik dan kesuburan tanah pak basir sangat subur oleh karena itu tingkat pendapatn pak basir digolongkan cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) bahwa pekerjaan atau mata pencaharian suatu konsumen dapat mempengaruhi penghasilan, kemampuan beli dan kemampuan untuk mengkonsumsi suatu produk.
2.2       Umur
   Umur atau yang biasa disebut usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu makhluk atau benda, baik dalam keadaan hidup maupun mati Umur sangat berpangaruh dalam aktifitas dan pekerjaan seseorang, begitu juga dalam melakukan aktifitas tani, umumnya umur mempengaruhi kekuatan fisik dan pola pikir seseorang. Pada umumnya petani yang berusia lebih muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingakan petani yang telah berusia lanjut dan tua (Anonim G, 2012).
Umur akan sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktifitas sehari–hari, serta berhubungan dengan ketahanan fisik tubuhnya, pengalaman dalam bekerja dan pengalaman dalam berfikir. Pada umumnya seseorang yang berusia muda dan sehat mempunyai sketahanan  fisik   yang   lebih   besar  dan kuat jika   dibandingkan dengan seseorang yang usianya

sudah tua, tetapi jika dilihat dari segi pengalaman yang lebih tua mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan hal ini berpengaruh terhadap pola pikir (Patong, 2006).
Berdasarkan table 7 diperoleh hasil Bapak Basir berumur 59 tahun, umur tersebut masih termasuk golongan umur yang tergolong produktif, karena itu semangat hidup yang tinggi beliau ditambah kesehatan beliau yang alhamdulillah masih bisa bekerja sampai sekarang beliau tetap bertani untuk mendapatkan rezeki yang diberikan oleh Tuhan. Beliau masih mau memberikan penghidupan bagi anak-anak dan sebagai bentuk pengabdian kepada keluarganya. Hal ini sesuai dengan pendapat Patong (2006) bahwa umur sangat berpengaruh tehadap kegiatan usahatani, utamanya dalam hal kemampuan fisik dan pola pikir. Pada umumnya petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat serta pola pikir yang lebih terbuka sehingga lebih muda dalam menerima inovasi dan teknologi maju dibanding petani yang berumur tua. Hal ini tejadi karena petani yang masih muda berani menanggung resiko, selain itu juga tidak terlepas dari jiwa muda yang memiliki semangat dan motivasi tinggi untuk maju dan berkembang
2.3       Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, keprobadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat (Anonim
H, 2012). 
Petani yang berpendidikan, umumnya lebih mudah menerima inovasi dibanding dengan petani yang tidak berpendidikan walaupun ini tidak mutlak terjadi pada setiap petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006), bahwa petani yang berpendidikan, lebih cepat mengerti dan dapat memahami penggunaan teknologi baru. Dengan demikian penerapan konsep dalam mengelola usahataninya lebih baik dan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu  penanggulangan  masalah-masalah  yang timbul dalam  usahatani lebih muda dikendalikan. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh dalam penentuan dan pengambilan keputusan yang tepat untuk pengembangan usaha taninya.Bapak Basir mulai menginjak bangku sekolah saat berumur 8 tahun di tingkat Sekolah. Beliau hanya sekolah sampai sekolah rakyat atau sedrajat dengan sekolah dasar.
Tingkat pendidikan petani dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam penerapan ide-ide baru yang didapat. Petani yang berpendidikan, umumnya lebih mudah menerima inovasi dibanding dengan petani yang tidak berpendidikan walaupun ini tidak mutlak terjadi pada setiap petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006), bahwa petani yang berpendidikan, lebih cepat mengerti dan dapat memahami penggunaan teknologi baru. Dengan demikian penerapan konsep dalam mengelola usahataninya lebih baik dan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu  penanggulangan  masalah-masalah  yang timbul dalam  usahatani lebih muda dikendalikan.
Berdasarkan data dari table 7 identitas petani responden di desa pantontongan meskipun pendidikan Pak Basir sebatas SD namun pengalaman yang dimilikinya tidak serendah pendidikannya. Pengalaman yang dimiliki Pak Basir diperoleh dari bapak Pak Basir yang juga berprofesi sebagai petani. Tentu saja pengalaman yang diperoleh Pak Basir sangat membantu dalam kegiatan usaha taninya. Sesuai dengan pendapat  Patong (2006) bahwa pendidikan dan pengalaman pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir petani. Pendidikan petani yang relatif tinggi menyebabkan petani akan lebih dinamis mengikuti perkembangan teknologi. Dengan adanya pendidikan yang relatif tinggi yang dimiliki petani akan memudahkan petugas penyuluhan untuk menyampaikan konsep yang akan dibawakan. Karena petani akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang disampaikan oleh para penyuluh. Pendidikan dapat diperoleh melalui bangku sekolah yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal dapat diperoleh melalui bangku sekolah, informal melalui kursus-kursus dan nonformal melalui pengalaman-pengalaman dari masyarakat.


2.4       Pekerjaan
   Pekerjaan adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang tujuan utamanya untuk memperoleh penghasilan dan juga untuk mencari pengalaman pekerjaan (Anonim I, 2012)
Pekerjaan pada intinya adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi, ada sebagian orang berpendapat bahwa orang bekerja bukan semata-mata hanya untuk memperoleh penghasilan tetapi untuk mencari pengalaman dari pekerjaannya tersebut. Sebagian orang juga berpendapat bahwa bekerja adalah segala-galanya untuk memenuhi kebutuhan hidup (Patong, 2006).
Berdasarkan data dari tabel 7 identitas petani responden diperoleh hasil yaitu perkerjaan pak basir yaitu sebagai petani pemilik yang mengelolah lahanya sendiri, dimana lahanya seluas 1 Ha dan perkerjaan sampingan pak basir yaitu sebagai perternak sapi, sapi yang dimiliki pak basir sebanyak 3 ekor. Beliau sambil mengolah lahan persawahan beliau juga mengurusu sapinya mencarikan makan berupa rumput-rumputan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) yang mengatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, maka perlu ditingkatkan usaha–usaha dan pemanfaatkan sumber daya yang telah dimiliki.


2.5       Jumlah Tanggungan Keluarga
   Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami suatu atau seluruh bangunan yang kemudian tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada  orang-orang yang mempunyai  hubungan darah saja, atau bisa juga diartikan sebagai seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus keperluan hidupnya sendiri (Anonim J, 2012).
Data pada tabel 7 identitas petani responden Bapak Basir sangat bahagia dengan pekerjaannya sebagai petani. Pak Basir sangat menekuni pekerjaannya tersebut. Hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha taninya tidak mengecewakan meskipun tidak sebanyak dengan penghasilan yang diperoleh petani yang mempunyai luas lahan yang lebih. pekerjan tersebut dan menjadikannya sebagai pekerjaan pelengkap dalam kehidupannya.
Kepala keluarga adalah orang yang bertanggung jawab atas segala kejadian dalam rumah tangganya serta berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan sehari-hari dari semua anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Keluarga merupakan semua orang yang tinggal dalam satu rumah tangga atau berada di luar rumah tetapi menjadi tanggungan keluarga. Pada dasarnya tanggungan keluarga dapat mempengaruhi besar kecilnya usahatani karena tanggungan keluarga petani dapat membantu kelancaran usahataninya terutama dalam hal penggunaan tenaga kerja (Anonim K,2012)
Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak (patong, 2006)
Petani responden saya yakni Bapak Basir harus memenuhi kebutuhan keluarganya yang berjumlah 6 orang, dimana diantaranya adalah 3 orang anak beliau dan 1 orang istri. Tanggungan keluarga dapat mempengaruhi proses pengelolaan usahataninya, dalam hal ini mengenai pendapatan petani. Semakin besar jumlah tanggungannya maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap pendapatan petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekartawi (2005), jumlah tanggungan keluarga sangat mempengaruhi responden dalam mengolah usahataninya, yaitu selain karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya juga karena anggota keluarga tersebut dapat membantu dalam mengambil keputusan dan dalam mengelola usahataninya berupa bantuan kerja.
Pendapatan yang diperoleh dari Pak Basir dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang relatif sedikit yaitu berjumlah 6 orang. Banyaknya anggota keluarga dapat mempengaruhi kegiatan seorang petani dalam berusahatani. Hal ini disebabkan makin banyaknya anggota dalam keluarga tersebut maka tanggungan makin banyak pula sehingga kebutuhan semakin bertambah. Tanggungan keluarga yang cukup banyak mendorong petani untuk meningkatkan produksi usahataninya dan kemungkinan tenaga kerja keluarga juga lebih banyak. Sejalan dengan hal tersebut Mubyarto (2006), bahwa besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga akan menentukan perilaku petani dalam usahataninya.  Makin besar jumlah tanggungan keluarganya maka makin dinamis pula dalam usahataninya, karena ia terdorong oleh tanggung jawab terhadap keluarganya. Tanggungan keluarga ini sangatlah berpengaruh pada kondisi atau kegiatan keseharian petani. Kondisi dimana petani harus bertanggung jawab langsung pada kesejahteraan orang-orang yang tinggal dengannya. Pemenuhan kebutuhan baik sandang, pangan maupun papan sangatlah harus diperhatikan. Seorang kepala keluarga dalam hal ini responden sangat memahami maksud dimana keluarga yang tinggal dengannya harus dipenuhi kebutuhannya.
2.6       Pendapatan
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain,
pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi (Rustam, 2006).
Data pada tabel 7 identitas petani responden didesa pantontongan diperoleh hasil dalam sekali produksi bapak basir memperoleh hasil berupah gabah 55 karung dan beliau menjual hasilnya hanya sebagian saja dan sebagianya di konsumsi sendiri dari 55 karung beliau menjual 30 karung sedangkan harga gabah senilai Rp 3.600. beliau menjual hasilnya berupa bentuk gabah. Jadi pendapatan bapak basir dalam satu kali produksi mencapai 10.000.000 rupiah namun pendapatan itu masih pendapatan kotor, kira kira pendapatan bersih pak basir dalam satu kali produksi bisa mencapai Rp. 8.233.255. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahlan (2008) bahwa tinggi rendahnya suatu pendapatan seseorang sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup orang tersebut.
2. 7      Karakteristik Sumber Daya
   Sumber daya adalah adalah suatu istilah yang mencakup semua energi, keterampilan, bakat dan pengetahuan yang digunakan oleh manusia secara potensial, yang harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermnafaat (Hanafie, 2010). Di bawah ini adalah data karakteristik sumber daya rumah tangga yang dimiliki responden yang dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 8: Sumber Daya rumah tangga di desa pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, 2012
No
Nama Responden
Sumber Daya Rumah Tangga
lain-lain
Kendaraan
(unit)
Peralatan Rumah Tangga
Peralatan elektronik/ teknologi
1
Bpk Basir
3 motor
1.tempat tidur (4)
2.lemari (3)
3 kursi ( 2 set)
4 meja, (4 unit)
5. kompor gas (1)
1.TV,
2. Radio,
3.kipas angin, 4.kulkas, 5.Handphone
Sawah (1 ha dan kebun 50 m2)
Sumber : Data primer, 2012                                                       
Dari tabel 8 sumber daya yang dimiliki oleh Bapak Basir adalah kendaraan sepeda motor 3 unit yang dipergunakan sebagai alat transportasi sehari-hari, motor yang pertama adalah motor anaknya yang digunakan ketika akan pergi dan pulang dari tempat kerjanya. Peralatan elektronik yang dimiliki oleh Bapak Basir berupa radio, televisi, kipas angin dan handphone. Sedangkan perabot rumah tangga berupa lemari, kursi, meja, tempat tidur, kompor gas dan peralatan masak lainnya. Dengan peralatan yang dimiliki oleh Pak Basir, beliau termasuk memiliki kehidupan yang sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafie (2010) yang mengatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, maka perlu ditingkatkan usaha – usaha dan pemanfaatkan sumber daya yang telah dimiliki.


III. RIWAYAT HIDUP RESPONDEN
3.1       Masa Dalam Asuhan Keluarga Pendidik
Saya bernama basir saya adalah anak dari pasangan H. Mile dan Hj Mani. Saya merupakan anak pertama dari empat orang bersaudara. Saya lahir pada 1957 tanggal dan bulan tidak diingat, Kecamatan mandai, Kabupaten Maros. H. Mile yang merupakan ayah Saya memiliki latar pendidikan hanya sampai hingga jenjang SD. Saya dapat menyelesaikan pendidikan hanya sampai jenjang SD karena kondisi ekonomi yang tergolong di bawah rata-rata pada saat itu. Namun, pendidikan yang rendah tidak berarti bahwa saya tidak dianggap oleh orang lain. Sebaliknya, yang dialami oleh saya, meskipun saya hanya sampai pada jenjang SD, namun saya masih dapat bergaul dengan anggota masyarakat lainnya. Semasa SD Saya turut membantu ayah untuk bertani. Karena pengalaman turut membantu sang ayah, akhirnya Saya juga menjadi seorang petani hingga dia dipersatukan pada satu rumah tangga oleh istrinya Daeng Gannu.
Hj, Mani adalah ibu Saya. Saya adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anaknya. Sama seperti suaminya, H.Mile hanya menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang SD. Sebenarnya Hj. Mani dapat menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang SMA, namun ketika ibu berumur 10 tahun, orang tuanya meninggal dunia dan tidak ada satu pun yang mereka tinggalkan.
Saya selama dalam asuhan ayah dan ibunya menerima beberapa pelajaran. Ayah dan ibu sering mengajarkan untuk bersikap baik kepada semua orang. Kita harus sopan ketika berbicara dengan orang lain dan ramah ketika menyapa maupun disapa. Saya tumbuh menjadi anak yang baik dan cerdas. Pola asuhan ayah dan ibu Saya diterapkan baik-baik dalam kehidupannya hingga dia tumbuh menjadi dewasa.
3.2       Masa Pendidikan di Luar Rumah
Saya mulai masuk sekolah pada umur 8 tahun, yaitu pada tahun 1865. Saya bersekolah di SR (sekolah rakyat) , Kecamatan Mandai. Saya merupakan salah satu murid yang pintar. Dinamika yang terjadi dalam pergaulan Saya cukup menarik. Teman-teman saya merasa iri terhadap saya. Kejadian yang pernah menimpa Saya, ketika hendak pulang dari sekolah menuju ke rumah ada sekumpulan teman-teman yang membenci Saya menunggu di depan sekolah. Mereka menunggu dengan rasa benci. Mereka sangat ingin melampiaskan amarahnya kepada saya Ketika Saya keluar dari gerbang sekolah, sekumpulan anak-anak nakal menghampiri Saya. Aksi dorong pun terjadi. Mereka mendorong dengan sekuat tenaga sehingga membuat Saya terjatuh dan merasa kesakitan. Sebenarnya Saya adalah anak yang tidak suka akan perkelahian. Namun, di keadaan mendesak seperti ini saya berdiri dengan tegapnya dan melawan teman-temannya. Hasilnya aksi pukul memukul terjadi, tetapi sayangnya, jumlah mereka yang memukul tidak sebanding dengan tenaga Saya yang hanya seorang diri. Saya tidak hanya memiliki teman yang nakal dan benci terhadapnya namun juga memiliki teman yang baik. Teman baikn saya bernama anto. Anto adalah sosok teman yang menghargai orang lain. Kami merupakan teman akrab terlebih lagi kami duduk pada bangku yang berdekatan. Berbeda halnya dengan sekumpulan anak nakal itu. Hal ini yang membuat anto menyukai Saya dan mengaguminya. Begitu pula dengan Saya yang sangat bersyukur mempunyai teman seperti anto karena ia juga tergolong anak yang baik dan sering membantu Saya jika kesusahan.
Setelah saya lulus dari sekolah rakyat, saya tidak melanjutkan pendidikan ke bangku SMP dikarenakan keluarga saya tidak mempuunyai biaya atau kurang mampu sehingga saya tidak melanjutkan pendidikan. Namun saya tidak tinggal diam dirumah karena  saya tidak sekolah, saya memebantu ayah mengelolah usaha taninya seperti mencanggkul, namun saya belun mengetahui benar bagaiman cara mencangkul yang benar, tetapi ayah saya tidak memarahi karna saya belum tau cara mencangkul dengan benar. Tetapi ayah saya mengajari saya cara mencangkul yang benar dari situ saya mulai tahu bagaimana cara memegang cangkul dan menggunakan alat tersebut.
3.3       Masa Pengalaman Cari Nafkah
Saya adalah anak yang tidak begitu saja tinggal di rumah. Ketika  ayah kesawah biasanya saya turut membantu di sawah untuk bertani. Saya biasanya membantu untuk mencangkul, meskipun cara mencangkul saya tidak sehebat sang ayah. Saya sangat menikmati pekerjaan tersebut karena dengan begitu saya dapat lebih mendekatkan diri dengan ayah saya. Sepulang dari sekolah saya menyempatkan diri untuk membantu ayah saya disawah meskipun saya sambil bermain disawah saya mempunyai sifat saling membantu namun itu kewajiban seorang anak untuk membantuh orang tuanya.
Di masa sekarang, saya telah menjadi seorang petani yang sesungguhnya. Saya telah berkeluarga dan memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap keluarga saya. Selain bertani, saya juga berdagang. Barang yang saya dijual adalah hasil dari kegiatan bertaninya sendiri yaitu sawi. Berdagang juga saya anggap sebagai pekerjaan maupun aktivitas yang memperoleh banyak keuntungan. Selain mendapatkan uang dari hasil penjualan, saya juga mendapatkan banyak kenalan. Orang yang saya maksud adalah pembeli. Dengan banyaknya kenalan dari pembeli maka hal itu akan membuat dagangan saya semakin laris.
Di antara seluruh pekerjaan yang Saya pernah alami seperti buruh bangunan maupun gembala ternak hingga kini menjadi petani sekaligus pedagang, Saya sangat menggemari pekerjaan sebagai petani sekaligus pedagang. Karena dengan hasil yang saya dapatkan, saya tabung hingga saya dapat membangun sebuah rumah meskipun sangat sederhana. Rumah inilah yang saya gunakan sebagai tempat tinggalnya. Saya tinggal bersama keluarga kecilnya yaitu istri, anak, dan pamannya.


3.4       Masa Pembentukan Keluarga Prokreasi
Saya memulai kehidupan barunya ketika menginjak umur 20 tahun. Saya menikah dengan gadis yang bernama daeng Gannu. Daeng Gannu merupakan gadis yang ramah dan sopan serta santun dalam berbicara. Hal tersebut yang membuat orang-orang jatuh hati kepadanya. Namun berbeda halnya dengan Saya, saya tidak jatuh hati kepadanya, bahkan sama sekali belum bertemu dengannya.
Di awal-awal pernikahan Saya dengan daeng Gannu, mereka tinggal di rumah orang tua daeng Gannu di Desa Pantontongan. Mereka tinggal dengan alasan bahwa mereka belum dapat hidup secara mandiri. Apalagi daeng Gannu merupakan anak yang dimanja oleh orang tuanya. Untung saja mertua dari bapak sayatidak merasa direpotkan dengan tinggalnya anak beserta menantunya. Justru mereka merasa senang karena tidak terpisah oleh anaknya. Mereka memperlakukan Saya seperti anak mereka sendiri, tidak peduli meskipun Saya menantunya. Mereka melayani menantunya dengan sepenuh hati. Mereka tidak pernah menganggap remeh menantunya karena masih tinggal bersama mereka. Sebaliknya, saya merasa tidak nyaman jika tinggal terus-menerus bersama mertua. Hal ini yang membuat saya lebih giat untuk bekerja agar dapat memiliki rumah sendiri.


Pekerjaan Saya tidak sia-sia, setelah bekerja secara tekun akhirnya saya dapat memiliki rumah sendiri. Tepat tiga tahun lamanya saya tinggal bersama mertua, kini saya dapat membawa dg Gannu istrinya ke rumah barunya. Tentu saja Dg Gannu merasa senang karena telah memiliki rumah baru dan dapat mengatur rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan dari orang tuanya. Selain itu, Dg Gannu juga merasa terharu karena akhirnya dengan kesungguhan dan kerja keras dari Saya mereka dapat memiliki hunian baru meskipun itu sangat sederhana. Adapun suka duka yang mereka hadapi adalah ketika Saya mencari nafkah dan Dg Gannu selalu mendoakan agar hasil yang didapatkan oleh suaminya menjadi berkah.
3.5       Masa Proyeksi Masa Depan
Harapan dan cita-cita saya dan istri tentu saja tidak terhenti sampai pada saat kami memiliki sebuah rumah, tetapi harapan dan cita-cita itu masih ada. Saya masih sangat ingin untuk memiliki rumah yang lebih besar lagi. Seperti halnya dengan manusia biasa yang tidak pernah merasa puas, begitupun dengan saya. Rasa tidak puas itu dijadikan sebagai motivasi untuk tetap giat dalam bekerja agar dapat mewujudkan cita-cita saya. Saya dan istrinya memiliki harapan yang besar terhadap anaknya.


Namun keinginan saya yang paling ingin saya wujudkan yaitu membantu anak saya untuk mendirikan rumahnya karna anaknya kedua dan ketiganya masih tinggal bersama saya dikarenakan mereka belum mempunyai modal untuk membuat rumah mereka jadi saya wajib atau harus membantunya agar cita-cita mereka bisa terwujud dan bahagia telah memiliki rumah pribadinya sendiri.

IV. KONDISI PEKERJAAN
4.1 Kondisi Penguasaan Sumber Daya Usahatani
Lahan dapat diartikan sebagai land settlemen yaitu suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama, dimana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya. Dengan demikian, sangatlah jelas bahwa setiap makhluk hidup itu pasti membutuhkan lahan untuk tumbuh dan berkembang, berbagai aktifitas manusia di dalam ruang bumi ini tidak lepas dari fungsi yang berbeda-beda (Bintarto, 2008).
Inovasi pembangunan pertanian dan pedesaan perlumem pertimbangkan sumberdaya dan kebutuhan pengguna. Salah satu dasar yang dijadikan pertimbangan adalah potensi sumberdaya alam dan manusia. Sumberdaya pertanian yang dimiliki para petani tidak lain adalah faktor – faktor produksi atau masukan dalam suatu proses produksi (Prasetyo, 2005).
Keadaan usaha tani dipengaruhi oleh status lahan. Status lahan dapat diklasifikasikan menjadi lahan milik, lahan sakap dan  lahan sewa.Di pandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang digunakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya. Selain


itu, lokasi lahan usahatani menetukan kelancaran pemasaran. Lokasi yang jauh dari sarana dan prasarana transportasi dapat memperburuk usahatani tersebut dari aspek ekonomi (Suratiyah, 2008).
Lahan yang saya diguanakan untuk melakukan usahatani oleh saya yaitu lahan pribadi meliputi lahan persawahan yang luasnyasekitar 1 Ha. 1 Ha lahan ini digunakan untuk menanam tanaman padi dalam satu kali produksi lahan yang luasnya 1 Ha ini akan menghasilkan gabah sebanyak 55 karung. Penggunaan lahan ini cukup efektif dikarenakan lahan yang digunakan yaitu lahan yang subur Adapun lahan tambahan berupa lahan yang digunakan untuk mendirikan rumah yaitu lahan pribadi yang luasnya 50x15  itu digunakan untuk membangun rumah dan diguanakan lagi untuk menanam tanaman sayur-sayuran di perkarangan rumah.
4.1.1 Sumber Daya Lahan
Sumber daya lahan (land resources) merupakan lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air danvegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadappenggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagaiekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada diatas lahan tersebut dengan lingkungannya (Sitorus, 2007).
Sumber daya lahan mencakup semua karakteristik dan proses-proses serta fenomena-fenomena lahan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.  Salah satu tipe penggunaan lahan

yang penting ialah penggunaan sumberdaya lahan dalam tipe-tipe pemanfaatan lahan (land utilization type) pertanian untuk mendapatkan hasil-hasil pertanian dan ternak (Soemarno, 2009).
Lahan yang diguanakan untuk melakukan usahatani oleh saya yaitu lahan pribadi meliputi lahan persawahan yang luasnyasekitar 1 Ha. 1 Ha lahan ini digunakan untuk menanam tanaman padi dalam satu kali produksi lahan yang luasnya 1 Ha ini akan menghasilkan gabah sebanyak 55 karung. Penggunaan lahan ini cukup efektif dikarenakan lahan yang digunakan yaitu lahan yang subur      
Kondisi penguasaan lahan Saya berupa lahan untuk bangunan rumahnya  yang berukuran 50x17 m2   yang   ditempati    sekarang. Sedangkan penguasaan lahan untuk pekerjaannya yang berukuran 1 Ha. Lahan ini adalah lahan dari ayah saya yaitu warisan jadi saya akan menjaga pemberian orang tua saya. Dari pemberian ayah saya ini saya dapat bertani dengan sungguh-sungguh untuk membahagiakan keluarga saya dan melajutkan hidup yang sejahterah.
4.1.2 Sumber Daya Peralatan
Sumberdaya perlatan merupakan alat yang membantu dalam menjalankan aktifitas manusia. Sumber daya peralatan dalam pertanian sendiri merupakan penunjang dari berjalannya usaha tani (Dahlan, 2008). Fungsi peralatan tersebut sangat membantu dalam proses pertanian, seperti traktor untuk membajak sawah, cangkul, sabit maupun alat – alat yang lainnya, yang digunakan petani untuk mengolah sawah
Peralatan merupakan berbagai alat-alat yang biasa digunakan dalam membantu aktivitas manusia, yang memiliki fungsi tertentu. Sumber daya peralatan dikatakan sebagai modal tetap dalam kegiatan usahatani. Alat-alat tersebut misalnya traktor, cangkul, bajak, dan lain-lain (Suratiyah, 2006).
Rumus untuk menghitung nilai penyusutan alat yang dimiliki petani responden adalah :
Adapun sumber daya peralatan yang dimiliki oleh petani responden dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 9. Kondisi Proses Usahatani Petani Responden Desa Pantontongan, Kecamatan mandai, Kabupaten maros, 2012

No.

Nama Alat
Jumlah
(unit)
Nilai Baru
(Rp)
Nilai Lama (Rp)
Umur Alat
(thn)
Nilai Penyusutan Alat
(Rp)

1.

2.

3

Cangkul

Sabit

traktor

1

1

1

50.000

50.000

15.000.000

30.000

15.000

10.000.000

5

4

6

4.000

8.750

 833.500
Jumlah
846.255
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012.Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut.Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut. Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia tersebut.Peralatan adalah segala keperluan yang digunakan manusia untuk mengubah alam sekitarnya, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang kebutuhan hidup manusia t
Berdasarkan tabel 9 di atas Saya memiliki beberapa sumber daya peralatan yang berguna bagi proses usahataninya. Jumlah peralatan yang dimiliki oleh Basaya3 buah yang terdiri dari satu buah cangkul dengan nilai penyusutannilaipe alat sebesar Rp 4.000,-, dan satu buah sabit dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 8.750,- sedangkan traktor degan harga 15.000.000 harga baru dan nilai lama sebesar 10.000.000 jadi nilai penyusutan dari traktor sebesar Rp. 846.255 yang masing-masing memiliki umur alat atau lamanya telah digunakan adalah lima tahun dan empat tahunenamtahun.Hal ini sejalan dengan pendapat Budian (2006) bahwa suatu barang akan semakin berkurang nilainya jika barang tersebut telah lama digunakan dan mempunyai umur yang lama.
4.1.3 Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja)
Sumber daya manusia dapat diartikan sebagai kemampuan fisik dan psikis manusia secara potensial dan dapat digunakan untuk tujuan produktif. Sumber daya manusia tercermin dari berap jumlah tenaga kerja yang ada dan merupakan aspek utama dalam segala proses/kehidupan. Sumber daya manusia yang produktif adalah penduduk yang emrupakan tenaga kerja dan golongan angkatan kerja yang tidak menganggur (Hanafie, 2010).
Tenaga kerja adalah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya (Suratiyah, 2006).




Dalam kegiatan usahatani yang pak imran jalankan, pak imran mengerjakan lahannya sendiri sehingga tidak memerlukan bantuan. Tetapi saya terkadang meminta ketiga anak untuk membantu memanen. Sehingga Saya tidak perlu mengeluarkan upah terlalu besar untuk menggarap lahannya . Hasil panen dari itu saya bagi hasil dengan anak-anak saya dari situlah kekompakan keluarga saya saling membantu.
4.1.4 Sumber Daya Finansial
            Sumber daya finansial adalah sumber daya yang berhubungan dengan pendanaan usahatani. Dalam hal ini, aktivitas finansial menggunakan dana untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan jangka panjang. Pada dasarnya dalam proses usahatani yang dilakukan oleh petani pada umumnya berkaitan juga dengan proses pengelolaan anggaran atau finansial untuk mengetahui banyaknya dana yang telah digunakan atau hasil kerja berupa upah yang akan diperoleh pada akhir produksi dan agar petani dapat mengetahui dalam jangka waktu tertentu jumlah biaya dan rugi-laba yang dialami (Suratiyah, 2008).
            c
Tabel 10. Kondisi Proses Usahatani Petani Responden Desa Pantontongan, Kecamatan mandai, Kabupaten maros, 2012
No.
Uraian
(1)
Jumlah Satuan
(2)
Harga
(Rp)
(3)
Jumlah
(2x3=4)
1.
 


  2.
I.   Penerimaan Usahatani Padi

-     Biaya Variabel
1.   Bibit  Padi
2.   Pupuk
-  Urea
-  ZA
3.     Peptisida
-     Fungisida
-     iseksida

Total Biaya Variabel
30 karung



1 sak karung urea

3 karung
3karung 

1 botol
1 botol
3300/kg gabah



100.000

85.000/karung
75.000/karung

85.000 /botol
75.000 /botol
10.000.000



100.000

255.000
225.000

85.000
75.000

828.000
3.
Biaya Tetap
-   Pajak
-   NPA

Total Biaya Tetap

1 Ha

100.000/Ha

100.000
842.255
942.255
4.
Total Biaya Variabel


  828.000
5.
Total Biaya tetap


942.255
6.
Total Penerimaan pokok


10.000.000
7
Total Peneriamaan sampingan


3.000.000
8
Pendapatan Bersih
10.000.000 –1.767.255= 8.233.255
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012
            Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa pengeluaran Saya selama proses produksi pertanian dalam satu kali panen yaitu Rp.1.767.255 Dengan biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya variabel sebesar Rp 828.000,- dan biaya tetap sebesar Rp 942.255,-. Biaya variabel terdiri dari bibit sebesar Rp 100.000,-, Pupuk terdiri dari 3 bahan yaitu urea TSP dan ZA. Untuk pupuk urea biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 85.000,-,TSP 85.000 dan pupuk ZA sebesar Rp 75.000,-. Sedangkan pendapatan sampingan sebagai memelihara ternak yaitu sekitar Rp. 3.000.000 dalam satu kali menjual sapi saya namun tidak tentu dalam penjualan hasil ternaknya dikarenakan dalam satu tahun sapi dapat melahirkan hanya satu anak saja.
Penerimaan total yang diterimah oleh saya dalam satu kali panen yaitu sebesar Rp 10.000.000,- yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.76360-. Jadi, pendapatan bersih yang diperoleh Bapak Hamzah dari 1 kali panen padi yaitu sebesar Rp  8.239.360
4.2       Proses Produksi Usahatani
Produksi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana dapat dihasilkan satu barang yang siap pakai atau dikonsumsi. Jadi kegiatan produksi adalah melaksanakan rencana produksi yang telah dibuat dan merupakan kegiatan yang mempunyai masa yang cukup lama serta terkait dengan bagaimana mengelola proses produksi (Suratiyah, 2008).
            Suatu proses produksi yang berlangsung di bidang pertanian, dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi diantaranya, yaitu: modal, lahan, tenaga kerja dan teknologi yang digunakan dalam usaha taninya. Jadi besar kecilnya suatu lahan tentu akan mempengaruhi proses produksi yang akan berlangsung
           


            Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti, 2008).
Tabel 11. Kondisi Proses Usahatani Petani Responden Desa Pantontongan, Kecamatan mandai, Kabupaten maros, 2012.
Nama Responden
Lahan
Penguasaan Lahan
Luas Lahan
Kondisi Tanah
Jumlah (unit)

Basaya

Pemilik
1 Ha
Subur
1
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012.
Berdasarkan  Tabel 11, dapat kita lihat bahwa kondisi proses usahatani yang dilakukan oleh saya hanya berupa lahan persawahan yang penguasaan lahannya merupakan milik pribadi dengan luas sebesar  1 Ha dengan kondisi tanah subur. Meskipun demikian hasil dari persawahan tersebut produktif dan membawa keuntungan.
Proses produksi yang dilakukan oleh Saya untuk memproduksi hasil pertaniannya adalah mengolah terlebih dahulu tanah yang akan dipakai untuk menanam. Jumlah luas area yang dimiliki Saya adalah sebesar 1 Ha. Setelah tanah diolah, bibit  yang sebelumnya telah disemai selama 15 hari kemudian dipindahkan ke lahan. Hal ini sesuai pendapat Hanafie (2010) bahwa suatu proses untuk menghasilkan produk pertanian membutuhkan proses terlebih dahulu, dan membutuhkan tenaga kerja untuk mengerjakan proses tersebut.
V. MAKNA KERJA
Kerja bagi setiap individu memiliki makna yang berbeda-beda. Begitupun dengan petani yang memandang dan member makna suatu pekerjaan tidaklah sama. Setiap orang mempunyai pola pikir yang berbeda dalam memaknai suatu hal. Bekerja sebagai sarana aktivitas manusia yang dapat menciptakan eksistensi dirinya dan memiliki banyak tujuan yang ingin dicapai, tergantung dari orang yang bersangkutan (Ubaydillah, 2006).
Pekerjaan bagi petani bukan sekedar persoalan ekonomi. Ada makna lain atas pekerjaan yang perlu ditelusuri, guna mempertanyakan sejauh mana kehilangan pekerjaan sebagai petani membuat sangat “menyakitkan”. Salah satu pemenuhan kebutuhan hidup ini adalah kerja selain dari pada itu manusia harus berpikir dan belajar, Oleh karena itu apapun usaha manusia sangat tergantung kepada pandangannya terhadap mengapa Tuhan menciptakannya sebagai mahkluk yang paling mulia di mukabumiini (Ubaydillah, 2006).
Ketika seseorang memilih untuk bekerja, dengan suatu keputusan yang matang atau pundi dorong oleh factor tertentu dari dalam dirinya sendiri maupun lingkungannya, maka ia telah masuk kedalam hubungan sosial yang baru. Istilah buruh ataupun pekerja tidak mungkin dipisahkan dari makna kerja itu sendiri (Ubaydillah, 2006).


Makna kerja diartikan bagaimana perilaku seorang petani memaknai pekerjaan usahatani yang mereka lakukan. Dalam hal ini, petani memaknai pekerjaannya, secara instrumental, sosial, ekspresif dan instrinsik. Menurut Raharjo (2009), petani dalam berusahatani dilandasi nilai-nilai yang dimiliki dan nilai-nilai tersebut akan mewarnai tujuan usahataninya.
Makna kerja yang paling mendominasi dalam kehidupan saya adalah makna instrumental dan makna sosial. Sayajuga memaknai pekerjaannya sebagai makna intrinsik dan makna ekspresif.
1.  Makna Instrumental
Makna instrumental memandang usahatani sebagai alat untuk memperoleh pendapatan dan keamanan dalam rangka pemenuhan jasmani yang meliputi, mendapatkan pendapatan yang maksimal, mendapatkan pendapatan yang memuaskan, mengamankan pendapatan untuk masa depan, memperluas usaha, dan menciptakan kondisi kerja yang serasi.
saya menjalani profesi sebagai petani dan seorang buruh bangunan dengan motivasi utama adalah penghasilan yang dapat memenuhi segala keperluan dan kebutuhan dirinya dan anggota keluarganya. Berkeja seagai alat untuk memperoleh penghasilan. Waktu kerja yang dilakukan oleh saya tidak pernah menentu dalam kerjaannya sebagai buruh bangunan. saya melakukan usahatani sebanyak dua kali dalam setahun yang disesuaikan dengan keadaan iklim dan cuaca..

2.  Makna sosial
Makna kerja yang berorientasi social memandang usahatani sebagai pekerjaan yang dapat memelihara hubungan petani dengan sesame anggota masyarakat yang meliputi mendapatkan pengakuan sebagai anggota masyarakat, meneruskan tradisi keluarga, dan memelihara hubungan baik dengan pekerja.
Sementara, pada pemaknaan secara ekspresif, saya juga berusaha untuk membangun harga diri dari pekerjaannya. saya melakukan pekerjaannya untuk memperbaiki status social dalam masyarakat dan memperluas hubungan-hubungan social masyarakat dan memperoleh penghargaan dari masyarakat. Dari hasil-hasil yang diperolehnya berupa bahan pangan dan barang-barang materil yang dibelinya seperti peralatan rumah, barang-barang interior, dan lain-lain akan mengarah pada pandangan masyarakat sekitar terhadapnya. Hal ini bertujuan agar dia tidak dipandang remeh.Profesi seseorang menentukan tempatnya di masyarakat.
3.  Makna Ekspresif
Makna ekspresif memandang usahatani sebagai alat untuk mengekspresikan diri, meliputi rasa bangga seorang petani dalam memiliki pekerjaannya,    mendapatkan kehormatan untuk melakukan
pekerjaan yang berharga, melakukan kegiatan dengan kemampuan bakat khusus, kesempatan berkreasi melalui lahannya dan menemukan tantangan, serta pencapaian tujuan dengan mengembangkan diri.
4.  Makna Intrinsik
Makna instrinsik memandang usahatani sebagai suatu yang hakiki yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya, meliputi kesenangan akan tugas pekerjaan, pilihan karena kesehatan, mendapatkan kebebasan baik dari pengawasan maupun pengaturan waktu.
Pada pemaknaan intinsik, saya memandang pekerjaannya sebagai suatu yang hakiki dalam kehidupannya. Kerja adalah suatu bentuk panggilan dari Tuhan. Kerja adalah suatu pengabdian, apapun bentuknya, dan semua itu layak mendapatkan penghormatan. saya menyatakan bahwa kualitas manusia dilihat dari sejauh mana ia tekun dan unggul di dalam pekerjaannya. Kerjadi nilainya sebagai suatu cara untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai untuk orang lain. Makna Bekerja itu sendiri pada prinsipnya berkaitan dengan konsep seseorang mengenai hakekat pemahaman bekerja sebagai aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
saya memiliki pekerjaan pokok sebagai petani. Komoditi yang dia tanam adalah padi. Dari hasil usahatani yang dia lakukan tidak diperjual-belikan, melainkan hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga. Hal ini bertujuan agar keluarga saya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya guna memenuhi kebutuhan konsumsi pangan. Bekerja menurut saya adalah melakukan segala aktivitas dengan tujuan menghasilkan uang guna memenuh semua kebutuhan dalam menjalani kehidupan dan bertahan hidup.
 Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan pangan, kebutuhan sandang, kebutuhan transportasi, kebutuhan hiburan, dan lain-lain.Untuk terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut membutuhkan suatu usaha dalam pencapaiannya. Usaha yang dilakukan oleh saya adalah dengan bekerja.
Berdasarkan pandangan saya terhadap tujuan pekerjaannya lebih mengarah pada makna instrumental. saya melakukan aktivitas kerja dengan menggunakan energinya guna memperoleh pendapatan. Kerja tersebut diusahakan untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal dan memberi rasa puas. Selain itu, pendapatan tersebut dapat mengamankan kehidupannya dari pemenuhan kehidupan ke depan.
Di dalam kerja ada logika yang mengatur arus kerja tersebut. Kerja juga dilakukan oleh saya untuk menunjukkan eksitensi dirinya. Dapat dikatakan bahwa manusia adalah mahluk yang bekerja dan kerja adalah tanda dari kemanusiaannya. Seperti pada hakikatnya makhluk hidup berada di bumi mengalami seleksi alam.
Selain itu, sebagaimana manusia diciptakan oleh Tuhan di bumi untuk bertindak sebagai khalifah. Alam semesta merupakan karya Tuhan dan di dalamnya manusia melakukan berbagai kegiatan dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah. saya menganggap pekerjaannya merupakan bentuk partisipasi untuk menjalankan tugas tersebut.
saya sampai pada tingkat pemaknaan kerja seperti yang dijelaskan sebelumnya karena dipengaruhi oleh keinginan pemenuhan kebutuhan fisik dan materil, kelompok sosial, memperoleh harga diri, dan memperoleh kepuasan serta kebanggan tersendiri. Selain itu, cita-cita dan tujuan kerja juga menjadi salah satu faktor yang menentukan semangat kerja. saya memiliki cita-cita naik haji bersama istrinya.
            Sehingga, saya termotivasi memperoleh penghasilan yang banyak yang mana hasil jerih payahnya setiap harinya sealu disisihkan guna ditabung. Ini membuatnya berusaha untuk mengumpulkan uang dan berpikir kreatif mencari cara memperoleh uang dalam konteks melakukan pekerjaan halal dan tidak melakukan penipuan pada pihak-pihak tertentu.

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL         ...........................................................................    i
HALAMAN PENGESAHAN       ..............................................................    ii
KATA PENGANTAR        ........................................................................   iii
DAFTAR ISI          ......................................................................................   iv
DAFTAR TABEL         ..............................................................................   vi
DAFTAR LAMPIRAN         .......................................................................  viii
I.          EKOLOGI KEHIDUPAN      ............................................................    1
1.1.    Kondisi Geografis       ......................................................................    1
1.2.    Pola Penggunaan Lahan     ..........................................................    4
II.        Metode Praktek Lapang…………….    .......................................    5
2.1.    Waktu dan tempat………….      .....................................................    5
2.2.    Teknik penentuan responden..................................................... 5
2.3.    Teknik Pengambil Data    ...............................................................    5
2.4.    Analisis data      ................................................................................    6
III.       Hasil Dan Pembahasan………………   ......................................  10
3.1.    Data sekunder…………………………….   ..................................  10
3.1.1 Kondisi geografis…………………    .............................................  10
3.1.2 Keadaan demografis………………..    .........................................  11
3.2     Data Primer……………………      ..................................................  17
3.2.1  Identitas petani Responden      .....................................................  17
3.2.2  Tingkat Umur………………………………………………………...18
3.2.3    Lama Berusahatani…..............................................................       20
3.2.4    Tingkat Pendidikan……….......................................................      21
3.2.5    Jumlah Tanggungan Keluarga.................................................    22
3.2.6    Luas Lahan………………........................................................       24
3.2.7    Keadaan Usahatani Responden..............................................    25
3.2.8    Pola Penggunaan Tenaga kerja uasahatani Padi................... 28
3.2.9    Farm Income Analysis.............................................................       29
3.2.10  Farm Interprice Income Gross output….................................      30
3.2.11  Fram Interprice Income Gross margin….................................     31
3.2.12  Net Fram income……………………….…..................................31
3.2.13  Aspek Pemasaran………………………….................................32
DAFTAR PUSTAKA          
LAMPIRAN
 DAFTAR PUSKATA
Anonim A, 2012. Pengunaan lahan. http://id.wikipedia.org/wiki/ matapencaharian. Diakses pada tanggal 20 november 2012, Makassar .

Anonim B, 20112. Jenis kelamin. http://id.wikipedia.org/wiki/Jeniskelamin. Diakses pada tanggal 20 november 2012, Makassar.

Anonim C, 2012. Mata pencarian. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan. Diakses pada tanggal 20 november 2012, Makassar.

Anonim D, 2012. pendidikan. http://id.wikipedia.org/wiki/ tempatperibadatan. Diakses pada tanggal 20 november 2012, Makassar.

Anonim E, 2012. Petani. http://id.wikipedia.org/wiki/Petani. Diakses pada tanggal 20 november 2012, Makassar.

Anonim F,  2012. petani. http://id.wikipedia.org/wiki/umur. Diakses pada tanggal 20 november 2012, Makassar.

Anonim G, 2012. Umur. http://id.wikipedia.org/wiki/pekerjaan. Diakses pada tanggal 21 november 2012, . Makassar.

Anonim H, 2012. pendidikan. http://id.wikipedia.org/wiki/keluarga. Diakses pada tanggal 21 november 2012, Makassar.

Anonim I, 2012. Pekerjaan. http://conlit.blogspot.com. Diakses pada tanggal 21 november 2012, . Makassar.

Anonim J, 2012. Tanggungan keluarga .http://id.wikipedia.org/ wiki/Tenagakerja. Diakses pada tanggal 21 november 2012, Makassar.

Anonim K, 2012. keluarga. http://file.upi.edu/Direktori/ Pembangunan.pdf. Dikases pada tanggal 23 desember 2012, Makassar .

Bagoes, 2008. Sarana ibadah. http://tempatcerita.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 november 2012, Makassar.

Bintarto, 2008 Nilai barang. http://budianlog. wordpress.com. Diakses pada tanggal 24 november 2012, Makassar.


Budian.2006 . Meraih Hidup Bermakna. Paramadina. Jakarta.

Cahyono, 2007. Modal petani. http://wordpres.com/usaha-tani. diakses 23 november 2012, Makassar.

Connie 2011. Petani Desa dan Kemiskinan. Yogyakarta : BPFE.

Dahla. 2008. Pengantar Sosiologi Pertanian. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

Galih, 2009. Sarana prasarana. http://rosy46nelli.wordpress.com/tag/ sarana-prasarana. Diakses pada tanggal 24 november 2012, Makassar.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta:        CV. Andi.

Hernanto, 2001. Pendidikan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Hidayat, 2007. Pendidikan masyarakat. CV Pustaka Baca, Surabaya.

Irma, 2009. Penduduk. http://irma5.blogdetik.com/files/2009/10/ pkn11.pdf. Diakses pada tanggal 29 november 2010, . Makassar.
                                                                                                          

mahyuliansya. 2009 Gender dan Jenis Kelamin. http://pmiiliga.wordpress.com/2006/10/09/nikmatus-sholihah-gender-dan-jenis-kelamin/. Diakses pada 4 Desember 2010:Makassar.

Mubyarto 2006. Memahami Kembali Makna keluarga. Warta BAPEDA vol.11 no.2. Bandung.

Nazarwin. 2007. Tanah dan Pembangunan. Jakarta : Sinar Harapan.

Nainjolan. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Penelitian Pendidikan dan Penerapan Ekonomi Sosial.

Nasution. 2010. Interaksi sosial . Malang : Bayu Media.

Patong, Dahlan. 2006. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Erlangga, Jakarta.

prasetyo. 2005. Petani Desa dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.

soekartawati. 2006, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Edisi ketiga, ITB, Bandung.

Sobana. 2007. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta : Yasaguna.

Sitorus, 2007. Penggunaan lahanhttp://www.damandiri.or.id/file/ ronilaipbbab2.pdf.. Diakses pada tanggal 29 november 2010, Makassar.

Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suratiya. 2008. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta

Sutejo. 2010. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suratiya, 2006. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.

Soemarno. 2009. Prinsip-prinsip Utama Cara Menyelesaikan Produksi Pertanian. Bayu Media. Malang.
                                                     
Ubaydillah. 2006. Pengertian Kerja Cerdas. http://www.e-psikologi.com/ dalam www.google.com. Diakses pada 7 Desember 2011. Pukul 19.00 WITA. Makassar.

Tikson, Deddy, 2005. Makna pembangunan. http://profsyamsiah.wordpress.com/pengertian-pembangunan.  diakses pada tanggal 4 desember 2010, Makassar.

Raharjo. 2009. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.

Rahim dan hastati. 2008. Nilai-nilai Utama Bugis Makassar. LEPHAS. Makassar.

Rhuder, 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Jakarta: penebar Swadaya.

 

Rustam, 2006. PENDAPATAN MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 23. Medan: Universitas Sumatera Utara.
DAFTAR TABEL
No.                                                Teks                                        Halaman                             
1.         Pola Penggunaan Lahan di Desa Pattotongan, Kecamatan   Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, 2012……………..................................................................   5
2.         Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa            
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012      .....................................................................           8
3.         Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa             
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012………………................................................ 10
4.         Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa                       
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012………………................................................ 12
5.         Jumlah Sarana Pendidikan Yang Tersedia di Desa                
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
             Maros, 2012     .....................................................................          15
6.         Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Desa               
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
            Maros, 2012          .................................................................          16


7.         Identitas Petani Responden di Desa Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten  Maros, 2012..................................                                                 19
8.         Sumber Daya Rumah Tangga Petani Responden di Desa               
Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012…………………..………………...……………….  28
9.         Sumber Daya Peralatan yang dimiliki Petani Responden
           di Desa Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten
Maros, 2012……………….…………...…………………….       44
10.       kondisi proses usaha tani di Desa Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten  Maros, 2012…………………………      47
  11.     kondisi proses usaha tani di Desa Pantontongan, Kecamatan Mandai, Kabupaten   Maros, 2012....................................                                               49 

Tidak ada komentar: